Minggu, 02 Agustus 2015

Makalah Psikoper Akhir masa kanak-kanak



MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Akhir Masa Kanak – Kanak


Disusun Oleh :
Lili Fajrudin – 2227132488
Lilis Afudoh – 2227132122
Maria Kifthia – 22271326062
Nur Alifa Adiratna – 2227132345
Kelas : 3/D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, hidayah serta inayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Muhammad Hosnan  selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Perkembangan yang telah membimbing  kami dalam penyusunan makalah ini.
          Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,  baik untuk menambah wawasan pengetahuan atau juga dapat dijadikan bahan referensi matakuliah yang terkait. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki segala kekurangan pada makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kekurangan pasti milik kami. Salah  khilaf mohon maaf.



Serang,  14  Oktober 2014

            Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGATAR……………………………………………………………………1             
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 2             
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….... 3            
1.1 LatarBelakang………………………………………………………………………                  
1.2 RumusanMasalah……………………………………………………………………     
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..    
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….......
2.1 Masa Akhir Kanak-Kanak………...........……………………………………………
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….    
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………………………                














BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Akhir masa kanak-kanak disebut late childhood. Pada masa ini perkembangan sosial terjadi dengan cepat. Anak berubah dari self centered yang egoistis, yang senang bertengkar menjadi anak yang kooperatif dan pandai menyesuaikan diri dengan kelompok. Mereka membuat kelompok atau geng dengan alasan dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dengan jenis-jenis permainan yang dia gemari atau melakukan aktivitas lainnya untuk mendapatkan kegembiraan.
Pada dasarnya, mereka memiliki tempat berkumpul tertentu yang jauh dari jangkauan dan pengawasan orang tua. Ketika terjadi pertentangan dengan orang tua, anak lebih cenderung menentang orang tuanya dan mengikuti kelompoknya. Dalam hubungan dengan kelompoknya anak belajar hidup dalam masyarakat, misalnya dalam hal bekerja sama dengan anak lain, menerima tanggung jawab, membela anak lain jikalau diperlakukan tidak adil, dan secara sportif menerima kekalahan.
Makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai perkembangan fisik dan kognitif pada masa akhir anak-anak.
1.2       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana ciri akhir masa kanak-kanak?
2.      Bagaimana tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak?
3.      Bagaimana perkembangan fisik pada akhir masa kanak-kanak?
4.      Bagaimana keterampilan awal masa kanak-kanak?
1.3         Tujuan
1.      Untuk mengetahui ciri akhir masa kanak-kanak.
2.      Untuk mengetahui tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak.
3.      Untuk mengetahui perkembangan fisik pada akhir masa kanak-kanak.
4.      Untuk mengetahui keterampilan awal masa kanak-kanak





BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Masa Akhir Kanak-Kanak

Masa akhir anak- anak sering disebut sebagai masa tamyiz masa sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah dasar.
Masa akhir kanak-kanak menurut psikologi islam adalah tahap tamyiz, fase ini anak mulai mampu membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah, pada usia ini Nabi Muhammad memberikan contoh bahwa anak sudah diperintahkan untuk melakukan sholat sebagaimana Hadits Nabi : Artinya : …….Perintahlah anak-anak kalian melakukan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika meninggalkan apabila berusia sepuluh tahun dan pisahkan ranjangnya.(HR. Abu Dawud dan al-Haki dari Abd Allah ibn Amar) Hadits tersebut mengisyaratkan ketika anak berusia tujuh tahun memerintahkan orang tua untuk memukul anaknya yang meninggalkan shalat, makna memukul tidak berarti bersifat biologis tetapi bersifat psikologis dengan mengingatkan yang dapat menggugah kesadarannya untuk melakukan shalat.Pada masa ini anak-anak sudah bisa menembangkan fikirannya, bisa memdedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Para ahli seringkali tidak menyebut secara eksplisit tentang tahap anak akhir ini, mereka lebih suka menyebutnya sebagai masa anak-anak saja. Untuk itu, menurut hemat penulis sebaiknya perlu pembedaan yang jelas. Mengingat dari perkembangan psokososial, anak-anak pada usia 10-12 tahun, mulai menunjukkan perilaku yang mengarah ke pacaran, walaupun tidak/belum serius. Mereka memiliki rasa ketertarikan secara seksual terhadap lawan jenis. Hal ini mendorongnya untuk mengadakan hubungan pergaulan lintas jenis kelamin. Di sisi lain. Menurut Piaget, anak-anak terus mengembangkan kapasitas intelektual (masa operasi konkrit) di bangku pendidikan formal yakni sekolah dasar. Tak kalah pentingnya ialah meningkatkan aktivitas yang banyak menyita energy fisik, akibat pertumbuhannya yang kian mendekati masa proses kematangan yakni masa remaja.Pada masa ini anak-anak sudah bisa mengembangkan kapasitas intelektual di bangku pendidikan formal.
A.     Perkembangan Fisik
       Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang pertumbuhannya begitu cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik. Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan. Kenaikan tinggi dan berat badan bervariasi antara satu anak dengan yang lainnya. Peran kesehatan dan gizi sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Jadi, peran kesehatan sangatlah penting terhadap keterampilan anak-anak.
       Perkembangan fisik pada akhir masa kanak-kanak sebagai berikut: jadi di sini merupakan perubahan fisik yang terjadi pada masa akhir anak-anak:
1.      Tinggi
Rata-rata anak perempuan 11 tahun mempunyai tinggi badan 58 inci dan laki-laki 57,5 inci.
2.      Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi badan yang berkisar tiga sampai lima pon per tahun. Rata-rata anak perempuan 11 tahun mempunyai berat badan 88,5 pon dan anak laki-laki 85,5 pon.
3.      Perbandingan Tubuh
Beberapa perbandingan wajah yang kurang baik menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang, dan tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar.
4.      Kesederhanaan
Perbandingan tubuh yang kurang baik yang sangat mencolok pada masa akhir kanak-kanak menyebabkan meningkatnya kesederhanaan pada saat ini. Kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-temannya tanpa memedulikan pantas tidaknya juga menambah kesederhanaan.
5.      Perbandingan Otak-Lemak
Selama masa akhir kanak-kanak, jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai melejit pada awal pubertas. Anak yang berbentuk endoformik jaringan lemaknya jauh lebih banyak daripada jaringan otot, sedangkan pada tubuh ektomorfik tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak kurus.
6.      Gigi
Pada permulaan pubertas umumnya seorang anak telah mempunyai 22 gigi tetap. Keempat gigi terakhir yang disebut gigi kebijaksanaan, muncul selama remaja.
           Masa akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relative seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Karena itu, masa ini sering juga disebut sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan “masa tenang”, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, diantaranya keadaan berat dan tinggi badan, keterampilan motorik. Jadi, perrubahan fisiknya sangat pesat pada masa akhir anak-anak ini.
           Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat badan anak bagian atas berkembang lebih lambat dari pada bagian bawah. Anggota-anggota badan relative masih pendek, kepala dan perut relative masih besar. Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6% dan berat bertambah sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg. kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inci dan berat 80 hingga 42,5 kg . jadi, pda masa akhir anak ini anggota badan relative pendek, tapi perut masih besar.
           Jadi, pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Peningkatan berat badan anak selama ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama, kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah.
           Pertumbuhan fisik selama ini, di samping memberikan kemampuan bagi anak-anak untuk berpartisipasi dalam berbagai aktifitas baru, tetapi juga dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan dan kesulitan-kesulitan secara fisik dan psikologis bagi mereka.
B.             Perkembangan Kognitif
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan formal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya piker anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia sekolah dasar ini daya piker anak berkembang kea rah berpikir konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar. Anak-anak ini sudah mempunyai daya ingat yang sangat kuat.
Daya menghafal dan daya memorisasi (=dengan sengaja memasukkan dan melekatkan pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Dan anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak. anak anak sudah mempunyai kemampuan menghafal dalam jumlah banyak.
Dalam tahap perkembangan kognitifnya piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-11 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Kemampuan berpikir ditandai dengan adanya aktifitas-aktifitas mental seperti mengingat, memahami dan mampu memecahkan masalah. Anak sudah lebih mampu berpikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi, karena proses kognitifnya tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis. Anak-anak akhir sudah mempunyai pemikiran yang bersifat konkrit dan nyata.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought). Menurut Piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur. Jadi pada masa akhir anak sudah mempunyai pemikiran yang konkrit.
Pada masa ini anak sudah mengembangkan pikiran logis. Ia mulai mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti 5x6 = 30 ; 30:6= 5 (Johnson dan Medinnus, 1974). Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak olah mata dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dengan yang bersifat menetap. Misalnya, mereka akan tahu bahwa air dalam gelas pendek dipindahkan ke dalam gelas yang kecil tinggi, jumlahnya akan tetap sama karena tidak satu tetes pun yang tumpah. Hal ini adalah karena mereka tidak lagi mengandalkan persepsi penglihatannya, melainkan sudah mampu menggunakan logikanya. Mereka dapat mengukur, menimbang, dan menghitung jumlahnya, sehingga perbedaan yang nyata tidak “membodohkan” mereka.Jadi pada masa akhir kanak-kanak sudah mampu menggunakan logika sehingga tidak mudah untuk dibohongi.
Menurut Piaget, anak-anak pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak.Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu : negasi, resiprokasi, dan identitas.
Negasi (negation). Pada masa pra-operasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, yaitu pada mulanya keadaannya sama dan pada akhirnya keadaannya menjadi tidak sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi di antaranya. Tetapi, pada masa konkrit operasional, anak memahami proses apa yang terjadi di antara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya. Pada deretan benda-benda, anak bias melalui kegiatan mentalnya mengembalikan atau membatalkan perubahan yang terjadi sehingga bias menjawab bahwa jumlah benda-benda adalah tetap sama.
Hubungan timbal balik (resiprokasi). Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbale balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama. Jadi pada akhir anak-anak sudah mampu mengenal kekonkritan. Misalnya saja seperti contoh yang sudah dijelaskan di atas.
Identitas. Anak pada masa konkrit operasional sudah bias mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-deretan itu. Anak bias menghitung, sehingga meskipun benda-benda dipindahkan, anak dapat mengetahui bahwa jumlahnya akan tetap sama.
Setelah mampu mengkonservasi angka, maka anak bias mengkonservasikan dimensi-dimensi lain, seperti isi dan panjang. Kemampuan anak melakukan operasi-operasi mental dan kognitif itu memungkinkannya mengadakan hubungan yang lebih luas dengan dunianya. Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berpikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata. Hanya saja, apa yang dipirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang berhubungannya dengan sesuatu yang konkrit, suatu realitas secara fisik, benda-benda yang benar-benar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas ddan konkrit dengan realitas, masih sulit dipikirkan oleh anak. Jadi pada masa akhir anak-anak mampu berpikir konkrit maka ia peka terhadap sesuatu yang ada di hadapannya.
Istilah yang biasa dipergunakan dalam psikologi ialah intelek dan intelegensi. Yang dimaksud dengan intelek ialah piker, sedangkan yang dimaksud dengan intelegensi ialah kemampuan kecerdasan. Pada dasarnya kedua istilah itu mempunyai arti yang sama. Jika ada orang yang memandangnya tidak sama, sebenarnya perbedaannya hanya terletak dalam waktu saja. Di dalam kata berpikir terkandung perbuatan menimbang-nimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan, sampai akhirnya mengambil keputusan. Sedangkan dalam kata kecerdasan terkandung kemampuan seseorang dalam memecahkan masalahnya dengan cepat. Sampai sekarang perbedaan pendapat itu belum dapat ditetapkan dengan kepastian sehingga para ahli psikologi cenderung menggunakan kedua istilah itu dengan arti yang sederajat.
Dalam keadaan pertumbuhan yang biasa, pikiran berkembang secara berangsur-angsur, sampai anak mencapai umur delapan sampai dengan 12 tahun, ingatannya menjadi kuat sekali. Biasanya mereka suka menghafal banyak-banyak. Anak mengalami masa belajar. Pada masa belajar ini anak menambah pengetahuannya, menambah kemampuannya, mencapai kebiasaannya yang baik.
Anak tidak lagi bersifat egosentris, artinya anak tidak lagi memandang diri sendiri sebagai pusat perhatian lingkungannya. Anak mulai memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan objektif. Karena timbul keinginannya untuk mengetahui kenyataan, keinginan itu akan mendorongnya untuk menyelidiki segala sesuatu yang ada di lingkungannya.
Minat anak terutama ditujukan kepada benda-benda yang bergerak. Anak yang sehat pertumbuhannya suka bergerak, selalu giat, dan berbuat sesuatu. Hal-hal yang mengandung “kegiatan” sangat menarik perhatiannya. Dengan segala senang hati ia mengikuti bermacam-macam kegiatan kalaupun perhatiannya masih berpindah-pindah, belum terpusat kepada sesuatu dalam jangka waktu yang lebih lama. Kenyataan itu hendaknya mendapat perhatian gurunya di sekolah dan orang tuanya di rumah. Anak harus banyak diberi kesempatan untuk bergerak, berbuat, dan bertindak. Bila “kegiatan” ini kurang mendapat penyaluran atau bimbingan yang baik, maka besar kemungkinan hanya bertindak dengan asal berbuat saja.
Dalam masa anak sekolah, anak sangat suka mengumpulkan benda-benda perangko, gambar-gambar, bungkus rokok, bungkus korek api, dan sebagainya. Perkembangan fantasi mengalami perubahan setelah anak berumur delapan tahun; dongeng-dongeng dan cerita yang fantastis sudah tidak disukai lagi karena kemampuan berpikirnya bertambah kritis. Mereka hanya mau menerima sesuatu yang masuk di akal. Sekarang anak lebih suka membaca cerita yang sungguh-sungguh terjadi, paling tidak cerita yang mendekati kenyataan. Perasaan, khayal, dan sugesti masih mempengaruhi cara berpikirnya; itulah salah satu alasannya mengapa kesaksian yang diberikan anak-anak belum dapat dipercaya sepenuhnya.  Jadi pada masa akhir anak-anak ini, mereka sudah tidak lagi mau menerima hal-hal fiksi.
C.            Perkembangan Psikososial
Masa akhir anak-anak merupakan suatu masa perkembangan di mana anak-anak mengalami sejumlah perubahan-perubahan yang cepat dan menyiapkan diri untuk memasuki masa remaja serta bergerak memasuki masa dewasa. Pada masa ini mereka mulai sekolah dan kebanyakan anak-anak sudah mempelajari mengenai sesuatu yang berhubungan dengan manusia, serta mulai mempelajari berbagai keterampilan praktis. Dunia psikososial anak menjadi semakin kompleks dan berbeda dengan masa awal anak. Relasi dengan keluarga dan teman sebaya terus memainkan peranan penting. Sekolah dan relasi dengan para guru menjadi aspek kehidupan anak yang semakin terstruktur. Pemahaman anak terhadap “diri” (self) berkembang, dan perubahan-perubahan dalam gender dan perkembangan moral menandai perkembangan anak selama masa akhir anak-anak ini. Uraian berikut akan mengetengahkan beberapa aspek penting perkembangan psikososial selama masa akhir anak-anak, di antaranya pemahaman diri, relasi dengan teman sebaya, relasi dengan keluarga dan sekolah. Jadi masa akhir anak-anak ini sudah bisa mengenali lingkungan barunya.
Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Seperti halnya dengan masa awal anak-anak,berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktifitas yang banyak menyita waktu anak selama masa pertengahan dan
akhir anak-anak.Barker dan Wright mencatat bahwa anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10% dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.Pada usia 4 tahun,waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya meningkat menjadi 20%.Sedangkan anak usia 7 hingga 11 tahun meluangkan lebih dari 40% waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
Pembentukan Kelompok
Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak pada periode akhir ini terjadi dalam grup atau kelompok,sehingga periode ini sering disebut “usia kelompok”.Pada masa ini,anak tidak lagi puas bermain sendirian dirumah,atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota keluarga.Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok,serta merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya.
Dalam menentukan sebuah kelompok teman,anak usia sekolah dasar ini lebih menekankan aktifitas bersama-sama,seperti berbicara,berkeluyuran,berjalan kesekolah,berbicara mewlalui telefon,mendengarkan musik,bermain game,dan melucu.Tinggaldisekolah yang sama,bersekolah di sekolah yang sama,dan berprtisipasi dalam organisasi masyarakat yang sama,merupakan dasar bagi kemungkinan terbentuknya kelompok teman sebaya.
Popularitas, Penerimaan Sosial dan Penolakan
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak,anak mulai mengembangkan suatu penilaian terhadap orang lain dengan berbagai cara.Hal ini terlihat pada anak kelas dua dan tiga yang telah memiliki stereotip budaya tentang tubuh.Dalam hal ini mereka misalnya menilai bahwa anak laki-laki yang tegap lebih disenangi daripada anak laki-laki yang gemuk atau kurus.Kemudian,pemilihan teman dari anak-anak ini terus meningkat dengan lebih mendasarkan pada kualitas pribadi,seperti kejujuran,kebaikan hati,humor,dan kreatifitas.
Para peneliti membedakan anak-anak atas dua,yaitu anak-anak populer,dan anak-anak yang tidak populer.Anak yang populer,popularitasseorang anak ditentukanoleh berbagai kualitas pribadi yang dimilikinya.Hartup mencatat bahwa anak yang populer adalah anak yang ramah,suka bergaul,bersahabat,sangat peka secara sosial,dan sangat mudah bekerjasama dengan orang lain.Asher et. Al,.1982 juga mencatat bahwa anak-anak yang populer adalah anak-anak yang dapat menjalin interaksi sosial dengan mudah,memahami situasi sosial,memiliki keterampilan yang tinggi dalam hubungan antar pribadi dan cenderung bertindak dengan cara-cara yang kooperatif,prososial,serta selaras dengan norma-norma kelompok.Popularitas juga dihubungkan dengan IQ dan prestasi akademik.Anak-anak lebih menyukai anak yang memiliki prestasi sedang,mereka sering menjauh dari anak yang sangat cerdas dan yang sangat rajin disekolah,demikian juga halnya dengan mereka yang pemalas secara akademis.
Anak yang tidak populer dapat dibedakan atas dua tipe,yaitu:anak-anak yang ditolak,dan anak-anak yang diabaikan.Anak –anak yang diabaikan adalah anak yang menerima sedikit perhatian dari teman-teman sebaya mereka,tapi bukan berarti mereka tidak ditemani teman sebayanya.Anak-anak yang ditolak adalah anak-anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka.Mereka cenderung bersifat mengganggu,egois,dan mempunyai sedikit sifat-sifat positif.
Anak-anak yang ditolak kemungkinan untuk memperlihatkan perilaku agresif,hiperaktif,kurang perhatian,atau ketidak dewasaan,sehingga sering bermasalah dalam perilaku dan akademis disekolah.Akan tetapi tidak semua anak-anak yang ditolak bersikap agresif.Meskipun perilaku agresif impulsif dan mengganggu mereka sering menjadi penyebab mengapa mereka mengalami penolakan,namun kira-kira 10 hingga 20% anak-anak yang ditolak adalah anak yang pemalu.
Sekolah
Disamping keluarga dan teman sebaya,sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan selama masa pertengahan dan akhir anak-anak.Betapa tidak,selama masa pertengahan dan akhir anak-anak,anak menghabiskan kurang lebih 10.000 jam waktunya diruang kelas.Anak-anak menghabiskan waktunya bertahun-tahun disekolah sebagai anggota suatu masyarakat kecil yang harus mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan membatasi perilaku,perasaan dan sikap mereka.Interaksi dengan guru dan teman sebaya disekolah,memberikan suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial,memperoleh pengetahuan tentang dunia,serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan masa akhir anak-anak.
Pengaruh Guru
Selain dengan orang tua mereka,kebanyakan anak-anak sekolah dasar menghabiskan lebiah banyak menghabiskan lebih banyak waktunya bersama dengan guru-guru dibandingkan dengan orang dewasa lainnya.Guru merupakan simbol otoritas dan menciptakan kelas dan kondisi-kondisi interaksi diantara murid-murid.Oleh sebab itu,sikap guru terhadap siswa adalah penting,sebab guru mengambil pern sentral dalam kehidupan anak-anak,yang sangat menentukan bagaimana mereka merasakan berada disekolah dan bagaimana merteka merasakan diri mereka.

D.            Perkembangan Pemahaman Diri
           Sepanjang masa akhir anak-anak, anak secara aktif dan terus menerus mengembangkan dan memperbaharui pemahaman tentang diri (sense on self), yaitu suatu struktur yang membantu anak mengorganisasi dan memahami tentang siapa dirinya, yang didasarkan atas pandangan orang lain, pengalaman-pengalamannya sendiri, dan atas dasar penggolongan budaya, seperti gender, ras, dan sebagainya. Jadi pada masa akhir anak-anak sudah bisa mencari tahu tentang dirinya, mulai memikirkan apa yang ada di dalam dirinya.
           Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), pemahaman diri (sense of self) sering juga disebut konsep diri atau ide tentang diri sendiri. Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri. Sementara itu, Atwater (1987) yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya Atwater mengidentifikasi konsep diri dalam tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan seseorang mengenai dirinya.Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya. Jadi pada masa akhir anak-anak ini sudah bisa melihat dirinya sendiri, orang lain, seperti halnya cita-citanya sendiri.
Pada usia sekolah dasar, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan ini dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik pemahaman diri, yaitu (1) karakteristik internal, (2) karakteristik aspek-aspek social, dan (3) karakteristik perbandingan social. jadi pada masa akhir anak-anak ini mengalami perubahan yang sangat pesat.
Karakteristik Internal. Anak usia sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal. Anak-anak pada masa akhir lebih cenderung mendefinisikan dirinya melalui keadaan-keadaan dalam yang subjektif daripada melalui keadaan keadaan luar. Penelitian F. Abound dan S. Skerry (1983), menemukan bahwa anak-anak kelas dua cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (seperti preferensi atau sifat-sifat kepribadian) dalam pendefinisian diri mereka dan kurang cenderung menyebutkan karakteristik fisik (seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya, anak usia 8 tahun mendeskripsikan dirinya sebagai :”Aku seorang yang pintar dan terkenal.” Anak usia 10 tahun berkata tentang dirinya :” Aku cukup lumayan tidak khawatir terus-menerus, aku biasanya suka marah, tapi sekarang aku sudah lebih baik.”
Karakteristik aspek-aspek social. Selama tahun-tahun sekolah dasar, aspek-aspek social dari pemahaman dirinya juga meningkat. Dalam suatu investigasi, anak-anak sekolah dasar seringkali menjadikan kelompok-kelompok social sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka (Livesly dan Bromley, 1983). Misalnya, sejumlah anak mengacu diri mereka sendiri sebagai pramuka perempuan, sebagai seorang Katolik atau sebagai seorang yang memiliki dua sahabat karib.
Karakteristik perbandingan social. pemahaman diri anak-anak usia sekolah dasar juga mengacu pada perbandingan social (social comparison). Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dengan orang lain secara komparatif daripada secara absolute. Misalnya, anak-anak usia sekolah dasar tidak lagi berpikir tentang apa yang “aku lakukan” atau yang “tidak aku lakukan”, akan tetapi cenderung berpikir tentang “apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan “apa yang dapat dilakukan oleh orang lain.” Pergeseran perkembangan ini menyebabkan suatu kecenderungan yang meningkat untuk membentuk perbedaan-perbedaan seseorang dengan orang lain sebagai seorang individu. Jadi pada masa akhir kanak-kanak ini lebih cenderung membedakan diri mereka dengan orang lain secara komparatif daripada absolute.
Sejumlah ahli psikologi perkembangan percaya bahwa dalam perkembangan pemahaman diri, pengambilan perspektif , kemampuan untuk mengambil perspektif orang lain dan memahami pemikiran dan perasaan-perasaannya, memainkan peranan yang penting. Robert Selman misalnya, percaya bahwa pengambilan perspektif melibatkan suatu rangkaian yang terdiri atas lima tahap, yang berlangsung dari usia 3 tahun hingga masa remaja.
E.             Perkembangan Hubungan dengan Keluarga
Sesuai dengan perkembangan kognitifnya yang semakin matang, maka pada masa akhir, anak secara berangsur-angsur lebih banyak mempelajari mengenai sikap-sikap dan motivasi orang tuanya, serta memahami aturan-aturan keluarga, sehingga mereka menjadi lebih mampu untuk mengendalikan tingkah lakunya. Perubahan ini mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas hubungan antara anak-anak usia sekolah dan orang tua mereka.Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan pada tahun-tahun awal kehidupan mereka. Beberapa kendali dialihkan dari orang tua kepada anaknya, walaupun prosesnya secara bertahap dan merupakan koregulasi. Jadi pada masa akhir anak-anak ini mulai renggangnya penguasaan dari orang tua terhadap anak-anaknya.
Dengan demikian, meskipun terjadinya pengurangan pengawasan dari orang tua terhadap anaknya selama masa akhir anak-anak ini, bukan berarti orang tua masih terus memonitor usaha-usaha yang dilakukan anak dalam memelihara diri mereka, sekalipun secara tidak langsung.
Pada periode ini, orang tua dan anak-anak telah memiliki sekumpulan pengalaman masa lalu bersama, dan pengalaman ini membuat hubungan keluarga menjadi bertambah unik dan penuh arti. Jadi dengan adanya sekumpulan masa lalu bersama, anak merasa mempunyai pengalaman yang unik dan penuh arti.
Dalam masa krisis pertama (trotzalter), ketika anak bersikap “keras kepala”, perkembangan rasa social tampak seakan-akan terhenti. Tetapi yang sesungguhnya terjadi malah sebaliknya. Masa krisis pertama merupakan permulaan sikap objektif. Sebenarnya krisis pertama itu tempat meletakkan dasar untuk perkembangan social yang sesungguhnya.
Bila anak mulai bersekolah, ia menyambut kenalan-kenalan baru itu dengan rasa gembira. Semua murid di kelas itu adalah temannya. Kemudian mereka membentuk kelompok-kelompok tersendiri, di mana setiap anak menggabungkan dirinya ke dalam salah satu kelompok. Makin lama anak makin banyak memegang peranan individual dalam kelompoknya. Sekarang anak itu mulai mengetahui bahwa ia termasuk murid yang pandai berhitung, termasuk murid yang pandai bermain kasti, anak yang jenaka, dan sebagainya. Pada perkembangan selanjutnya muncullah “pemimpin dan pengikutnya” di dalam kelas itu.
Belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya merupakan suatu usaha untuk membangkitkan rasa social atau usaha memperoleh nilai-nilai social. sehubungan dengan usaha ke arah itu, sekolah hendaknya secara eksplisit ikut menanamkan paham rasa social yang demokratis. Dalam hal ini guru memegang peranan untuk memahami kehidupan social di kalangan anak asuhannya, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat luas. Dengan mempergunakan, misalnya, teknik sosiometri, guru dapat mengetahui hubungan social di kalangan anak-anaknya. Berdasarkan pengetahuan itu, guru akan dapat membantu anak-anak yang mempunyai kesulitan dalam pergaulan dengan teman sebaya.
          Dalam kehidupan keluarga, anak laki-laki harus diajari berperan sebagai laki-laki, anak perempuan harus diajari berperan sebagai perempuan. Hal ini sesuai dengan tuntunan masyarakat tempat anak laki-laki berperan social sebagai pria, anak perempuan berperan social sebagai wanita. Untuk menunjang tugas perkembangan itu, guru hendaknya mengajarkan peran social yang sewajarnya, masing-masing untuk murid laki-laki dan murid perempuan. Jadi, di sini sudah dibedakan peran sebagai laki-laki maupun perempuan.
Maksud perkembangan social ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan social. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan social pada anak usia sekolah ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.
          Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada sikap yang kooperatif. Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok. Jadi pada masa akhir anak ini, anak mulai mengikuti kegitan teman sebayanya dan bergabung dengan teman sebayanya.
          Ada beberapa pengelompokan social dan perilaku social masa akhir kanak-kanak sebagai berikut:
a)      Ciri geng anak-anak:
1)      Geng anak-anak merupakan kelompok bermain.
2)      Untuk menjadi anggota geng, anak harus diajak.
3)      Anggota geng terdiri dari jenis kelamin yang sama.
4)      Pada mulanya geng terdiri dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada olahraga.
5)      Geng anak laki-laki sering terlibat dalam perilaku social buruk daripada anak perempuan.
6)      Kegiatan geng yang popular meliputi permainan dan olahraga, pergi ke bioskop, dan berkumpul untuk berbicara atau makan bersama.
7)      Geng mempunyai pusat tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari pengawasan orang-orang dewasa.
8)      Sebagian besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan, misalnya anggota kelompok memakai pakaian yang sama.
9)      Pemimpin geng mewakili ideal kelompok dan hamper dalam segala hal lebih unggul daripada anggota-anggota yang lain.
b     Efek dari keanggotaan kelompok
Pertama, menjadi anggota geng sering kali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan penolakan terhadap standar orang tua.
Kedua, permusuhan antara anak laki-laki dan perempuan semakin meluas.
Ketiga, kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda.
Keempat, dalam banyak hal merupakan akibat yang paling merusak, ialah cara anak memperlakukan anak-anak yang bukan anggota geng. Sekali anak-anak telah membentuk geng, mereka sering kali bersikap kejam kepada anak-anak yang tidak dianggap anggota geng. Jadi pada keanggotaan kelompok, anak-anak sudah sering kali bersikap kejam terhadap anggota geng yang tidak dianggap anggota geng.
F.     Keterampilan Motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka selama masa akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok, melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktifitas olah raga berkembang pesat. Jadi, anak pada masa akhir ini terlihat lebih cepat berlari dan makin pandai meloncat.
Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan (visiomotorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan ia lebih menyukai pensil daripada krayon untuk melukis. Dari usia 8 hingga 10 tahun, tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik halus berkembang, dimana anak sudah dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf menjadi lebih kecil dan lebih rapi. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulative menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan  yang bermutu bagus atau memainkan instrument music tertentu. Jadi, pada masa ini anak memiliki kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrument music tertentu.
Untuk memperluas keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik. Aktifitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal, permainan yang diatur sendiri oleh anak, seperti permainan umpet-umpetan, di mana anak menggunakan keterampilan motornya. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti olahraga senam, berenang, atau permainan hoki. Jadi, pada masa akhir anak-anak ini, anak juga bisa melibatkan aktivitas olahraga yang bersifat formal seperti renang, permainan hoki dan lainnya.
Anak-anak masa sekolah ini mengembangkan kemampuan melakukan permainan (game) dengan peraturan, sebab mereka sudah dapat memahami dan menaati aturan-aturan suatu permainan. Pada waktu yang sama, anak-anak mengalami peningkatan dalam koordinasi dan pemilihan waktu yang tepat dalam melakukan berbagai cabang olahraga, bauk secara individual ataupun kelompok.
Partisipasi di berbagai cabang olahraga, dapat member konsekuensi positif dan negative bagi anak-anak. Di satu sisi, partisipasi anak-anak dalam bidang olahraga dapat member latihan dan kesempatan untuk belajar bersaing, meningkatkan harga diri (self-esteem), dan memperluas pergaulan dan persahabatan dengan teman-teman sebaya. Tetapi disisi lain, olahraga juga menimbulkan dampak negative bagi anak-anak. Mereka mengalami terlalu banyak tekanan untuk berprestasi dan menang, cidera fisik, harus bolos dari tugas akademis, berusaha mencapai harapan-harapan yang tidak realistis untuk menjadi atlit yang sukses. Jadi, pada masa akhir anak-anak ini, mereka merasa mendapatkan tekanan untuk berprestasi dan menang dan berusaha mencapai harapan-harapan yang tidak realistis.




BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1. Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan formal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya piker anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia sekolah dasar ini daya piker anak berkembang kea rah berpikir konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
2. Masa akhir anak-anak merupakan suatu masa perkembangan di mana anak-anak mengalami sejumlah perubahan-perubahan yang cepat dan menyiapkan diri untuk memasuki masa remaja serta bergerak memasuki masa dewasa. Pada masa ini mereka mulai sekolah dan kebanyakan anak-anak sudah mempelajari mengenai sesuatu yang berhubungan dengan manusia, serta mulai mempelajari berbagai keterampilan praktis. Dunia psikososial anak menjadi semakin kompleks dan berbeda dengan masa awal anak. Relasi dengan keluarga dan teman sebaya terus memainkan peranan penting. Sekolah dan relasi dengan para guru menjadi aspek kehidupan anak yang semakin terstruktur. Pemahaman anak terhadap “diri” (self) berkembang, dan perubahan-perubahan dalam gender dan perkembangan moral menandai perkembangan anak selama masa akhir anak-anak ini. Uraian berikut akan mengetengahkan beberapa aspek penting perkembangan psikososial selama masa akhir anak-anak, di antaranya pemahaman diri, relasi dengan teman sebaya, relasi dengan keluarga dan sekolah.
3. Masa akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relative seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Karena itu, masa ini sering juga disebut sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan “masa tenang”, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, diantaranya keadaan berat dan tinggi badan, keterampilan motorik.

3.2   Saran
Adapun saran yang  dapat dikemukakan yaitu bagi para pembaca dapat menelaah lebih jauh lagi tentang Masa Akhir Kanak - kanak agar  dapat diketahui pengetahuan mendalam tentang teori tersebut dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari - hari.



DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar