Minggu, 01 Januari 2017

Tentang kita (part 3)

'RN'. Siapa itu RN tanyaku begitu aku lihat tampilan layar ponselmu. Kamu diam, kamu berusaha tak merespon bahkan seperti mengalihkannya. Aku mendesak karena aku tak mau salah dan tak mau membuat hati ini keliru.  Hingga akhirnya kau berkata "pacarku". Taptaptap. Seketika aku diam, kaupun diam,  semua diam. "Ohhh" responku singkat.
Jujur aku kaget jef, aku pun merasa aku harus berjaga jarak denganmu, karena apa? Karena kamu sudah ada pemiliknya. Setelag itu kau mulai bercerita kepadaku.  Mulai dari RN, masa lalu, dan semuanya.
"Vi.. " ucapnya ketika sedang istirahat di bale bambu dibawah naungan bukan sabit dan asrinya malam pedesaan.
"Apa? " jawabku singkat.
"Apa boleh aku dekat denganmu?  Lebih mengenalmu? "
"Ya bolehlah"
"Apa nanti ada yg marah Vi, kalau aku dekat denganmu? " tanyamu yg bagiku itu adalah sebuah pertanyaan tidak langsung yg menanyakan statusku
"hahha, gak lah Bang, paling mamah sama bapak yg marah"
"Aku ingin lebih dekat dengan kamu Vi, ingin lebih mengenalmu, bukan hanya sebatas di pengabdian ini tapi pasca pengabdian ini pun aku ingin tetap dekat dan lebih mengenalmu Vi. Boleh? " tanyamu lagi agar lebih meyakinkan.
"Iya bang iya, boleh boleh silahkan" balasku dengan senyuman "sepertinya air kompresannya sudah dingin Bang, aku ganti dulu ya" lanjutku berusaha mengalihkan pembicaraan secara tidak langsung. Ya ketika itu aku memang seperti perawat yg mengurus orang sakit. Kamu ingat jef,  saat itu ada virus di matamu,yg pada akhirnya selepas pengabdian itu kamu harus di operasi karena virus itu.  Aku ingat betul tentang itu.
Haripun berganti, dan aku rasa kita semakin dekat hingga yg lain mengira kita sudah terikat, padahal belum. Bagaimana aku bisa terikat dengan orang yg sudah terikat?  Aku tidak mau, aku tidak bisa, aku tidak bisa sejahat itu, aku wanita dan diapun wanita, aku bisa merasakan itu. Walau jujur mungkin dan pasti ada rasa kecewa di hati jika aku mebiarkan, tapi aku tak bikeh bersikap seperti itu.
"Aku keluar dulu ya guys"
"Kemana Vi ?" tanyamu
"Keluar sebentar, mau nyelesaiin masalah biar ga ke ganggu lagi Bang" jawabku
"tuh kan dianya nelfon lagi nelfon lagi" lanjut ku
"Siapa Vi ?"
"Mantanku Bang" ,kamu diam mendengar itu. "Sepertinya tadi dia liat kita jalan berdua di kampus" lanjutku.
"Mau aku antar ? "
"Ga usah Bang,  makasih gak apa-apa. Ini urusanku"
"Memang mau ketemu dimana ?"
"Gerbang belakang kampus"
"Kalau ada Apa-apa kamu langsung hubungi aku ya, kasih kabar" ucapmu dengan nada yg seperti khawatir, ya aku yau kamu pasti khawatir karena aku sudah menceritakan tentang masa laluku itu termasuk mantanku yg itu.
Hampir setengah jam aku diluar dan akhirnya aku kembali. "Kamu gak apa-apa? " tanyamu khawatir.
"Engga kok, tuh liat gak apa-apa kan?"
"Kamu nangis? "
"Engga"
"Bohong !" balasmu dengan nada yg serius tidak percaya "Ayo cerita, ada apa, apa yg terjadi"
"Gak ada apa-apa ko, aku cuma lega dan merasa ini sudah selesai sudah berakhir dan semoga gak ganggu-ganggu lagi"
Kamu memperhatikanku dengan serius dan seolah ingin memakanku jika kulihat dari pandangannya.
"Udah udah, semua udh beres ko, udah berakhir, percaya deh" lanjutku untuk lebuh Meyakinkannya

Kamu ingat Jef, sore itu kita sama-sama pulang ke rumah bukan ke basecamp. Malam itu kita makan bersama terlebih dahulu. Disana kita mulai bicara membicarakan hati dan perasaan. Jujur aku bingung saat itu,  tapi aku berusaha menjadi pendengar yg baik untukmu. Aku ingat,disana kamu menanyakan tentang perasaanku padamu. Aku menjawabnya, dan akupun menanyakan statusmu dengan wanita berinisial RN itu. Kamu bercerita tentangnya dan berkata akan mengakhirinya. "Selesaikan saja dulu masalah kamu dengan dia, kalau sudah beres silahkan datang lagi.  Aku ga mau dibilang perusak, pengganggu atau apalah" ucapku dengan senyum.

Tentang kita (part 2)

Juli musim kedua nyaris putaran ketiga,  aku telah berlalu berlari dan merasa terbebaskan. Mahluk bertulang itu kini sudah perlahan pergi, walau kadang selalu datang di kala sedang susah, dan hilang saat senang.  Aku seperti pos pelayanan saja anggapku, yang di datangi saat susah tp hilang saat senang.  Namun jika aku yg susah dan mencarinya untuk sekedar melempar kalimat melempar emosi, ia malah tidak ada. Licik memang, tapi makhluk bertulang itu ya memang begitu adanya.
Di juli musim kedua nyaris 3 putaran, aku tetap memfokuskan diri dengan studi dan semua tentang duniaku. Hingga saat pengabdian itu tiba, aku mendapatkan sosok yg baru, sosok yg kurasa dia berbeda. Aku tak pernah berniat untuk mencari pemegang hati ini saat pengabdian ini. Semua benar-benar berjalan dengan apa adanya. Aneh, ya aku mengatakan ini aneh. Aku tidak merencanakan ini, tidak juga memfokuskan ke hal tersebut.
Kini kita telah sama-sama jatuh ke dalam lubang yg katanya namanya cinta. Jatuh cinta.  Ya aku kembali merasakannya lagi.  Lucu, aneh. Morfin-morfin itu benar-benar membuat aku senang bahkan lebih dari senang. Akhirnya ada juga yg bisa meruntuhkan dinding hati yg beku ini, logika yg keras ini dan sikap yg masabodo ini. Kini aku berbalik menyukainya, entah apa alasannya.  Semua seperti sihir bagiku. Dia hebat bisa mengubahku seperti ini, tapi aku tetap menjadi diriku sendiri sebisa mungkin. Aku tak mau 'cinta' mengubah diriku maupun dirinya. Bertemu dan berkenalan secara singkat ini ternyata bisa membuat aku jatuh benar-benar jatuh. Oh tuhan apakah salah yg aku rasakan ini???  Aku benar-benar taku jatuh terlalu dalam lagi, aku tau jatuh yg ini sangat membuatku nyaman dan bahagia, tapi aku takut. Aku takut jatuh di kesalahan yg sama, aku takut jika harus terluka kecewa lagi, aku belum siap, hatikupun belum siap untuk kembali jatuh di hal seperti itu lagi.
Jef...  Aki selalu memanggilnya begitu. Apa yg membuatmu jatuh kepadaku Jef?  Apa yg kamu lakukan sehingga aku pun bisa jatuh kepadamu? 
Semua berawal dari penasaran katamu, lalu tumbuh suka,  sayang, rasa ingin memiliki dan akhirnya cinta. Aku terlalu kekanakan mengartikan ini, tapi kamu Jef, kamu bisa membuktikannya kepadaku.
Jef, apa kamu ingat awal kita bertemu dengan kekonyolan kita dan tim kita?  Lucu memang ya, secara tidak langsung aku menganggapnya sebagai doa untuk kita. Aku kira ini hanya cinta lokasi semata, tapi ternyata kita bisa bertahan sejauh ini dan berhasil melewati berbagai level dengan bersama-sama.
Jef, jujur aku senang mengenalmu, dekat denganmu dan sikapmu kepadaku itu,  ahh kau memang bisa membuat aku percaya lagi.

Tentang kita (part 1)

Dulu, ketika semua terasa sama dan tidak bisa untuk dipercayai kembali lagi.  Rasanya kaki ini enggan untuk melangkah, biarlah begini mengayun adanya tanpa ada arah. Ya, 'dulu' mengajariku sesuatu hal yang cukup untuk dijadikan bahan acuan untuk tidak sembarangan melangkah. Bebetapa musim telah berganti, bahkan terulang hampir tiga kali. Dinginnya ego, kerasnya hati membuat orang memandang lain bahkan mungkin memberikan sebuah statement yg beragam.
Aku memang tidak terlalu perduli dengan bualan-bualan kosong mereka. Bagiku untuk apa meladeni omongan-omangan orang disana, yg mana mereka tidak tahu cerita aslinya, mereka hanya penonton, penikmat, sekaligus komentator tapi mereka tidak tau alurnya, tidak tau perannya, karena mereka hanya menggunakan teori komentar atau teori sinetron.
Dua musim nyaris tiga putaran aku nyaman dengan dinginku sendiri, nyaman dengan masabodoku sendiri, nyaman dengan duniaku sendiri. Sebenarnya aku bisa menjadi sosok yg hangat juga, tetapi jika aku merasa ia adalah perapian yg pas, tepat.