Telaah
Kurikulum
Bahan/Isi
Kurikulum
Oleh
kelompok 2 (Bahan/Isi)
Ahmad
afriansah
Jamilatul
Afiah
Novia
Anggraeni
Rika
Agustiani
Selly
Mila Andriani
Yuniar
Lestari
Nur
Alifa Adiratna
IV/D PGSD
Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
BAHAN/ISI
A.
Pengertian
Bahan/Isi
ü Material atau bahan
adalah zat atau benda yang dari mana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang
yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. Bahan
kadangkala digunakan untuk menunjuk ke pakaian atau kain. Banyak pendapat mengenai pengertian bahan bacaan dan
bahan pustaka. Masing – masing pengertian mempunyai perspektif sendiri –
sendiri. Kedua istilah ini terdiri dari 2 suku kata, yaitu bahan dan bacaan,
serta bahan dan pustaka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahan diartikan
segala sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu.
Sedangkan bacaan memiliki arti buku dsb. yang dibaca. Sedangkan pustaka
mempunyai arti buku.
ü isiadalah
sesuatu yg ada (termuat, terkandung, dsb) di dl suatu benda dsb.
Apabila kita bertanya apa sesungguhnya yang kita maksudkan dengan perkataan tertentu, maka yang kita tanyakan ialah isi pengertian atau perkataan itu, seperti kata “ pegawai negeri “, jika kita selidiki arti atau isinya maka ada berbagai unsur yang terkandung didalamnya.
Apabila kita bertanya apa sesungguhnya yang kita maksudkan dengan perkataan tertentu, maka yang kita tanyakan ialah isi pengertian atau perkataan itu, seperti kata “ pegawai negeri “, jika kita selidiki arti atau isinya maka ada berbagai unsur yang terkandung didalamnya.
ü Isi kurikulum berkenaan dengan pengetahuan
ilmiah dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada siswa untuk dapat
mencapai tujuan pendidikan. Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan
dengan pengetahuan ilmiah maupun pengalaman belajar disesuaikan dengan tingkat
dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam masyarakat menyangkut
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
ü Bahan
Adalah Sesuatu yang ada (Termuat, Terkandung, Dsb) Di dalam suatu benda Dsb: -- Gudang Itu Pupuk Dan
Alat-Alat Pertanian; 2 Besarnya Suatu Ruangan; Volume: -- Kaleng Itu 20 Liter; 3 Apa yang tertulis di dalamnya (Tentang
Buku, Surat, Dsb); 4 Inti Atau Bagian Yg Pokok Dr Suatu
Wejangan (Pidato, Pem-Bicaraan, Dsb);
ü
Isi
Adalah Sesuatu Yang Menempati Suatu Ruang/ Wadah/Pikiran yang dapat
dikembangkan
ü Bahan
adalah (segala) sesuatu yg dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu,
spt untuk pedoman atau pegangan, untuk mengajar, memberi ceramah; sesuatu yg
menjadi sebab (pangkal) atau sikap (perbuatan).
ü Gall
(1981) mendefinisikan bahan kurikulum sebagai: Curriculum materials are
physical entities, representational in nature, used to facilitate the learning process.jadi, menurut Gall bahan kurikulum
adalah sesuatu yang mempunyai sifat fisik, sifat mewakili dan dipergunakan
untuk mempermudah proses belajar.
ü Entity
fisek (physical entities) adalah bahan kurikulum itu merupakan objek yang dapat
diobservasi, bukan hanya berupa ide-ide atau konsep. Dengan demikian, tujuan
pengajaran tidak termasuk bahan kurikulum karena ia tak dapat dilihat.
Buku-buku teks dan lain-lain yang sejenis yang merupakan media cetak, film,
program rekama, dan lain-lain adalah contoh-contoh bahan kurikulum yang dapat
diobservasi.
ü Bahan
yang bersifat representational dimaksudkan bahan kurikulum yang dapat
menyampaikan sesuatu yang lain lebih dari sekedar barangnya itu sendiri. Bahan
kurikulum yang representational ini perlu dibedakan dengan sarana kurikulum
seperti alat-alat tulis, model, organisme biologis, dan sebagainya walau yang
disebut terakhir itu juga memberikan fasilitas belajar.
ü Karakteristik
bahan kurikulum yang lain adalah bahai itu secara sungguh-sungguh memberikan
fasilitas belajar. Jadi, bahan tersebut memang secara sengaja dirancang dan
dibuat untuk maksud atau mempermudah pengajaran.
B.
Bahan
Ajar Atau Learning Material
Bahan
Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan
untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam
penyajiannya berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan
prinsip-prinsip, norma yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta
seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran
pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan
keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep,
prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Dilihat
dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung dan sebagai
sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber belajar
yang dimanfaatkan langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang
menjadi rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul,
handout, dan bahan-bahan panduan utama lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan
mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan tujuan dan
materi kurikulum seperti kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian.
Sebagai
sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran
merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap. Contohnya adalah
buku bacaan, majalah, program video, leaflet, poster, dan komik pengajaran.
Bahan pembelajaran ini pada umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum,
tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan utamanya yaitu memberikan
pendalaman dan pengayaan bagi siswa.
Bahan
ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Termasuk
jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama
tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka
pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian,
definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah
tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).
C. Fungsi Bahan Ajar
Fungsi bahan ajar, yaitu:
ü Memfasilitasi kegiatan pembelajaran
mandiri peserta didik, baik tentang subtansi maupun tentang penyajiannya yang
memasukkan sejumlah prinsip yang dapat meningkatkan kompetensi yang hendak
dimiliki peserta didik.
ü Bagi pengajar, bahan ajar berfungsi
untuk pengembangan kompetensi peserta didik, sebab melalui buku ajar, pengajar
memiliki kebebasan dalam memiliki, mengembangkan dan menyajikan materi sejalan
dengan prinsip-prinsip intsruksional untuk mencapai tujuan pembelajaran.
D. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar
ü Learner centered principle, yaitu siswa akan belajar bahasa
dengan baik jika mereka diperlakukan sebagai individu dengan kebutuhan dan
ketertarikan mereka sendiri (needs and interest).
ü Active involvement principle, yaitu siswa akan belajar bahasa
dengan baik jika kepada mereka diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
komunikasi dengan menggunakan bahasa itu dalam aktivitas yang bervariasi.
ü Immerson principle, yaitu siswa akan belajar bahasa
dengan baik jika aktivitas komunikatif yang diberikan kepada mereka dapat
dipahami (comprehensible) dan relevan dengan kebutuhan dan ketertarikan mereka.
ü Focusing principle yaitu siswa akan belajar bahasa dengan
baik jika mereka fokus pada bentuk dan ketrampilan bahasa yang bervariasi, dan
strategi belajar yang bervariasai untuk mendukung proses pemerolehan bahasa.
ü Sociocultural principle yaitu siswa akan belajar bahasa
dengan baik jika mereka menyadari tentang peran, fungsi, dan sifat bahasa itu.
ü Awarnes principle, yaitu siswa akan belajar bahasa
dengan baik apabila mereka menyadari peran dan sifat bahasa itu sendiri
ü Assesment principle, yaitu siswa akan belajar bahasa
dengan baik jika mereka diberikan umpan balik yang sesuai tentang perkembangan
yang mereka capai
ü Responsibility principle, yaitu siswa akan belajar bahasa
dengan baik jika mereka diberikan kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka
sendiri
E. Prinsip-prinsip Penyusunan Bahan
Ajar
Mempertimbangkan karakter siswa. Berhubungan dengan isu-isu
seperti kesesuaian tingkat kesulitan bahan ajar dengan tingkat keterampilan
berbahasa siswa, bagaimana bahan ajar dapat menantang siswa tanpa membuat
mereka frustasi, dan bagaimana bahan ajar dapat mengakomodasi kebutuhan dan
ketertarikan siswa.
Mempertimbangkan tujuan pembelajaran. Pertimbangan ini
menyangkut bagaimana bahan ajar mendukung pencapaian kompetensi yang dituntut
dalam kurikulum, meningkatkan pengetahuan siswa, mendukung siswa bertanggung
jawab atas belajarnya sendiri.
Mempertimbangkan kebutuhan dan ketertarikan guru (teacher’s
needs and preferences consideration). Berhubungan dengan isu bagaimana
bahan ajar dapat mengeksploitasi dan bukan membatasi keahlian guru.
Mempertimbangkan kepraktisan dan kelaziman (practicalities
and general consideration). Berhubungan dengan kriteria bahwa bahan ajar
harus mempunyai tampilan yang imaginatif dan menarik, ekonomis dari segi
pemanfaatn waktu pemakaiannya, dan harus memungkinkan siswa dapat aktif
terlibat dalam pemakaiannya.
F. Jenis-Jenis
Bahan Ajar
Bahan ajar jika
dikelompokkan menurut jenisnya ada 4 jenis yakni bahan cetak (material
printed) seperti handout, modul, buku, lembar kerjasiswa, brosur, foto/gambar
dan model. Bahan ajar dengar seperti kaset,radio, piringan hitam dan compact
disk audio. Bahan ajar pandang denganseperti video compact disk dan film. Bahan
ajar interaktif seperti compactdisk interaktif.
G.
Peran Bahan Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran
1)
Peran Bahan Pembelajaran Bagi Guru:
ü
Wawasan bagi guru untuk pemahaman substansi secara komprehensif
ü
Sebagai bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
ü
Mempermudah guru dalam mengorganisasikan pembelajaran di kela
ü
Mempermudah guru dalam penentuan
metoda pembelajaran yang tepat serta sesuai kebutuhan siswa
ü
Merupakan media pembelajaran
ü
Mempermudah guru dalam merencanakan penilaian pembelajaran.
2)
Peran Bahan
Pembelajaran Bagi Siswa
ü
Sebagai pegangan siswa dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai
kompetensi yang dicanangkan.
ü
Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri di luar yang
disampaikan oleh guru di kelas.
ü
Sebagai media yang dapat memberikan kesan nyata berkaitan dengan materi
yang harus dikuasai.
ü
Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi
tertentu.
ü
Mengukur keberhasilan penguasaan materi pembelajaran secara mandiri.
3)
Peran Bahan
Pembelajaran Bagi Pihak Terkait
ü
Dapat mendorong pihak terkait untuk memfasilitasi pengadaan bahan
pembelajaran yang dibutuhkan guru dan murid di sekolah.
ü
Dapat meberi masukan kepada guru atau penyusun bahan pembelajaran agar
bahan pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dengan segenap
lingkungannya.
ü
Dapat membantu dalam pemilihan dan penetapan media serta alat
pembelajaran lainnya yang mendukung keberhasilan penguasaan bahan pembelajaran
oleh siswa.
ü
Sebagai alat pemberian reward (penghargaan) terhadap guru yang secara
kreatif menyusun serta mengembangkan bahan pembelajaran.
H. Karakteristik
Bahan Ajar
Suatu
bahan pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri yang melekat
pada bahan ajar yang disajikan (disusun) merupakan ciri khas yang membedakan
antara bahan pembelajaran yang baik dengan bahan pembelajaran yang tidak
baik.Bahan pembelajaran yang baik memenuhi syarat substansial dan penyajian
sebagai berikut:
a. Secara
substansial bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1)
Sesuai dengan visi dan misi sekolah
Visi
merupakan wawasan jauh ke depan yang menunjukkan arah bagi pencapaian tujuan.
Sedangkan misi merupakan gambaran tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh
lembaga, dalam hal ini sekolah/madrasah. Visi dan misi sekolah dalam
pencapaiannya diwujudkan melalui proses pembelajaran, sedangkan proses
pembelajaran dibanguna diantaranya karena adanya bahan pembelajaran. Oleh
karena itu bahan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan visi, misi,
karena bahan pembelajaran itu sendiri merupakan sarana materi yang akan
disampaikan pada siswa dalam upaya mencapai visi dan misi sekolah.
2)
Sesuai dengan kurikulum
Kurikulum
yang dimaksud adalah seperangkat program yang harus ditempuh siswa dalam
penyelesaian pendidikannya. Paling tidak, secara sempit kurikulum meliputi
aspek tujuan/kompetensi, indikator hasil materi, metoda
dan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar, dalam hal
ini merupakan pengembangan materi pembelajaran hendaknya senantiasa sesuai
dengan tujuan/kompetensi, materi dan indikator keberhasilan.
3)
Menganut azas ilmiah
Ilmiah
yang dimaksud adalah bahan ajar tersebt disusun dan disajikan secara sistematis
(terurai dengan baik) metodologis (sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan).
4)
Sesuai dengan kebutuhan siswa
Bahan
ajar merupakan hal yang harus dicerna dan dikuasai siswa. Dengan demikian bahan
ajar disusun semata-mata untuk kepentingan siswa. Oleh karena itu, maka bahan
ajar yang disusun hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, yaitu sesuai dengan
tingkat berpikir, minat, latar sosial budaya dimana siswa itu berada.
b. Memenuhi
kriteria penyajian, yang meliputi:
1) Memiliki
tingkat keterbacaan yang tinggi
Bahan pembelajaran yang
disusun hendaknya memiliki derajat keterbacaan yang tinggi, dalam arti bahasa
yang disajikan menggunakan struktur kalimat dan kosa kata yang baik, bentuk
kalimat sesuai tata bahasa, dan isi pesan yang disampaikan melalui huruf,
gambar, photo dan ilustrasi lainnya memiliki kebermaknaan yang tinggi.
2) Penyajian
format dan fisik bahan pembelajaran yang menarik
Format dan fisik bahan
pembelajaran juga harus diperhatikan. Format dan fisik buku ini berkaitan
dengan tata letak (layout), penggunaan model dan ukuran huruf, warna, gambar
komposisi, kualitas dan ukuran kertas, penjilidan, dsb. Format dan fisik bahan
ajar sebenarnya merupakan tanggung jawab penerbit (bila bahan ajar tersebut
diterbitkan), tetapi sebaiknya penulis memiliki gagasan bagaimana format dan fisik
bahan ajar yang diinginkan.
I.
Hubungan
Pengembangan Kurikulum dan Penyelesaian Bahan
Pengembangan
bahan kurikulum merupakan salah satu bagian dari pengembangan kurikulum secara
keseluruhan. Adanya penggantian kurikulum yang berlaku biasanya juga dimaksudkan
untuk memajukan sekolah. Usaha memajukan sekolah itu sendiri antara lain juga
ditempuh melalui strategi memasukkan bahan-bahan pengajaran yang baru kedalam
program sekolah yang bersangkutan. Bahan pengajaran yang dimaksud harus lebih
dahulu diseleksi dan disesuaikan dengan tujuan pengajaran di sekolah itu secara
keseluruhan.
Kurikulum
yang dapat dilihat sebagai semua perencanaan pendidikan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai sejumlah tujuan, menunjukkan bahwa hal itu berkaitan dengan
maksud utama pengembangan kurikulum, yaitu mengidentifikasi tujuan-tujuan yang
lebih luas dan yang lebih khusus pengajaran yang harus diusahakan
pencapaiannya.
Perumusan
tujuan kurikulum pada umumnya didasarkan pada konsep-konsep sifat belajar,
pelajar, dan masyarakat. Mc. Neil (1977) mengemukakan adanya empat perbedaan
konsep yang mempengaruhi perkembangan kurikulum dewasa ini, yaitu pandangan
humanis, rekonstruksi sosial, teknologi instruksional, dan disiplin akademik.
Kurikulum
yang dikembangkan atas dasar pandangan hamanis misalnya, cenderung merumuskan
tujuan pendidikan dengan menekankan pada kebutuhan individual demi pertumbuhan
dan integritas personal. Tujuan pengembangan kurikulum yang lain adalah untuk
mengurutkan tujuan-tujuan pengajaran secara sistematis logis sehingga siswa
dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya secara saling berhubungan
sepanjang tahun. Aspek pengembangan kurikulum jenis ini biasanya menghasilkan
spoke (cangkupan, luas) dan urutan, struktur, pengembangan urutan, atau
organisasi urutan yang lain.
Tujuan
dan urutan kurikulum yang di khususkan, dimaksudkan untuk memudahkan
pelaksanaannya. Dalam titik ini, penyelesaian behan kurikulum yang layak harus
sudah dilibatkan (Gall). Dengan demikian ada keterpaduan antara
komponen-komponen yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut.
Penyelesaian
kurikulum baik oleh tim pengembangan kurikulum maupun oleh guru secara
individual, harus secara cermat dilihat dari segi relevansinya dengan kurikulum
yang dikembangkan. Hal itu dapat ditempuh melalui proses pengambilan,
penganalisisan, dan penilaian bahan. Jika bahan diseleksi lepas dari
hubungannya yang lebih besar, ia akan menghasilkan sesuatu yang tidak ada
hubungannya dengan program pengajaran, dan hal itu berarti menghilangkan
kemungkinan siswa untuk menghubungkannya dengan hal-hal yang lain.
J.
Tahap-Tahap
Proses Adopsi Kurikulum
Proses
adopsi bahan kurikulum memuncak pada keputusan untuk memilih atau
merekomendasikan tentang penyeleksian terhadap seperangkat bahan yang khusus.
Proses adopsi bahan itu dapat bervariasi tergantung pada 1) siapa yang membuat
keputusan adopsi, 2) siapa yang akan menerima keputusan itu, dan 3) sifat
adopsi itu sendiri.(Gall).
Sifat
keputusan adopsi juga mempengaruhi proses penyeleksian yang dipergunakan, dan
untuk itu paling tidak terdapat tiga keputusan adopsi.
1.
Keputusan bisa berupa
pemilihan suatu produk dari sejumlah produk kurikulum. Keputusan jenis ini
biasanya dibuat oleh tim penyeleksi.
2.
Keputusan bisa berupa
pemilihan suatu produk kurikulum dengan mempertimbangkan kebaikan-kebaikan yang
ada tanpa membandingkannya dengan produk yang lain. Keputusan jenis ini boleh
dilakukan oleh seorang guru yang menjumpai suatu produk yang baru dan kemudian
ingin memanfaatkannya untuk pengajaran tambahan.
3.
Keputusan ini bisa
berupa pembuatan daftar bahan kurikulum yang disetujui. Semua bahan yang sesuai
dengan kriteria tertentu dapat dipilih untuk mengisi daftar itu. Hal itu
berarti bahwa lebih dari satu produk yang dapat dipilih oleh tim penyeleksi.
Proses
penyeleksian bahan kurikulum yang bersifat formal terdiri dari sejumlah tahap.
Gall mengemukakan ada sembilan tahap yang harus dilalui yaitu:
1. identifikasi
kebutuhan,
2. merumuskan
misi kurikulum (Spesialis media),
3. menentukan
anggaran pembiayaan,
4. membentuk
tim penyeleksi,
5. mendapatkan
susunan bahan,
6. menganalisis
bahan,
7. menilai
bahan,
8. membuat
keputusan adopsi,
9. menyebarkan,
mempergunakan, dan memonitor penggunaan.
Pembicaraan berikut tidak akan
mencangkup ke-9 tahap tersebut, melainkan ada beberapa tahap yang sengaja
ditinggalkan.
1.
Identifikasi Kebutuhan
(Identify Your Needs)
Para ahli
mengidentifikasi kebutuhan (needs) sebagai ketidak sesuaian antara apa yang
menjadi kenyataan dan apa yang menjadi keinginan. Yang pertama bisa menunjuk
pada kurangnya keseluruhan bahan untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebaliknya,
yang kedua mengacu kepada pengertian penyeleksian bahan yang memungkinkan siswa
untuk dapat mencapai tujuan pengajaran.
Pemilihan yang dilakukan oleh tim penyeleksi biasanya dilakukan dengan a) mendaftar bahan pengajaran yang dipergunakan yang dirasa kurang memadai, dan menilai dan menyeleksi bahan baru yang diperoleh melalui penelitian. Karakteristik bahan baru yang diinginkan harus mencerminkan tujuan (goals) dan pandangan hidup, tingkat sekolah, tingkat bacaan, skope, serta sekuen kurikulum.
Pemilihan yang dilakukan oleh tim penyeleksi biasanya dilakukan dengan a) mendaftar bahan pengajaran yang dipergunakan yang dirasa kurang memadai, dan menilai dan menyeleksi bahan baru yang diperoleh melalui penelitian. Karakteristik bahan baru yang diinginkan harus mencerminkan tujuan (goals) dan pandangan hidup, tingkat sekolah, tingkat bacaan, skope, serta sekuen kurikulum.
2.
Mendapatkan Bahan
Kurikulum (Access to Curiculum Materials)
Proses pencarian bahan kurikulum sering tidak terencana dan sering bersifat kesewaktuan. Para pendidik biasanya menyadari persediaannya bahan-bahan itu melalui percakapan dengan kawan sejawat, jurnal, profesional, seminar, penetaran, dan sebagainya. Akan tetapi, para pendidik sering kurang menanggapi secara sungguh-sungguh karena meresa sulit untuk mendapatkan bahan itu atau karena kurangnya informasi bagaimana cara untuk memperolehnya.
Proses pencarian bahan kurikulum sering tidak terencana dan sering bersifat kesewaktuan. Para pendidik biasanya menyadari persediaannya bahan-bahan itu melalui percakapan dengan kawan sejawat, jurnal, profesional, seminar, penetaran, dan sebagainya. Akan tetapi, para pendidik sering kurang menanggapi secara sungguh-sungguh karena meresa sulit untuk mendapatkan bahan itu atau karena kurangnya informasi bagaimana cara untuk memperolehnya.
3.
Analisis Bahan (Analyze
the Meterials)
Analisis merupakan
proses memisah-misahkan suatu keseluruhan material kedalam bagian-bagian atau
komponen-komponen, dan kemudian menguji tiap begian itu serta bagaimana
kaitannya antara satu denga yang lain.
Daftar analisis bahan
itu biasanya dikelompokkan dalam empat kategori,
1. Publikasi
dan informasi
Dalam aplikasi ini kita
akan mendapatkan sejumlah informasi yang perlu dianalisis, untuk melakukan
analisis kita perlu mengajukkan pertanyaan-pertanyaan terhadap sub-ketegori
yang dimaksud.
a. Pengarang:
siapa yang menulis bahan itu, apa lembaganya, bagaimana reputasinya, apa latar
belakang profesinya , dan sebagainya.
b. Sejarah
proses pembangunan dan produk bahan: hal ini akan memberikan wawasan tentang
sifat dan maksud bahan itu.
c. Edisi:
edisi pertama dari cetakan pertama: ada berapa, berapa lama jarak tiap edisi
penerbitan, adakah perubahan bahan pada edisi yang kemudian.
d.) Tanggal dan tahun publikasi: publikasi tanggal dan tahun yang terbaru penting, apalagi untuk majalah atau jurnal.
d.) Tanggal dan tahun publikasi: publikasi tanggal dan tahun yang terbaru penting, apalagi untuk majalah atau jurnal.
d. Penerbit:
siapa penerbitnya dan siapa yang mendisrtibusikannya, dan sebagainya.
2. Kelayakan
Fisik Material
Hal ini juga
dipetimbangkan dalam membuat keputusan adopsi bahan karena buku yang
menguntungkan dalam segi fisik tak akan dibeli orang. Kelayakan fisik ini
antara lain meliputi hal-hal:
a) Komponen:
seperangkat bahan kurikulum kadang-kadang terdiri dari seperangkat komponen.
Kelengkapan dan kemudahan mendapatkan komponen-komponen tersebut aka menentukan
kelayakan bahan tersebut.
b) Daya
tahan: bagaimana daya tahan bahan itu, apakah ia awet, aman terhadap terhadap
kondisi tertentu .
c) Format
media: bagaimana wujut bahan itu, apakah media cetak, audio, film, apakah ia
dilengkapi dengan petunjuk bagaimana mempergunakannya?
d) Kualitas:
bagaimana kualitas bahan itu, jika ia berupa media cetak (misalnya) bagaimana
kualitas kertas, cara pencetakannya.
3. Isi
bahan
Isi kurikulum biasanya
dianalisis dalam pengertian bahan pengajaran atau tujuan tingkah laku, dan dan
oendekatan yang lain memandang isi dala pengertian cakupan dan urutan. Berikut
akan dikemukakan beberapa sub-bagian isi itu.
a. Pendekatan:
filsafat, nilai-nilai, dan praduga tertentu yang mempengaruhi pengembangan
bahan.
b. Bentuk
tujuan pengajaran: keluaran belajar yang dapat dicapai melalui bahan itu.
c. Jenis-jenis
tujuan pengajaran: klasifikasi tujuan pengajaran yang pada umumnya meliputi
ranah kognitif, efektif, dan psikomotor yang disarankan oleh Bloom (1956).
d. Orientasi
masalah: isi bahan yang berupa sasuatu yang dipelajari. Orientasi yang terlalu luas
justru menunjukkan ketidaktentuan pengetahuan.
e. Multikulturalisme:
isi yang mencerminkan perspektif dan kontribusi berbagai kelompok kultur dan
etnik.
f. Cakupan
dan urutan: luas topic dan bagaimana sajian urutannya.
4. Kelayakan
bahan untuk pengajaran
Kelayakan bahan mungkin
mempunyai nilai khusus pengajaran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi siswa
dalam mempelajari isi.
a. Alat
penilaian: alat untuk mengukur keluaran hasil belajar siswa yang berupa tes
bentuk objektif, esai, jawaban pendek, atau tugas-tugas lain.
b. Keterpahaman:
isi bahan yang disajikan dapat dipahami oleh seluruh siswa.
c. Hubungannya
dengan bahan kurikulum yang lain: bahan yang layak sering mempunyai hubungan
dengan bahan-bahan kurikulum yang lain atau dengan kurikulum secara umum.
d. Efektivitas
pengajaran: bahan pengajaran harus melengkapi dirinya dengan bukti bahwa ia
merupakan bahan yang efektif.
e. Langkah-langkah
pengajaran: bentuk urutan aktivitas pengajaran harus disertai rasional yang
menunjukkan bahwa hal itu dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan.
f. Sistem
pengelolaan: prosedur untuk memonitor dan mengontrol penngunaan bahan perlu
disertakan dalam perangkat bahan yang kompleks karena hal itu akan membantu
guru untuk mengecek kemajuan belajar siswa.
g. Prerekuisit:
sesuatu yang harus dimiliki siswa sebelum ia mempelajari bahan tingkat
tertentu. Prerekuisit itu biasanya berupa kemampuan atau keterampilan tingkat
tertentu yang dijadikan prasyarat sebelum siswa mempelajari bahan berikutnya.
h. Kegiatan
siswa: aktivitas apa yang diharapkan dilakukan oleh siswa dalam rangka
mempelajari bahan yang dimaksud.
i. Peran
guru: peran apa yang harus dilakukan guru dalam mempergunakan bahan itu pada
situasi pengajaran.
5. Penilaian
Bahan Kurikulum (Appraisal of Curriculum Materials)
Penilaian terhadap suatu bahan kurikulum dapat dilakukan melalui tiga strategi, yaitu a) memeriksa bahan itu sendiri, b) membaca review kritik atau laporan bahan teknis dari studi evaluasi yang dilakukan evaluator, dan c) melakukan tes lapangan terhadap bahan (Gall).
Penilaian terhadap suatu bahan kurikulum dapat dilakukan melalui tiga strategi, yaitu a) memeriksa bahan itu sendiri, b) membaca review kritik atau laporan bahan teknis dari studi evaluasi yang dilakukan evaluator, dan c) melakukan tes lapangan terhadap bahan (Gall).
6. Pembuatan
Keputusan Adopsi Bahan (Make an Adoption Decision)
Pembuatan keputusan untuk mengadopsi bahan merupakan langkah terakhir dalam proses penyeleksian bahan. Dilaluinya langkah-langkah sebelumnya di atas secara sistematis, dimaksudkan agar dalam pembuatan keputusan mengadopsi bahan kurikulum sebagai bagian keseluruhan proses pengembangan kurikulum dapat dipertanggung jawabkan.
Pembuatan keputusan untuk mengadopsi bahan merupakan langkah terakhir dalam proses penyeleksian bahan. Dilaluinya langkah-langkah sebelumnya di atas secara sistematis, dimaksudkan agar dalam pembuatan keputusan mengadopsi bahan kurikulum sebagai bagian keseluruhan proses pengembangan kurikulum dapat dipertanggung jawabkan.
Setelah bahan adopsi
ditetapkan, selesailah tugas penyaksian bahan kurikulum sekolah.
K.
Penentuan
Bidang Studi dan Pokok Bahasan
Penentuan isi program kurikulum
(komponen isi) akan mencangkup dua masalah pokok. Pertama adalah penentuan
jenis-jenis bidang studi atau mata pelajaran yang harus diajarkan, dan yang
kedua adalah penentuan isi program atau pokok bahasan untuk masing-masing
bidang studi tersebut.penentuan kedua jenis isi program kurikulum tersebut akan
sangat ditentukan oleh tujuan masing-masing jenis dan tingkat sekolah yang
bersangkutan.
1. Penentuan
Jenis Bidang Studi
Bidang-bidang
studi yang dipilih dan diajarkan pada sekolah yang bertugas menyiapkan
lulusannya untuk melanjutkan ke sekolah tingkat di atasnya, tidak sama dengan
bidang-bidang studi yang diajarkan pada sekolah yang bertugas menyiapkan
tamatannya untuk langsung terjun di masyarakat kerja. Bidang-bidang studi yang
diajarkan pada sekolah golongan pertama biasanya berupa pengetahuan yang
bersifat umum sebagai dasar untuk memasuki sekolah tingkat di atasnya.
2.
Menentukan Pokok
Bahasan/Bahan Pengajaran
Pokok
bahasan dan bahan pengajaran untuk tiap bidang studi menyangkut masalah apa
yang harus diajarkan dan kapan atau di kelas beberapa bahan itu diajarkan.
Dengan kata lain, dalam menentukan bahan pengajaran (isi program) itu
mencangkup masalah skope (luas bahan pengajaran) dan sekuen (urutan penyampaian
bahan pengajaran).
Pemilihan masalah apa atau bahan pengajaran itu ditentukan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan, yaitu yaitu tujuan kurikuler dan instruksional. Bahan-bahan pelajaran yang dipilih harus benar-benar menopang tercapainya tujuan-tujuan pendidikan tersebut. Dengan demikian bahan yang kurang atau tidak menunjang tercapainya tujuan tidak perlu diadopsi untuk diajarkan karena ia hanya akan memberati siswa.
Secara umum ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan urutan bahan pengajaran, yaitu sebagai berikut:
Pemilihan masalah apa atau bahan pengajaran itu ditentukan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan, yaitu yaitu tujuan kurikuler dan instruksional. Bahan-bahan pelajaran yang dipilih harus benar-benar menopang tercapainya tujuan-tujuan pendidikan tersebut. Dengan demikian bahan yang kurang atau tidak menunjang tercapainya tujuan tidak perlu diadopsi untuk diajarkan karena ia hanya akan memberati siswa.
Secara umum ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan urutan bahan pengajaran, yaitu sebagai berikut:
a.
Tingkat kematangan anak
Tingkat kematangan itu
akan sejalan dengan tingkat perkembangan kejiwaan anak. Pada tiap perkembangan
kejiwaan itu akan diketahuikepekaan anak tentang sesuatu.
b. Tingkat
pengalaman anak
Pengalaman yang telah
dimiliki anak inilah yang dijadikan dasar untuk memberikan
pengalaman-pengalaman edukatif lain yang lebih tinggi tingkatannya. Pemberian
bahan pelajaran yang tidak didasarkan pada tingkat pengalaman anak juga akan
berakibat kurang berhasilnya program pengajaran yang dilakukan.
c. Taraf
kesulitan
Bahan pengajaran harus
disusun berdasarkan taraf kesulitan siswa. Bahan pengajaran harus disusun dari
yang mudah ke yang lebih sulit, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang
konkret ke yang abstrak, agar pemberian bahan tersebut mudah diikuti siswa.