Idealisme terkadang merupakan
suatu patokan untuk menjadi inti dari yang dituju. Idealis sendiri dalam bahasa
sehari-hari berartikan sebagai sesuatu yang benar dan harus selalu benar;
sesuai; dan memantaskan. Tetapi berbeda dengan istilah idealis dalam tatanan
dunia filsafat. Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan
bahwa hakikat dunia fisik hanyadapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa
(mind) dan roh (spirit).Istilah ini diambildari kata “idea”, yaitu sesuatu yang
hadir dalam jiwa. Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh
arti dari kata ide dari pada kata ideal. Secara ringkas idealisme mengatakan
bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa
(self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealis memenekankan mind sebagai
hal yang lebih dahulu (primer) dari pada materi. Akal adalah yang riil sedang
materi adalah produk sampingan. Dengan demikan maka idealisme menganggap bahwa
dunia pada dasarnya hanya sebuah mesin besar dan harus ditafsirkan sebagai
materi atau kekuatan saja.
Idealisme
adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya
dapat dipahami
kaitannya dengan jiwa dan ruh. Istilah idealisme diambil dari kata idea, yakni
seseuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme mempunyai argumen epistemology tersendiri.
Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi bergantung
kepada spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan argumen
epistemologi yang digunakan oleh idealisme.
Idealisme
juga didefinisikan sebagai suatu ajaran, faham atau aliran yang menganggap
bahwa realitas ini terdiri atas ruh-ruh (sukma) atau jiwa, ide-ide dan pikiran atau
yang sejenis dengan itu. Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan
sejarah pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam
bentuk ajaran yang murni dari Plato, yang menyatakan bahwa alam idea itu merupakan
kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa
bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat keruhanian
dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga
(entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari
benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham
idealisme hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya
pendapat yang disepakati oleh semua alat pikir adalah dasar idelaisme ini.
Pada
zaman Aufklarung para filsuf yang mengakui aliran serbadua, seperti Descartes
dan Spinoza, yang mengenal dua pokok yang bersifat keruhanian dan kebendaan
maupun keduanya, mengakui bahwa unsur keruhanian lebih penting dari pada kebendaan.
Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut idealisme
yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil
filsafat yang mendalam. Puncak zaman idealisme pada masa abad ke-18 dan 19,
yaitu saat Jerman sedang memiliki pengaruh besar di Eropa.
Idealisme adalah pandangan dunia
atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas ide, fikiran
dan jiwa. Dunia dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan hukum-hukum fikiran
dan kesadaran dan tidak hanya oleh metoda objektif semata. Terdapat harmoni
yang dalam antara manusia dan alam. Alam adalah sistim yang logis dan
spiritual, hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari penghidupan yang
lebih baik. Jiwa merupakan bagian yang sebenarnya dari dari proses alam. Proses
ini dalam bagian yang tinggi menunjukan dirinya sebagai aktivitas, akal, jiwa
atau perorangan. Prinsip idealisme yang pokok adalah kesatuan organik. Kaum
idealisme condong untuk menekankan teori koherensi atau konsistensi dalam
memperoleh kebenaran. Suatu putusan (judgment) akan benar jika ia sesuai
dengan putusan-putusan lain yang sudah diterima sebagai ”benar” .(Titus ,
Smith, Nolan.1984, hal 316) Idealisme dikelompokan menjadi tiga yakni :
idealisme subyektif, idealisme obyektif dan personalisme. (Titus, Smith Nolan,
1984:315-327)
a. Idealisme subyektif-immaterialisme
yang kadang-kadang disebut mentalisme atau fenomenalisme. Idealisme
subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide
manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia.
Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil
atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam
dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide
manusia. Menurut idealisme: akal, jiwa dan persepsinya merupakan segala yang
ada. Benda-benda seperti pohon dan bangunan itu ada tetapi hanya ada dalam akal
yang mempersepsikannya. Yang menjadi permasalahan bukan benda-benda itu tapi
bagaimana mempersepsikannya.
Tokoh dari
aliran ini adalah George Berkeley dengan filsafatnya : Immaterialisme. Ia
mengatakan bahwa ide itu ada dan dipersepsikan oleh akal. ”Ada berarti
dipersepsikan,” Akal adalah yang melakukan persepsi. Tak mungkin ada benda atau
persepsi tanpa seseorang mengetahui benda atau persepsi tersebut jadi benda
dipersepsikan oleh akal.
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari filsafat ini adalah, kecenderungan untuk bersifat
egoistis “Aku-isme” yang hanya mengakui yang riil adalah dirinya sendiri yang
ada hanya “Aku”, segala sesuatu yang ada diluar selain “Aku” itu hanya sensasi
atau konsepsi-konsepsi dari “Aku”. Untuk berkelit dari tuduhan egoistis dan
mengedepankan “Aku-isme/solipisme” Berkeley menyatakan hanya Tuhan yang berada
tanpa tergantung pada sensasi. Pandangan-pandangan idealisme subyektif dapat
kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tidak jarang kita temui
perkataan-perkataan seperti ini :
“Baik buruknya keadaan
masyarakat sekarang tergantung pada orang yang menerimanya, ialah baik bagi
mereka yang menganggapnya baik dan buruk bagi mereka yang menganggapnya buruk.”
“kekacauan sekarang timbul karena
orang yang duduk dipemerintahan tidak jujur, kalau mereka diganti dengan
orang-orang yang jujur maka keadaan akan menjadi baik.”
“aku bisa, kau harus bisa juga,”
dsb.
b. Idealisme Obyektif dengan tokohnya adalah Plato. Pendapatnya bahwa
di belakang alam perubahan, emperis, fenomena yang kita lihat dan kita rsakan
terdapat alam ideal yaitu alam sensi, form, atau ide. Dunia di bagi menjadi dua
yakni : pertama, dunia persepsi,
dunia penglihatan, suara dan benda-benda individual. Dunia seperti ini bukan
dunia sesungguhnya hanya merupakan dunia penampakan saja. Kedua, yakni alam konsep, idee,
universal, atau esensi dan abadi. Kita mengenal benda-benda ideal karena kita
mengetahui konsep-konsep dari contoh-contoh dunia abadi. Ide adalah transenden
dan asli sedang persepsi dan benda-benda individual adalah copy atau bayangan
dari ide tersebut.
Pandangan
filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materiil, yang
ada secara abadi diluar manusia, sesuatu yang bukan materiil itu ada sebelum
dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan
perasaannya. Dalam bentuknya yang amat primitif pandangan ini menyatakan
bentuknya dalam penyembahan terhadap pohon, batu dsb-nya. Pikiran filsafat
idealisme obyektif ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dengan
berbagai macam bentuk. Perwujudan paling umum antara lain adalah formalisme dan
doktriner-isme. Kaum doktriner dan formalis secara membuta mempercayai dalil-dalil
atau teori sebagai kekuatan yang maha kuasa , sebagai obat manjur buat segala
macam penyakit, sehingga dalam melakukan tugas-tugas atau menyelesaikan
persoalan-persoalan praktis mereka tidak bisa berfikir atau bertindak secara
hidup berdasarkan situasi dan syarat yang kongkrit, mereka adalah kaum
“textbook-thingking”.
c. Personalisme atau idealisme
Personal menganggap realitas dasar bukan pemikiran yang abstrak atau
pemikiran yang khusus tetapi merupakan seseorang, suatu jiwa atau seorang
pemikir. Realitas termasuk dalam personalitas yang sadar, oleh karena itu
realitas bersifat pluralistik. Kelompok ini menekankan realitas dan harga diri,
nilai moral an kemerdekaa manusia. Bagi kelpompok personalis, manusia mengatasi
alam jika ia mengadakan interpretasi terhadap alam ini. Sains mengatasi
matrialnya dengan teori-teorinya, alam nilai menjangkau lebih jauh lebih jauh
daripada alam semesta sebagai penjelasan terakhir. Sebagai aliran idealisme,
personal menunjukkan perhatian yang besar pada etika dan lebih sedikit pada
logika di banding dengan aliran idealisme mutlak. Oleh karena personalitas
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada yang lainnya,maka masyarakat harus
diatur sedemikian rupa sehingga tiap orang dapat memperoleh kehidupan dan
kesempatan yang sebesar-sebesarnya.
Idealisme (plato) condong untuk
menghormati kebudayaan dan tradisi. Mereka menganggap nilai-nilai kehidupan
mempunyai dasar dalam bidang yang lebih tinggi daripada sekedar kelompok
individual atau sosial. Kelompok idealisme modern ( Descartes, Leibsnitz) dan
kelompok personalia kontemporer lebih mnenekankan pada person atau kesadaran
pribadi artinya manusia dianggap sebagai pelaku nilai yang dapat mengungkapkan
nilai-nilai.
Idealisme menerima penjelasan
ilmiah yang modern tentang alam, dan memberi tempat kepada agama. Nilai-nilai
moral dan agama terdapat dalam alam, maka idealisme sesuai dengan banyak institusi
dan aspirasi manusia. Pengikut aliran ini memberi dukungan moral pada institusi
spritual manusia. Daya tarik idealisme didasarkan atas aspirasi moral manusia
dan tidak hanya atas logika atau epistemologi. Kekuatan idealisme terletak pada
tekanannya terhadap person (pribadi) dan segi mental spritual dari kehidupan.
Sebagai falsafi, membenarkan bahwa pribadi itun mempunyai arti dan harga diri.
Manusia memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada lembaga- lembaga dan benda
–benda.
Aliran filsafat Idealisme
merupakan suatu aliran filsafat yang mengagungkan jiwa. Pertemuan antara jiwa
dan cita melahirkan suatu angan-angan, yaitu dunia idea. Pokok pemikiran
Idealisme ialah (1) menyakini adanya Tuhan sebagai ide tertinggi dari kejadian
alam semesta ini. (2) Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis
dan bersifat spiritual. (3) Kenyataan sejati ialah bersifat spiritual (4)
Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga
dan lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. (5) Idealisme
menganggap bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang muncul dan terlahir
dari kejadian di dalam jiwa manusia. (6) Menurut idealisme,
tujuan pendidikan untuk menciptakan manusia yang berkepribadian mulia dan
memiliki taraf kehidupan rohani yang lebih tinggi dan ideal serta memiliki rasa
tanggung jawab kepada masyarakat.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu
terdiri dari atau tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau
ide-ide. Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal atau Tuhan, yang berarti
pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada
realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir atau kedirian daripada sebagai
suatu penekanan pada objek-objek & daya-daya material. Idealisme menekankan
akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi, &
bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi
adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal itu sangat
berlawanan dengan materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah nyata
ada, sedangkan akal-pikir (mind) adalah sebuah fenomena pengiring.
a)
Metafisika-idealisme: secara absolut kenyataan yang
sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya
kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang
lebih berperan.
b)
Humanologi-idealisme: jiwa dikaruniai kemampuan
berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih.
c)
Epistimologi-idealisme: pengetahuan yang benar
diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran
hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran
yang cemerlang.
d)
Aksiologi-idealisme: kehidupan manusia diatur oleh
kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau
metafisika.
Prinsip-prisip Idealisme :
a.
Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas
substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut
idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem
yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas,
suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
b.
Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini
bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang
ada dalam jiwa manusia.
c.
Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau
sukma lebih berharga dan lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia.
Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga
benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Demikian pula
terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.
d.
Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo
sentris (berpusat kepada Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang
ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak.
Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum
idealisme mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa
dari kejadian alam semesta ini.
Sumber :
REGION Volume I.
No. 1. Maret 2009 8