Manajemen pengembangan diri sebenarnya merupakan
proses pembaruan. Proses ini disebut oleh Stephen R. Covey dalam The 7 habits
of Highly Effective People (1993) sebagai konsep asah gergaji. Pembaruan yang
dilakukan, menurut Covey mesti meliputi empat dimensi yaitu: pembaruan fisik
(olahraga, asupan nutrisi, dan upaya pengelolaan stress), spiritual (penjelasan
tentang nilai dan komitmen, kajian dan berkontemplasi atau berdzikir), mental
(membaca, melakukan visualisasi, membuat perencanaan dan menulis) dan
sosial/emosional (diasah melalui pemberian pelayanan, bersikap empati,
melakukan sinergi dan menumbuhkan rasa aman dalam diri). Dalam proses
pengembangan diri diperlukan keseimbangan (tawazun) dan sinergi (tanasuq) untuk
mencapai hasil optimal sebagaimana yang diharapkan.
Dalam
melakukan pengembangan diri, kita memerlukan tolok ukur yang nyata dan
aplikatif untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah kita capai .
Konsep Sharpening Our Concept and Tools (SHOOT) yang dikembangkan oleh Lembaga
Manajenen Terapan Trustco berikut ini dapat kita jadikan sebagai contoh daftar
aktivitas pengembangan diri.
1. Memperluas pengetahuan mengenai fakta situasional. Jangan bersikap tak acuh dengan lingkungan sekitar;
2. Menjalin hubungan dengan orang lain;
3. Mengelola waktu secara efektif;
4. Menjaga keaktualan pengetahuan agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan baru;
5. Berlatih untuk mengumpulkan fakta dan membuat asumsi;
6.Membuat jurnal pribadi dengan menggunakan catatan harian agar jadwal kita menjadi teratur.;
Menentukan batas-batas kekuasaan dan otoritas yang kita miliki
1. Jelas agar kita dapat leluasa berkembang;
2.Mendengarkan dengan seksama;
3.Melakukan pengambilan keputusan dengan baik;
4. Membiasakan membuat teknik perencanaan (planning) yang baik.
Melakukan secara mandiri
Proses pengembangan diri yang kita lakukan tidak akan berjalan lancar apabila kita mengandalkan dukungan dari luar. Diperlukan sebuah etos tarbiah dzatiyah (self education) yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Pembelajaran yang harus dilakukan secara mandiri ini setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: kemampuan membuat kurikulum atau agenda pribadi (self curriculum), kemampuan menjadi pembelajar yang cepat (speed learner), dan belajar secara mandiri (self learning).
Melakukan proses pengembangan diri memang tidak bebas hambatan, bahkan seringkali penuh kendala. Albert Ellis, psikolog dan penulis terkenal dalam bukunya Feeling Better, Getting Better, Staying Better (2001) memperkenalkan konsep terapi Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) . Konsep ini diperkenalkan oleh Ellis untuk membantu mengatasi hambatan dalam pengembangan diri. Beberapa hal yang disampaikannya berikut ini dapat menjadi bahan renungan kita:
1. Memperluas pengetahuan mengenai fakta situasional. Jangan bersikap tak acuh dengan lingkungan sekitar;
2. Menjalin hubungan dengan orang lain;
3. Mengelola waktu secara efektif;
4. Menjaga keaktualan pengetahuan agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan baru;
5. Berlatih untuk mengumpulkan fakta dan membuat asumsi;
6.Membuat jurnal pribadi dengan menggunakan catatan harian agar jadwal kita menjadi teratur.;
Menentukan batas-batas kekuasaan dan otoritas yang kita miliki
1. Jelas agar kita dapat leluasa berkembang;
2.Mendengarkan dengan seksama;
3.Melakukan pengambilan keputusan dengan baik;
4. Membiasakan membuat teknik perencanaan (planning) yang baik.
Melakukan secara mandiri
Proses pengembangan diri yang kita lakukan tidak akan berjalan lancar apabila kita mengandalkan dukungan dari luar. Diperlukan sebuah etos tarbiah dzatiyah (self education) yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Pembelajaran yang harus dilakukan secara mandiri ini setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: kemampuan membuat kurikulum atau agenda pribadi (self curriculum), kemampuan menjadi pembelajar yang cepat (speed learner), dan belajar secara mandiri (self learning).
Melakukan proses pengembangan diri memang tidak bebas hambatan, bahkan seringkali penuh kendala. Albert Ellis, psikolog dan penulis terkenal dalam bukunya Feeling Better, Getting Better, Staying Better (2001) memperkenalkan konsep terapi Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) . Konsep ini diperkenalkan oleh Ellis untuk membantu mengatasi hambatan dalam pengembangan diri. Beberapa hal yang disampaikannya berikut ini dapat menjadi bahan renungan kita:
-
Bicara
adalah perkara mudah. Namun, hanya bicara yang diikuti oleh tindakan yang dapat
membuat segalanya menjadi lebih baik.
-
Anda
tidak akan dapat mencapai kemajuan apabila selalu mengerjakan sesuatu dengan
cara yang sama. Oleh karena, mengubah cara harus sering dilakukan meskipun
dapat membuat anda merasa kurang nyaman.
-
Anda
harus berusaha menghentikan kebiasaan yang tidak baik dengan sungguh-sungguh.
-
Semakin lama anda tenggelam dalam perilaku
yang merugikan diri sendiri, semakin lama anda harus berjuang untuk
menghentikannya.
-
Menghindari
tindakan yang anda kuatirkan akan gagal hanya dapat mengurangi kecemasan anda
sementara. Dalam jangka panjang, penghindaran ini justru dapat berakibat buruk. Oleh karena itu lebih baik
menghadapinya, ketimbang mengindar.
-
Makin
sering anda berfikir bahwa anda tidak berguna dan tidak berharga setelah
mengalami kegagalan, semakin sulit anda mencapai keberhasilan.
-
Kalau anda ingin menemukan kedamaian dan
kegembiraan di dunia dan Insya Allah di surga nanti, atau
ingin menjadi lebih baik, anda harus memaksa diri untuk melakukannya.
John Maxwell dalam The Winning Attitude;
Your Key to Personal Success (1993) menyimpulkan bahwa sikap hidup menentukan
tindakan, pola hubungan dengan orang lain, perlakuan yang kita terima dari
orang lain, keberhasilan dan kegagalan, menentukan hasil akhir, cara pandang
yang positif dan optimis. Ia juga menyatakan, sikap anda sekarang adalah
hasil dari sikap-sikap anda selama ini.
Kegiatan pengembangan diri
merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran. Kegiatan
pengembangan diri mencakup banyak kegiatan sekaligus juga banyak melibatkan
orang, oleh karena itu diperlukan manajemen tersendiri. Pengembangan diri
betul-betul diarahkan untuk melayani seluruh siswa agar dapat mengembangkan
dirinya secara optimal sesuai bakat, minat, dan kebutuhannya masing-masing.
Peneliti tertarik dengan pembinaan pengembangan diri yang dilaksanakan secara
kontinyu yang kemudian bisa mengantarkan peserta didik ke prestasi yang
membanggakan. Kegiatan pengembangan diri tidak berjalan begitu saja, ada
beberapa faktor supaya kegiatan tersebut dapat berjalan, seperti factor
pembina, peserta didik, materi yang disampaikan, dana, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar