MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Akhir Masa Kanak – Kanak
Disusun
Oleh :
Lili
Fajrudin – 2227132488
Lilis
Afudoh – 2227132122
Maria
Kifthia – 22271326062
Nur Alifa
Adiratna – 2227132345
Kelas : 3/D
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh..
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat, hidayah serta inayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini pada
waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Muhammad Hosnan selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Perkembangan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, baik untuk menambah wawasan
pengetahuan atau juga dapat dijadikan bahan referensi matakuliah yang terkait. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki segala kekurangan pada
makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kekurangan pasti milik
kami. Salah khilaf mohon maaf.
Serang, 14 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR……………………………………………………………………1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….... 3
1.1 LatarBelakang………………………………………………………………………
1.2 RumusanMasalah……………………………………………………………………
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….......
2.1 Masa
Akhir Kanak-Kanak………...........……………………………………………
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Akhir masa
kanak-kanak disebut late childhood.
Pada masa ini perkembangan sosial terjadi dengan cepat. Anak berubah dari self centered yang egoistis, yang senang
bertengkar menjadi anak yang kooperatif dan pandai menyesuaikan diri dengan
kelompok. Mereka membuat kelompok atau geng dengan alasan dua atau tiga teman
tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya
dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dengan jenis-jenis permainan
yang dia gemari atau melakukan aktivitas lainnya untuk mendapatkan kegembiraan.
Pada
dasarnya, mereka memiliki tempat berkumpul tertentu yang jauh dari jangkauan
dan pengawasan orang tua. Ketika terjadi pertentangan dengan orang tua, anak
lebih cenderung menentang orang tuanya dan mengikuti kelompoknya. Dalam
hubungan dengan kelompoknya anak belajar hidup dalam masyarakat, misalnya dalam
hal bekerja sama dengan anak lain, menerima tanggung jawab, membela anak lain
jikalau diperlakukan tidak adil, dan secara sportif menerima kekalahan.
Makalah ini
akan membahas lebih lanjut mengenai perkembangan fisik dan kognitif pada masa
akhir anak-anak.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
ciri akhir masa kanak-kanak?
2.
Bagaimana
tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak?
3.
Bagaimana
perkembangan fisik pada akhir masa kanak-kanak?
4.
Bagaimana
keterampilan awal masa kanak-kanak?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui ciri akhir masa kanak-kanak.
2.
Untuk
mengetahui tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak.
3.
Untuk
mengetahui perkembangan fisik pada akhir masa kanak-kanak.
4.
Untuk
mengetahui keterampilan awal masa kanak-kanak
BAB II
2.1 Masa Akhir
Kanak-Kanak
Masa akhir
anak- anak sering disebut sebagai masa tamyiz masa sekolah atau masa sekolah
dasar. Masa ini dialami anak usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan
masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah
matang bersekolah dan sudah siap masuk Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah dasar.
Masa akhir
kanak-kanak menurut psikologi islam adalah tahap tamyiz, fase ini anak mulai
mampu membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah, pada usia ini Nabi
Muhammad memberikan contoh bahwa anak sudah diperintahkan untuk melakukan
sholat sebagaimana Hadits Nabi : Artinya : …….Perintahlah anak-anak kalian
melakukan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika
meninggalkan apabila berusia sepuluh tahun dan pisahkan ranjangnya.(HR. Abu
Dawud dan al-Haki dari Abd Allah ibn Amar) Hadits tersebut mengisyaratkan
ketika anak berusia tujuh tahun memerintahkan orang tua untuk memukul anaknya
yang meninggalkan shalat, makna memukul tidak berarti bersifat biologis tetapi
bersifat psikologis dengan mengingatkan yang dapat menggugah kesadarannya untuk
melakukan shalat.Pada masa ini anak-anak sudah bisa menembangkan fikirannya,
bisa memdedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Para ahli seringkali tidak menyebut secara eksplisit
tentang tahap anak akhir ini, mereka lebih suka menyebutnya sebagai masa
anak-anak saja. Untuk itu, menurut hemat penulis sebaiknya perlu pembedaan yang
jelas. Mengingat dari perkembangan psokososial, anak-anak pada usia 10-12
tahun, mulai menunjukkan perilaku yang mengarah ke pacaran, walaupun
tidak/belum serius. Mereka memiliki rasa ketertarikan secara seksual terhadap
lawan jenis. Hal ini mendorongnya untuk mengadakan hubungan pergaulan lintas
jenis kelamin. Di sisi lain. Menurut Piaget, anak-anak terus mengembangkan
kapasitas intelektual (masa operasi konkrit) di bangku pendidikan formal yakni
sekolah dasar. Tak kalah pentingnya ialah meningkatkan aktivitas yang banyak
menyita energy fisik, akibat pertumbuhannya yang kian mendekati masa proses kematangan yakni masa remaja.Pada masa ini anak-anak
sudah bisa mengembangkan kapasitas intelektual di bangku pendidikan formal.
A.
Perkembangan Fisik
Pertumbuhan
fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang
pertumbuhannya begitu cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk
belajar berbagai kemampuan akademik. Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat,
lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan. Kenaikan tinggi dan berat badan
bervariasi antara satu anak dengan yang lainnya. Peran kesehatan dan gizi
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Jadi, peran kesehatan
sangatlah penting terhadap keterampilan anak-anak.
Perkembangan
fisik pada akhir masa kanak-kanak sebagai berikut: jadi di sini merupakan
perubahan fisik yang terjadi pada masa akhir anak-anak:
1. Tinggi
Rata-rata anak perempuan 11 tahun mempunyai tinggi
badan 58 inci dan laki-laki 57,5 inci.
2. Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi daripada kenaikan
tinggi badan yang berkisar tiga sampai lima pon per tahun. Rata-rata anak
perempuan 11 tahun mempunyai berat badan 88,5 pon dan anak laki-laki 85,5 pon.
3. Perbandingan Tubuh
Beberapa perbandingan wajah yang kurang baik
menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan merata,
bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk, leher
menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai
memanjang, dan tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar.
4. Kesederhanaan
Perbandingan tubuh yang kurang baik yang sangat
mencolok pada masa akhir kanak-kanak menyebabkan meningkatnya kesederhanaan
pada saat ini. Kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kecenderungan untuk
berpakaian seperti teman-temannya tanpa memedulikan pantas tidaknya juga
menambah kesederhanaan.
5. Perbandingan Otak-Lemak
Selama masa akhir kanak-kanak, jaringan lemak
berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai
melejit pada awal pubertas. Anak yang berbentuk endoformik jaringan lemaknya
jauh lebih banyak daripada jaringan otot, sedangkan pada tubuh ektomorfik tidak
terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak
kurus.
6. Gigi
Pada permulaan pubertas umumnya seorang anak telah
mempunyai 22 gigi tetap. Keempat gigi terakhir yang disebut gigi kebijaksanaan,
muncul selama remaja.
Masa akhir
anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relative seragam
sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang
anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat.
Karena itu, masa ini sering juga disebut sebagai “periode tenang” sebelum
pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan “masa tenang”,
tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses
pertumbuhan fisik yang berarti. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aspek dari
pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, diantaranya
keadaan berat dan tinggi badan, keterampilan motorik. Jadi, perrubahan fisiknya
sangat pesat pada masa akhir anak-anak ini.
Sampai
dengan usia sekitar 6 tahun terlihat badan anak bagian atas berkembang lebih
lambat dari pada bagian bawah. Anggota-anggota badan relative masih pendek,
kepala dan perut relative masih besar. Selama masa akhir anak-anak, tinggi
bertumbuh sekitar 5 hingga 6% dan berat bertambah sekitar 10% setiap tahun.
Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg.
kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inci dan berat 80 hingga
42,5 kg . jadi, pda masa akhir anak ini anggota badan relative pendek, tapi
perut masih besar.
Jadi, pada
masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya.
Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar.
Peningkatan berat badan anak selama ini terjadi terutama karena bertambahnya
ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat
yang sama, kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah.
Pertumbuhan
fisik selama ini, di samping memberikan kemampuan bagi anak-anak untuk
berpartisipasi dalam berbagai aktifitas baru, tetapi juga dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan
dan kesulitan-kesulitan secara fisik dan psikologis bagi mereka.
B.
Perkembangan
Kognitif
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka
kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan
masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan
meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek
yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan formal, pikiran anak
usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya
daya piker anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia
sekolah dasar ini daya piker anak berkembang kea rah berpikir konkrit, rasional
dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar
berada dalam suatu stadium belajar. Anak-anak ini sudah mempunyai daya ingat
yang sangat kuat.
Daya menghafal dan daya memorisasi (=dengan sengaja
memasukkan dan melekatkan pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Dan
anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak. anak anak sudah
mempunyai kemampuan menghafal dalam jumlah banyak.
Dalam tahap perkembangan kognitifnya piaget, masa
kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-11
tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang
samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Kemampuan berpikir ditandai
dengan adanya aktifitas-aktifitas mental seperti mengingat, memahami dan mampu
memecahkan masalah. Anak sudah lebih mampu berpikir, belajar, mengingat, dan
berkomunikasi, karena proses kognitifnya tidak lagi egosentrisme, dan lebih
logis. Anak-anak akhir sudah mempunyai pemikiran yang bersifat konkrit dan
nyata.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah
dasar disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought).
Menurut Piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis antara konsep-konsep
atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang
difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat
diukur. Jadi pada masa akhir anak sudah mempunyai pemikiran yang konkrit.
Pada masa ini anak sudah mengembangkan pikiran logis.
Ia mulai mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti 5x6 = 30 ; 30:6=
5 (Johnson dan Medinnus, 1974). Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka
tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera,
karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak olah mata
dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dengan
yang bersifat menetap. Misalnya, mereka akan tahu bahwa air dalam gelas pendek
dipindahkan ke dalam gelas yang kecil tinggi, jumlahnya akan tetap sama karena
tidak satu tetes pun yang tumpah. Hal ini adalah karena mereka tidak lagi
mengandalkan persepsi penglihatannya, melainkan sudah mampu menggunakan
logikanya. Mereka dapat mengukur, menimbang, dan menghitung jumlahnya, sehingga
perbedaan yang nyata tidak “membodohkan” mereka.Jadi
pada masa akhir kanak-kanak sudah mampu menggunakan logika sehingga tidak mudah
untuk dibohongi.
Menurut Piaget, anak-anak pada masa konkrit
operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk
berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak.Hal ini adalah
karena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut
dengan operasi-operasi, yaitu : negasi, resiprokasi, dan identitas.
Negasi (negation). Pada masa pra-operasional
anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, yaitu pada
mulanya keadaannya sama dan pada akhirnya keadaannya menjadi tidak sama. Anak
tidak melihat apa yang terjadi di antaranya. Tetapi, pada masa konkrit
operasional, anak memahami proses apa yang terjadi di antara kegiatan itu dan
memahami hubungan-hubungan antara keduanya. Pada deretan benda-benda, anak bias
melalui kegiatan mentalnya mengembalikan atau membatalkan perubahan yang
terjadi sehingga bias menjawab bahwa jumlah benda-benda adalah tetap sama.
Hubungan timbal balik (resiprokasi). Ketika anak
melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa
deretan benda-benda bertambah panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan
dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbale balik antara
panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat,
maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu
sama. Jadi pada akhir anak-anak sudah mampu mengenal kekonkritan. Misalnya saja
seperti contoh yang sudah dijelaskan di atas.
Identitas. Anak pada masa konkrit operasional sudah
bias mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-deretan itu. Anak
bias menghitung, sehingga meskipun benda-benda dipindahkan, anak dapat
mengetahui bahwa jumlahnya akan tetap sama.
Setelah mampu mengkonservasi angka, maka anak bias
mengkonservasikan dimensi-dimensi lain, seperti isi dan panjang. Kemampuan anak
melakukan operasi-operasi mental dan kognitif itu memungkinkannya mengadakan
hubungan yang lebih luas dengan dunianya. Operasi yang terjadi dalam diri anak
memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa
perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, anak telah memiliki struktur kognitif
yang memungkinkannya dapat berpikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia
sendiri bertindak secara nyata. Hanya saja, apa yang dipirkan oleh anak masih
terbatas pada hal-hal yang berhubungannya dengan sesuatu yang konkrit, suatu
realitas secara fisik, benda-benda yang benar-benar nyata. Sebaliknya,
benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas
ddan konkrit dengan realitas, masih sulit dipikirkan oleh anak. Jadi pada masa
akhir anak-anak mampu berpikir konkrit maka ia peka terhadap sesuatu yang ada
di hadapannya.
Istilah yang biasa dipergunakan dalam psikologi ialah
intelek dan intelegensi. Yang dimaksud dengan intelek ialah piker, sedangkan
yang dimaksud dengan intelegensi ialah kemampuan kecerdasan. Pada dasarnya
kedua istilah itu mempunyai arti yang sama. Jika ada orang yang memandangnya
tidak sama, sebenarnya perbedaannya hanya terletak dalam waktu saja. Di dalam
kata berpikir terkandung perbuatan menimbang-nimbang, menguraikan,
menghubung-hubungkan, sampai akhirnya mengambil keputusan. Sedangkan dalam kata
kecerdasan terkandung kemampuan seseorang dalam memecahkan masalahnya dengan
cepat. Sampai sekarang perbedaan pendapat itu belum dapat ditetapkan dengan
kepastian sehingga para ahli psikologi cenderung menggunakan kedua istilah itu
dengan arti yang sederajat.
Dalam keadaan pertumbuhan yang biasa, pikiran berkembang
secara berangsur-angsur, sampai anak mencapai umur delapan sampai dengan 12
tahun, ingatannya menjadi kuat sekali. Biasanya mereka suka menghafal
banyak-banyak. Anak mengalami masa belajar. Pada masa belajar ini anak menambah
pengetahuannya, menambah kemampuannya, mencapai kebiasaannya yang baik.
Anak tidak lagi bersifat egosentris, artinya anak
tidak lagi memandang diri sendiri sebagai pusat perhatian lingkungannya. Anak
mulai memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan objektif. Karena timbul
keinginannya untuk mengetahui kenyataan, keinginan itu akan mendorongnya untuk
menyelidiki segala sesuatu yang ada di lingkungannya.
Minat anak terutama ditujukan kepada benda-benda yang
bergerak. Anak yang sehat pertumbuhannya suka bergerak, selalu giat, dan berbuat
sesuatu. Hal-hal yang mengandung “kegiatan” sangat menarik perhatiannya. Dengan
segala senang hati ia mengikuti bermacam-macam kegiatan kalaupun perhatiannya
masih berpindah-pindah, belum terpusat kepada sesuatu dalam jangka waktu yang
lebih lama. Kenyataan itu hendaknya mendapat perhatian gurunya di sekolah dan
orang tuanya di rumah. Anak harus banyak diberi kesempatan untuk bergerak,
berbuat, dan bertindak. Bila “kegiatan” ini kurang mendapat penyaluran atau
bimbingan yang baik, maka besar kemungkinan hanya bertindak dengan asal berbuat
saja.
Dalam masa anak sekolah, anak sangat suka mengumpulkan
benda-benda perangko, gambar-gambar, bungkus rokok, bungkus korek api, dan
sebagainya. Perkembangan fantasi mengalami perubahan setelah anak berumur
delapan tahun; dongeng-dongeng dan cerita yang fantastis sudah tidak disukai
lagi karena kemampuan berpikirnya bertambah kritis. Mereka hanya mau menerima
sesuatu yang masuk di akal. Sekarang anak lebih suka membaca cerita yang
sungguh-sungguh terjadi, paling tidak cerita yang mendekati kenyataan.
Perasaan, khayal, dan sugesti masih mempengaruhi cara berpikirnya; itulah salah
satu alasannya mengapa kesaksian yang diberikan anak-anak belum dapat dipercaya
sepenuhnya. Jadi pada masa akhir
anak-anak ini, mereka sudah tidak lagi mau menerima hal-hal fiksi.
C.
Perkembangan
Psikososial
Masa akhir anak-anak merupakan suatu masa perkembangan
di mana anak-anak mengalami sejumlah perubahan-perubahan yang cepat dan
menyiapkan diri untuk memasuki masa remaja serta bergerak memasuki masa dewasa.
Pada masa ini mereka mulai sekolah dan kebanyakan anak-anak sudah mempelajari
mengenai sesuatu yang berhubungan dengan manusia, serta mulai mempelajari
berbagai keterampilan praktis. Dunia psikososial anak menjadi semakin kompleks
dan berbeda dengan masa awal anak. Relasi dengan keluarga dan teman sebaya
terus memainkan peranan penting. Sekolah dan relasi dengan para guru menjadi
aspek kehidupan anak yang semakin terstruktur. Pemahaman anak terhadap “diri” (self)
berkembang, dan perubahan-perubahan dalam gender dan perkembangan moral
menandai perkembangan anak selama masa akhir anak-anak ini. Uraian berikut akan
mengetengahkan beberapa aspek penting perkembangan psikososial selama masa
akhir anak-anak, di antaranya pemahaman diri, relasi dengan teman sebaya,
relasi dengan keluarga dan sekolah. Jadi masa akhir anak-anak ini sudah bisa
mengenali lingkungan barunya.
Perkembangan Hubungan dengan Teman
Sebaya
Seperti halnya dengan masa awal
anak-anak,berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktifitas yang banyak
menyita waktu anak selama masa pertengahan dan
akhir anak-anak.Barker dan Wright
mencatat bahwa anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10% dari waktu siangnya
untuk berinteraksi dengan teman sebaya.Pada usia 4 tahun,waktu yang dihabiskan
untuk berinteraksi dengan teman sebaya meningkat menjadi 20%.Sedangkan anak
usia 7 hingga 11 tahun meluangkan lebih dari 40% waktunya untuk berinteraksi
dengan teman sebaya.
Pembentukan Kelompok
Interaksi teman sebaya dari
kebanyakan anak pada periode akhir ini terjadi dalam grup atau
kelompok,sehingga periode ini sering disebut “usia kelompok”.Pada masa ini,anak
tidak lagi puas bermain sendirian dirumah,atau melakukan kegiatan-kegiatan
dengan anggota keluarga.Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat
untuk diterima sebagai anggota kelompok,serta merasa tidak puas bila tidak
bersama teman-temannya.
Dalam menentukan sebuah kelompok
teman,anak usia sekolah dasar ini lebih menekankan aktifitas
bersama-sama,seperti berbicara,berkeluyuran,berjalan kesekolah,berbicara
mewlalui telefon,mendengarkan musik,bermain game,dan melucu.Tinggaldisekolah
yang sama,bersekolah di sekolah yang sama,dan berprtisipasi dalam organisasi
masyarakat yang sama,merupakan dasar bagi kemungkinan terbentuknya kelompok
teman sebaya.
Popularitas, Penerimaan Sosial dan
Penolakan
Pada masa pertengahan dan akhir
anak-anak,anak mulai mengembangkan suatu penilaian terhadap orang lain dengan
berbagai cara.Hal ini terlihat pada anak kelas dua dan tiga yang telah memiliki
stereotip budaya tentang tubuh.Dalam hal ini mereka misalnya menilai bahwa anak
laki-laki yang tegap lebih disenangi daripada anak laki-laki yang gemuk atau
kurus.Kemudian,pemilihan teman dari anak-anak ini terus meningkat dengan lebih
mendasarkan pada kualitas pribadi,seperti kejujuran,kebaikan hati,humor,dan
kreatifitas.
Para peneliti membedakan anak-anak
atas dua,yaitu anak-anak populer,dan anak-anak yang tidak populer.Anak yang
populer,popularitasseorang anak ditentukanoleh berbagai kualitas pribadi yang
dimilikinya.Hartup mencatat bahwa anak yang populer adalah anak yang ramah,suka
bergaul,bersahabat,sangat peka secara sosial,dan sangat mudah bekerjasama
dengan orang lain.Asher et. Al,.1982 juga mencatat bahwa anak-anak yang populer
adalah anak-anak yang dapat menjalin interaksi sosial dengan mudah,memahami
situasi sosial,memiliki keterampilan yang tinggi dalam hubungan antar pribadi
dan cenderung bertindak dengan cara-cara yang kooperatif,prososial,serta
selaras dengan norma-norma kelompok.Popularitas juga dihubungkan dengan IQ dan
prestasi akademik.Anak-anak lebih menyukai anak yang memiliki prestasi
sedang,mereka sering menjauh dari anak yang sangat cerdas dan yang sangat rajin
disekolah,demikian juga halnya dengan mereka yang pemalas secara akademis.
Anak yang tidak populer dapat
dibedakan atas dua tipe,yaitu:anak-anak yang ditolak,dan anak-anak yang
diabaikan.Anak –anak yang diabaikan adalah anak yang menerima sedikit perhatian
dari teman-teman sebaya mereka,tapi bukan berarti mereka tidak ditemani teman
sebayanya.Anak-anak yang ditolak adalah anak-anak yang tidak disukai oleh
teman-teman sebaya mereka.Mereka cenderung bersifat mengganggu,egois,dan
mempunyai sedikit sifat-sifat positif.
Anak-anak yang ditolak kemungkinan
untuk memperlihatkan perilaku agresif,hiperaktif,kurang perhatian,atau ketidak
dewasaan,sehingga sering bermasalah dalam perilaku dan akademis disekolah.Akan
tetapi tidak semua anak-anak yang ditolak bersikap agresif.Meskipun perilaku
agresif impulsif dan mengganggu mereka sering menjadi penyebab mengapa mereka
mengalami penolakan,namun kira-kira 10 hingga 20% anak-anak yang ditolak adalah
anak yang pemalu.
Sekolah
Disamping keluarga dan teman
sebaya,sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan
selama masa pertengahan dan akhir anak-anak.Betapa tidak,selama masa
pertengahan dan akhir anak-anak,anak menghabiskan kurang lebih 10.000 jam
waktunya diruang kelas.Anak-anak menghabiskan waktunya bertahun-tahun disekolah
sebagai anggota suatu masyarakat kecil yang harus mengerjakan sejumlah tugas
dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan membatasi perilaku,perasaan
dan sikap mereka.Interaksi dengan guru dan teman sebaya disekolah,memberikan
suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif
dan keterampilan sosial,memperoleh pengetahuan tentang dunia,serta
mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan masa akhir anak-anak.
Pengaruh Guru
Selain dengan orang tua
mereka,kebanyakan anak-anak sekolah dasar menghabiskan lebiah banyak
menghabiskan lebih banyak waktunya bersama dengan guru-guru dibandingkan dengan
orang dewasa lainnya.Guru merupakan simbol otoritas dan menciptakan kelas dan
kondisi-kondisi interaksi diantara murid-murid.Oleh sebab itu,sikap guru
terhadap siswa adalah penting,sebab guru mengambil pern sentral dalam kehidupan
anak-anak,yang sangat menentukan bagaimana mereka merasakan berada disekolah
dan bagaimana merteka merasakan diri mereka.
D.
Perkembangan
Pemahaman Diri
Sepanjang
masa akhir anak-anak, anak secara aktif dan terus menerus mengembangkan dan
memperbaharui pemahaman tentang diri (sense on self), yaitu suatu
struktur yang membantu anak mengorganisasi dan memahami tentang siapa dirinya,
yang didasarkan atas pandangan orang lain, pengalaman-pengalamannya sendiri,
dan atas dasar penggolongan budaya, seperti gender, ras, dan sebagainya. Jadi
pada masa akhir anak-anak sudah bisa mencari tahu tentang dirinya, mulai
memikirkan apa yang ada di dalam dirinya.
Menurut
Seifert dan Hoffnung (1994), pemahaman diri (sense of self) sering juga disebut
konsep diri atau ide tentang diri sendiri. Santrock (1996) menggunakan istilah
konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri. Sementara
itu, Atwater (1987) yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan,
keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya Atwater
mengidentifikasi konsep diri dalam tiga bentuk. Pertama, body image,
kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua,
ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan seseorang mengenai
dirinya.Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Jadi pada masa akhir anak-anak ini sudah bisa melihat dirinya sendiri, orang
lain, seperti halnya cita-citanya sendiri.
Pada usia sekolah dasar, pemahaman diri atau konsep
diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Menurut Santrock (1995),
perubahan-perubahan ini dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga
karakteristik pemahaman diri, yaitu (1) karakteristik internal, (2)
karakteristik aspek-aspek social, dan (3) karakteristik perbandingan social.
jadi pada masa akhir anak-anak ini mengalami perubahan yang sangat pesat.
Karakteristik Internal. Anak usia
sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada
melalui karakteristik eksternal. Anak-anak pada masa akhir lebih cenderung
mendefinisikan dirinya melalui keadaan-keadaan dalam yang subjektif daripada
melalui keadaan keadaan luar. Penelitian F. Abound dan S. Skerry (1983),
menemukan bahwa anak-anak kelas dua cenderung menyebutkan karakteristik
psikologis (seperti preferensi atau sifat-sifat kepribadian) dalam
pendefinisian diri mereka dan kurang cenderung menyebutkan karakteristik fisik
(seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya, anak usia 8 tahun
mendeskripsikan dirinya sebagai :”Aku seorang yang pintar dan terkenal.” Anak
usia 10 tahun berkata tentang dirinya :” Aku cukup lumayan tidak khawatir
terus-menerus, aku biasanya suka marah, tapi sekarang aku sudah lebih baik.”
Karakteristik aspek-aspek social. Selama
tahun-tahun sekolah dasar, aspek-aspek social dari pemahaman dirinya juga
meningkat. Dalam suatu investigasi, anak-anak sekolah dasar seringkali
menjadikan kelompok-kelompok social sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka
(Livesly dan Bromley, 1983). Misalnya, sejumlah anak mengacu diri mereka
sendiri sebagai pramuka perempuan, sebagai seorang Katolik atau sebagai seorang
yang memiliki dua sahabat karib.
Karakteristik perbandingan social. pemahaman
diri anak-anak usia sekolah dasar juga mengacu pada perbandingan social (social
comparison). Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan
diri mereka dengan orang lain secara komparatif daripada secara absolute.
Misalnya, anak-anak usia sekolah dasar tidak lagi berpikir tentang apa yang
“aku lakukan” atau yang “tidak aku lakukan”, akan tetapi cenderung berpikir
tentang “apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan “apa yang dapat
dilakukan oleh orang lain.” Pergeseran perkembangan ini menyebabkan suatu
kecenderungan yang meningkat untuk membentuk perbedaan-perbedaan seseorang
dengan orang lain sebagai seorang individu. Jadi pada masa akhir kanak-kanak
ini lebih cenderung membedakan diri mereka dengan orang lain secara komparatif
daripada absolute.
Sejumlah ahli psikologi perkembangan percaya bahwa
dalam perkembangan pemahaman diri, pengambilan perspektif , kemampuan untuk
mengambil perspektif orang lain dan memahami pemikiran dan
perasaan-perasaannya, memainkan peranan yang penting. Robert Selman misalnya,
percaya bahwa pengambilan perspektif melibatkan suatu rangkaian yang terdiri
atas lima tahap, yang berlangsung dari usia 3 tahun hingga masa remaja.
E.
Perkembangan
Hubungan dengan Keluarga
Sesuai dengan perkembangan kognitifnya yang semakin
matang, maka pada masa akhir, anak secara berangsur-angsur lebih banyak
mempelajari mengenai sikap-sikap dan motivasi orang tuanya, serta memahami
aturan-aturan keluarga, sehingga mereka menjadi lebih mampu untuk mengendalikan
tingkah lakunya. Perubahan ini mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas
hubungan antara anak-anak usia sekolah dan orang tua mereka.Dalam hal ini,
orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka
berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan pada tahun-tahun awal kehidupan
mereka. Beberapa kendali dialihkan dari orang tua kepada anaknya, walaupun
prosesnya secara bertahap dan merupakan koregulasi. Jadi pada masa akhir
anak-anak ini mulai renggangnya penguasaan dari orang tua terhadap
anak-anaknya.
Dengan demikian, meskipun terjadinya pengurangan
pengawasan dari orang tua terhadap anaknya selama masa akhir anak-anak ini,
bukan berarti orang tua masih terus memonitor usaha-usaha yang dilakukan anak
dalam memelihara diri mereka, sekalipun secara tidak langsung.
Pada periode ini, orang tua dan anak-anak telah
memiliki sekumpulan pengalaman masa lalu bersama, dan pengalaman ini membuat
hubungan keluarga menjadi bertambah unik dan penuh arti. Jadi dengan adanya
sekumpulan masa lalu bersama, anak merasa mempunyai pengalaman yang unik dan
penuh arti.
Dalam masa krisis pertama (trotzalter), ketika anak
bersikap “keras kepala”, perkembangan rasa social tampak seakan-akan terhenti.
Tetapi yang sesungguhnya terjadi malah sebaliknya. Masa krisis pertama
merupakan permulaan sikap objektif. Sebenarnya krisis pertama itu tempat
meletakkan dasar untuk perkembangan social yang sesungguhnya.
Bila anak mulai bersekolah, ia menyambut
kenalan-kenalan baru itu dengan rasa gembira. Semua murid di kelas itu adalah
temannya. Kemudian mereka membentuk kelompok-kelompok tersendiri, di mana
setiap anak menggabungkan dirinya ke dalam salah satu kelompok. Makin lama anak
makin banyak memegang peranan individual dalam kelompoknya. Sekarang anak itu
mulai mengetahui bahwa ia termasuk murid yang pandai berhitung, termasuk murid
yang pandai bermain kasti, anak yang jenaka, dan sebagainya. Pada perkembangan
selanjutnya muncullah “pemimpin dan pengikutnya” di dalam kelas itu.
Belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman
sebaya merupakan suatu usaha untuk membangkitkan rasa social atau usaha
memperoleh nilai-nilai social. sehubungan dengan usaha ke arah itu, sekolah
hendaknya secara eksplisit ikut menanamkan paham rasa social yang demokratis.
Dalam hal ini guru memegang peranan untuk memahami kehidupan social di kalangan
anak asuhannya, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat luas. Dengan
mempergunakan, misalnya, teknik sosiometri, guru dapat mengetahui hubungan
social di kalangan anak-anaknya. Berdasarkan pengetahuan itu, guru akan dapat
membantu anak-anak yang mempunyai kesulitan dalam pergaulan dengan teman
sebaya.
Dalam kehidupan keluarga, anak laki-laki harus diajari berperan sebagai
laki-laki, anak perempuan harus diajari berperan sebagai perempuan. Hal ini
sesuai dengan tuntunan masyarakat tempat anak laki-laki berperan social sebagai
pria, anak perempuan berperan social sebagai wanita. Untuk menunjang tugas
perkembangan itu, guru hendaknya mengajarkan peran social yang sewajarnya, masing-masing
untuk murid laki-laki dan murid perempuan. Jadi, di sini sudah dibedakan peran
sebagai laki-laki maupun perempuan.
Maksud perkembangan social ini adalah pencapaian
kematangan dalam hubungan social. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama).
Perkembangan social pada anak usia sekolah ditandai dengan adanya perluasan
hubungan, disamping dengan keluarga juga mulai membentuk ikatan baru dengan
teman sebaya atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya
bertambah luas.
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada
sikap yang kooperatif. Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman
sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota
kelompok. Jadi pada masa akhir anak ini, anak mulai mengikuti kegitan teman
sebayanya dan bergabung dengan teman sebayanya.
Ada beberapa pengelompokan social dan perilaku social masa akhir kanak-kanak
sebagai berikut:
a) Ciri geng anak-anak:
1)
Geng
anak-anak merupakan kelompok bermain.
2)
Untuk
menjadi anggota geng, anak harus diajak.
3)
Anggota geng
terdiri dari jenis kelamin yang sama.
4)
Pada mulanya
geng terdiri dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat dengan
bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada olahraga.
5)
Geng anak
laki-laki sering terlibat dalam perilaku social buruk daripada anak perempuan.
6)
Kegiatan
geng yang popular meliputi permainan dan olahraga, pergi ke bioskop, dan
berkumpul untuk berbicara atau makan bersama.
7)
Geng
mempunyai pusat tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari pengawasan
orang-orang dewasa.
8)
Sebagian
besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan, misalnya anggota kelompok memakai
pakaian yang sama.
9)
Pemimpin
geng mewakili ideal kelompok dan hamper dalam segala hal lebih unggul daripada
anggota-anggota yang lain.
b
Efek dari
keanggotaan kelompok
Pertama, menjadi
anggota geng sering kali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan
penolakan terhadap standar orang tua.
Kedua, permusuhan
antara anak laki-laki dan perempuan semakin meluas.
Ketiga, kecenderungan
anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda.
Keempat, dalam banyak
hal merupakan akibat yang paling merusak, ialah cara anak memperlakukan
anak-anak yang bukan anggota geng. Sekali anak-anak telah membentuk geng,
mereka sering kali bersikap kejam kepada anak-anak yang tidak dianggap anggota
geng. Jadi pada keanggotaan kelompok, anak-anak sudah sering kali bersikap
kejam terhadap anggota geng yang tidak dianggap anggota geng.
F. Keterampilan Motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan,
maka selama masa akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi lebih halus
dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak
terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga makin
mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok,
melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktifitas olah raga berkembang
pesat. Jadi, anak pada masa akhir ini terlihat lebih cepat berlari dan makin
pandai meloncat.
Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan
(visiomotorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap
juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan ia lebih
menyukai pensil daripada krayon untuk melukis. Dari usia 8 hingga 10 tahun,
tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik halus
berkembang, dimana anak sudah dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf menjadi
lebih kecil dan lebih rapi. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak mulai
memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulative menyerupai
kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan
yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan karya
kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrument music tertentu.
Jadi, pada masa ini anak memiliki kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan
instrument music tertentu.
Untuk memperluas keterampilan-keterampilan motorik
mereka, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik. Aktifitas fisik ini
dilakukan dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal,
permainan yang diatur sendiri oleh anak, seperti permainan umpet-umpetan, di
mana anak menggunakan keterampilan motornya. Disamping itu, anak-anak juga
melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal,
seperti olahraga senam, berenang, atau permainan hoki. Jadi, pada masa akhir
anak-anak ini, anak juga bisa melibatkan aktivitas olahraga yang bersifat
formal seperti renang, permainan hoki dan lainnya.
Anak-anak masa sekolah ini mengembangkan kemampuan
melakukan permainan (game) dengan peraturan, sebab mereka sudah dapat memahami
dan menaati aturan-aturan suatu permainan. Pada waktu yang sama, anak-anak
mengalami peningkatan dalam koordinasi dan pemilihan waktu yang tepat dalam
melakukan berbagai cabang olahraga, bauk secara individual ataupun kelompok.
Partisipasi di berbagai cabang olahraga, dapat member
konsekuensi positif dan negative bagi anak-anak. Di satu sisi, partisipasi
anak-anak dalam bidang olahraga dapat member latihan dan kesempatan untuk
belajar bersaing, meningkatkan harga diri (self-esteem), dan memperluas
pergaulan dan persahabatan dengan teman-teman sebaya. Tetapi disisi lain,
olahraga juga menimbulkan dampak negative bagi anak-anak. Mereka mengalami
terlalu banyak tekanan untuk berprestasi dan menang, cidera fisik, harus bolos
dari tugas akademis, berusaha mencapai harapan-harapan yang tidak realistis
untuk menjadi atlit yang sukses. Jadi, pada masa akhir anak-anak ini, mereka merasa
mendapatkan tekanan untuk berprestasi dan menang dan berusaha mencapai
harapan-harapan yang tidak realistis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka
kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan
masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan
meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek
yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan formal, pikiran anak usia
sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya
piker anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia sekolah
dasar ini daya piker anak berkembang kea rah berpikir konkrit, rasional dan
objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada
dalam suatu stadium belajar.
2. Masa akhir anak-anak merupakan suatu masa
perkembangan di mana anak-anak mengalami sejumlah perubahan-perubahan yang
cepat dan menyiapkan diri untuk memasuki masa remaja serta bergerak memasuki
masa dewasa. Pada masa ini mereka mulai sekolah dan kebanyakan anak-anak sudah
mempelajari mengenai sesuatu yang berhubungan dengan manusia, serta mulai
mempelajari berbagai keterampilan praktis. Dunia psikososial anak menjadi semakin
kompleks dan berbeda dengan masa awal anak. Relasi dengan keluarga dan teman
sebaya terus memainkan peranan penting. Sekolah dan relasi dengan para guru
menjadi aspek kehidupan anak yang semakin terstruktur. Pemahaman anak terhadap
“diri” (self) berkembang, dan perubahan-perubahan dalam gender dan
perkembangan moral menandai perkembangan anak selama masa akhir anak-anak ini.
Uraian berikut akan mengetengahkan beberapa aspek penting perkembangan
psikososial selama masa akhir anak-anak, di antaranya pemahaman diri, relasi
dengan teman sebaya, relasi dengan keluarga dan sekolah.
3. Masa akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan
fisik yang lambat dan relative seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan
pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada
masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Karena itu, masa ini sering juga disebut
sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja.
Meskipun merupakan “masa tenang”, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa
ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode
akhir anak-anak, diantaranya keadaan berat dan tinggi badan, keterampilan
motorik.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan yaitu bagi para pembaca dapat
menelaah lebih jauh lagi tentang Masa Akhir Kanak - kanak agar dapat diketahui pengetahuan mendalam tentang teori
tersebut dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari - hari.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar