Misteri Bilangan Nol
RATUSAN tahun yang lalu, manusia
hanya mengenal 9 lambang bilangan yakni 1, 2, 2, 3, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Kemudian, datang angka 0, sehingga jumlah lambang bilangan menjadi 10 buah.
Tidak diketahui siapa pencipta bilangan 0, bukti sejarah hanya memperlihatkan
bahwa bilangan 0 ditemukan pertama kali dalam zaman Mesir kuno. Waktu itu
bilangan nol hanya sebagai lambang.Dalam zaman modern, angka nol digunakan
tidak saja sebagai lambang, tetapi juga sebagai bilangan yang turut serta dalam
operasi matematika. Kini, penggunaan bilangan nol telah menyusup jauh ke dalam
sendi kehidupan manusia. Sistem berhitung tidak mungkin lagi mengabaikan
kehadiran bilangan nol, sekalipun bilangan nol itu membuat kekacauan logika.
Mari kita lihat.
Nol, penyebab komputer macet
Pelajaran tentang bilangan nol, dari
sejak zaman dahulu sampai sekarang selalu menimbulkan kebingungan bagi para
pelajar dan mahasiswa, bahkan masyarakat pengguna. Mengapa? Bukankah bilangan
nol itu mewakili sesuatu yang tidak ada dan yang tidak ada itu ada, yakni nol.
Siapa yang tidak bingung? Tiap kali bilangan nol muncul dalam pelajaran
Matematika selalu ada ide yang aneh. Seperti ide jika sesuatu yang ada
dikalikan dengan 0 maka menjadi tidak ada. Mungkinkah 5*0 menjadi tidak ada? (*
adalah perkalian). Ide ini membuat orang frustrasi. Apakah nol ahli sulap ?
Lebih parah lagi-tentu menambah
bingung-mengapa 5+0=5 dan 5*0=5 juga? Memang demikian aturannya, karena nol
dalam perkalian merupakan bilangan identitas yang sama dengan 1. Jadi 5*0=5*1.
Tetapi, benar juga bahwa 5*0=0. Waw.
Bagaimana dengan 5o=1, tetapi 50o=1
juga? Ya, sudahlah. Aturan lain tentang nol yang juga misterius adalah bahwa
suatu bilangan jika dibagi nol tidak didefinisikan. Maksudnya, bilangan berapa pun
yang tidak bisa dibagi dengan nol. Komputer yang canggih bagaimana pun akan
mati mendadak jika tiba-tiba bertemu dengan pembagi angka nol. Komputer memang
diperintahkan berhenti berpikir jika bertemu sang divisor nol.
Bilangan nol: tunawisma
Bilangan disusun berdasarkan
hierarki menurut satu garis lurus (Gambar 1a). Pada titik awal adalah bilangan
nol, kemudian bilangan 1, 2, dan seterusnya. Bilangan yang lebih besar di
sebelah kanan dan bilangan yang lebih kecil di sebelah kiri. Semakin jauh ke
kanan akan semakin besar bilangan itu. Berdasarkan derajat hierarki (dan
birokrasi bilangan), seseorang jika berjalan dari titik 0 terus-menerus menuju
angka yang lebih besar ke kanan akan sampai pada bilangan yang tidak terhingga.
Tetapi, mungkin juga orang itu sampai pada titik 0 kembali. Bukankah dunia ini
bulat?
Mungkinkah? Bukankah Columbus
mengatakan bahwa kalau ia berlayar terus-menerus ia akan sampai kembali ke
Eropa?
Lain lagi. Jika seseorang berangkat
dari nol, ia tidak mungkin sampai ke bilangan 4 tanpa melewati terlebih dahulu
bilangan 1, 2, dan 3. Tetapi, yang lebih aneh adalah pertanyaan mungkinkan
seseorang bisa berangkat dari titik nol? Jelas tidak bisa, karena bukankah
titik nol sesuatu titik yang tidak ada? Aneh dan sulit dipercaya? Mari kita lihat
lebih jauh. Perhatikan garis bilangan (Gambar 1a), di antara dua bilangan atau
antara dua buah titik terdapat sebuah ruas. Setiap bilangan mempunyai sebuah
ruas. Jika ruas ini dipotong-potong kemudian titik lingkaran hitam dipindahkan
ke tengah-tengah ruas (Gambar 1b), ternyata bilangan 0 tidak mempunyai ruas.
Jadi, bilangan nol berada di awang-awang. Bilangan nol tidak mempunyai tempat
tinggal alias tunawisma. Itulah sebabnya, mengapa bilangan nol harus menempel
pada bilangan lain, misalnya, pada angka 1 membentuk bilangan 10, 100, 109,
10.403 dan sebagainya. Jadi, seseorang tidak pernah bisa berangkat dari angka
nol menuju angka 4. Kita harus berangkat dari angka 1.
Mudah, tetapi salah
Guru meminta Ani menggambarkan
sebuah garis geometrik dari persamaan 3x+7y = 25. Ani berpikir bahwa untuk
mendapatkan garis itu diperlukan dua buah titik dari ujung ke ujung. Tetapi,
setelah berhitung-hitung, ternyata cuma ada satu titik yang dilewati garis itu,
yakni titik A( 6, 1), untuk x = 6 dan y = 1 (Gambar 2). Sehingga Ani tidak bisa
membuat garis itu. Sang guru mengingatkan supaya menggunakan bilangan nol. Ya,
itulah jalan keluarnya. Pertama, berikan y = 0 diperoleh x = (25 – 0) / 3 = 8
(dibulatkan) , merupakan titik pertama, B(8,0). Selanjutnya berikan x = 0 diperoleh
y = (25 – 3.0) / 7 = 4 (dibulatkan) ,
merupakan titik kedua C(0,4). Garis BC, adalah garis yang dicari. Namun, betapa kecewanya sang guru, karena garis itu tidak melalui titik A. Jadi, garis BC itu salah.
merupakan titik kedua C(0,4). Garis BC, adalah garis yang dicari. Namun, betapa kecewanya sang guru, karena garis itu tidak melalui titik A. Jadi, garis BC itu salah.
Ani membela diri bahwa kesalahan itu
sangat kecil dan bisa diabaikan. Guru menyatakan bahwa bukan kecil besarnya
kesalahan, tetapi manakah yang benar? Bukankah garis BC itu dapat dibuat
melalui titik A? Kata guru, gunakan bilangan nol dengan cara yang benar.
Bagaimana kita harus membantu Ani membuat garis yang benar itu? Mudah, kata
konsultan Matematika. Mula-mula nilai 25 dalam 3x + 7y harus diganti dengan
hasil perkalian 3 dan 7 sehingga diperoleh 3x + 7y = 21.
Selanjutnya, dalam persamaan yang
baru, berikan y = 0 diperoleh x = 21 / 3 = 7 (tanpa pembulatan) itulah titik
pertama P(6,1). Kemudian berikan nilai x=0 diperoleh y = 21 / 7 = 3 (tanpa
pembulatan), itulah titik kedua Q(0, 3). Garis PQ adalah garis yang sejajar
dengan garis yang dicari, yakni 3x+7y=25. Melalui titik A tarik garis sejajar
dengan PQ diperoleh garis P1Q1. Nah, begitulah. Sang murid telah menemukan
garis yang benar berkat bantuan bilangan nol.
Akan tetapi, sang guru masih sangat
kecewa karena sebenarnya tidak ada satu garis pun yang benar. Bukankah dalam
persamaan 3×1 + 7×2 = 25 hanya ada satu titik penyelesaian yakni titik A, yang
berarti persamaan 3×1 + 7×2 itu hanya berbentuk sebuah titik? Bahkan pada
persamaan 3×1 + 7×2 = 21 tidak ada sebuah titik pun yang berada dalam garis PQ.
Oleh karena itu, garis PQ dalam sistem bilangan bulat, sebenarnya tidak ada.
Aneh, bilangan nol telah menipu kita. Begitulah kenyataannya, sebuah persamaan
tidak selalu berbentuk sebuah garis.
Bergerak, tetapi diam
Bilangan tidak hanya terdiri atas
bilangan bulat, tetapi juga ada bilangan desimal antara lain dari 0,1; 0,01;
0,001; dan seterusnya sekuat-kuat kita bisa menyebutnya sampai sedemikian
kecilnya. Karena sangat kecil tidak bisa lagi disebut atau tidak terhingga dan
pada akhirnya dianggap nol saja. Tetapi, ide ini ternyata sempat membingungkan
karena jika bilangan tidak terhingga kecilnya dianggap nol maka berarti nol
adalah bilangan terkecil? Padahal, nol mewakili sesuatu yang tidak ada? Waw.
Begitulah.
Berdasarkan konsep bilangan desimal
dan kontinu, maka garis bilangan pada Gambar 1a tidak sesederhana itu karena
antara dua bilangan selalu ada bilangan ke tiga. Jika seseorang melompat dari
bilangan 1 ke bilangan 2, tetapi dengan syarat harus melompati terlebih dahulu
ke bilangan desimal yang terdekat, bisakah? Berapakah bilangan desimal terdekat
sebelum sampai ke bilangan 2? Bisa saja angka 1/2. Tetapi, anda tidak boleh
melompati ke angka 1/2 karena masih ada bilangan yang lebih kecil, yakni 1/4.
Seterusnya selalu ada bilangan yang lebih dekat… yakni 0,1 lalu ada 0,01,
0,001, …, 0,000001. demikian seterusnya, sehingga pada akhirnya bilangan yang
paling dekat dengan angka 1 adalah bilangan yang demikian kecilnya sehingga
dianggap saja nol. Karena bilangan terdekat adalah nol alias tidak ada, maka
Anda tidak pernah bisa melompat ke bilangan 2 ?
from : http://www.elcourse.com
Sejarah Angka Nol
Angka Nol
Al-Khawarizmi dikenal sebagai bapak Aljabar memperkenalkan bilangan nol (0),
dan penerjemah karya-karya Yunani kuno. Kisah angka nol Konsep bilangan nol
telah berkembang sejak zaman Babilonia danYunani kuno, yang pada saat itu
diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu. Konsep bilangan nol dan
sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu. Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India
memperkenalkan beberapa sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya adalah suatu
bilangan bila dijumlahkan dengan nol adalah tetap, demikian pula sebuah
bilangan bila dikalikan dengan nol akan menjadi nol. Tetapi, Brahmagupta
menemui kesulitan, dan cenderung ke arah yang salah, ketika berhadapan dengan
pembagian oleh bilangan no,l “sebuah bilangan dibagi oleh nol adalah tetap”.
Tentu saja ini suatu kesalahan fatal. Tetapi, hal ini tetap harus sangat
dihargai untuk ukuran saat ituIde-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut sebagai sistem bilangan decimal.Selain itu Al Khawarizmi merupakan penulis kitab aljabar (matematika) pertama di muka bumi. Beliau juga seorang ilmuan jenius pada masa keemasan Baghdad yang sangat besar sumbangsihnya terhadap ilmu aljabar dan aritmetika. Karyanya, Kitab Aljabr Wal Muqabalah (Pengutuhan Kembali dan Pembandingan) merupakan pertama kalinya dalam sejarah dimana istilah aljabar muncul dalam kontesk disiplin ilmu. Nama aljabar diambil dari bukunya yang terkenal tersebut. Karangan itu sangat populer di negara-negara barat dan diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin dan Italia. Bahasan yang banyak dinukil oleh ilmuwan barat dari karangan Al-Khawarizmi adalah tentang persamaan kuadrat. Sumbangan Al-Khwarizmi dalam ilmu ukur sudut juga luar biasa. Tabel ilmu ukur sudutnya yang berhubungan dengan fungsi sinus dan garis singgung tangen telah membantu para ahli Eropa memahami lebih jauh tentang ilmu ini. Ia mengembangkan tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, kosinus dan kotangen serta konsep diferensiasi.
Karya-karya al-Khawarizmi di bidang matematika sebenarnya banyak mengacu pada tulisan mengenai aljabar yang disusun oleh Diophantus (250 SM) dari Yunani. Namun, dalam meneliti buku-buku aljabar tersebut, al-Khawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan permasalahan yang masih kabur. Kesalahan dan permasalahan itu diperbaiki, dijelaskan, dan dikembangkan oleh al-Khawarizmi dalam karya-karya aljabarnya. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila ia dijuluki ”Bapak Aljabar.”Di bidang ilmu ukur, al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal. Namun, beberapa sarjana matematika Barat, seperti John Napier (1550–1617) dan Simon Stevin (1548–1620), menganggap penemuan itu merupakan hasil pemikiran mereka. Selain matematika, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai astronom. Di bawah Khalifah Ma’mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang dapat dilakukan pada saat itu. Al-Khawarizmi juga menyusun buku tentang penghitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.
Setelah al-Khawarizmi meninggal, keberadaan karyanya beralih kepada komunitas Islam. Yaitu, bagaimana cara menjabarkan bilangan dalam sebuah metode perhitungan, termasuk dalam bilangan pecahan; suatu penghitungan Aljabar yang merupakan warisan untuk menyelesaikan persoalan perhitungan dan rumusan yang lebih akurat dari yang pernah ada sebelumnya. Di dunia Barat, Ilmu Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya al-Khawarizmi dibanding karya para penulis pada Abad Pertengahan. Masyarakat modern saat ini berutang budi kepada al-Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional dan diperkenalkannya konsep Aljabar modern, membuatnya layak menjadi figur penting dalam bidang Matematika dan revolusi perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa. Dengan penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia, teks Aljabar merupakan salah satu karya Islam di dunia Internasional.
Implikasi:
Berkat penemuan angka nol, maka dunia matematika dijaman sekarang semakin maju, misalnya dengan ditemokan berbagai rumus seperti rumus sinus, cosinu, tangent ataupun rumus trigonometi. Selain dalam dunia matematika penemuan angka nol ternyata sangat mempengaruhi dunia tegnologi khususnya computer/ digital yaitu ditemukannya gerbang logika dan kode ASCII.
Gerbang logika atau sering juga disebut gerbang logika Boolean merupakan sebuah sistem pemrosesan dasar yang dapat memproses input-input yang berupa bilangan biner menjadi sebuah output yang berkondisi yang akhirnya digunakan untuk proses selanjutnya. Gerbang logika dapat mengkondisikan input – input yang masuk kemudian menjadikannya sebuah output yang sesuai dengan apa yang ditentukan olehnya. Terdapat tiga gerbang logika dasar, yaitu : gerbang AND, gerbang OR, gerbang NOT. Ketiga gerbang ini menghasilkan empat gerbang berikutnya, yaitu : gerbang NAND, gerbang NOR, gerbang XOR, gerbang XAND.
Rangkaian aritmatika dasar termasuk kedalam rangkaian kombinasional yaitu suatu rangkaian yang outputnya tidak tergantung pada kondisi output sebelumnya, hanya tergantung pada present state dari input. Dari gerbang logika tersebut bisa dikembangkan menjadi berbagai macam tegnologi mulai dari teknologi sederhana seperti stopwatch, jam, hingga dunia internet, satelit, pesawat terbang, dan sebagainya. Semua itu tidak akan luput dari peran serta gerbang-gerbang logika ini.
Angka nol juga berperan dalam ditemukannyan kode ASCII, yaitu kode Standar Amerika untuk Pertukaran Informasi atau ASCII (American Standard Code for Information Interchange) merupakan suatu standar internasional dalam kode huruf dan simbol seperti Hex dan Unicode tetapi ASCII lebih bersifat universal, contohnya 124 adalah untuk karakter “|”. Ia selalu digunakan oleh komputer dan alat komunikasi lain untuk menunjukkan teks. Kode ASCII sebenarnya memiliki komposisi bilangan biner sebanyak 8 bit. Dimulai dari 0000 0000 hingga 1111 1111. Total kombinasi yang dihasilkan sebanyak 256, dimulai dari kode 0 hingga 255 dalam sistem bilangan Desimal
(ASCII)American Standard Code for Internation Interchange. Biasanya disingkat dengan ASCII. Suatu kode skema yang menggunakan 7 atau 8 bit, yang memberikan lambang sebanyak 256 jenis karakter. Di dalam karakter-karakter ini, telah termasuk di dalamnya huruf, angka, lambang-lambang khusus, kode kontrol perintah, serta kode lainnya. ASCII ini didevelop pada tahun 1968, yang merupakan standar untuk transmisi data antara software dan hardware. ASCII ini digunakan dalam dikebanyakan komputer mini, dan di seluruh komputer pribadi. Standar yang berlaku di seluruh dunia untuk kode berupa angka yang merepresentasikan karakter-karakter, baik huruf, angka, maupun simbol yang digunakan oleh komputer. Terdapat 128 karakter standar ASCII yang masing-masing direpresentasikan oleh tujuh digit bilangan biner mulai dari 0000000 hingga 1111111.
format yang banyak digunakan untuk file teks di dalam dunia komputer dan internet. Di dalam file ASCII, masing-masing alphabetic, numeric, atau karakter khusus direpresentasikan dalam 7-bit bilangan biner (kumpulan dari nol atau satu sebanyak tujuh angka). Karakter dalam kode ASCII dibagi dalam beberapa group yaitu : control character, angka, huruf besar, huruf kecil, dan tanda baca (pada tabel tidak begitu jelas). Control-character ini sering disebut sebagai non-printable-character, yaitu karakter yang dikirim sebagai tahap awal (pengenalan) dalam berbagai kegunaan komunikasi data, misalnya sebelum informasi dikirim dari PC ke printer.
Dengan kumpulan bit ini terdapat sebanyak 128 character yang bisa didefinisikan. Sistem operasi berbasis Unix dan DOS menggunakan ASCII untuk file teks, sedangkan Windows NT dan 2000 menggunakan kode yang lebih baru yang dikenal dengan istilah unicode. Sistem yang dikeluarkan oleh IBM menggunakan data yang dibentuk dari 8 bit, yang disebut dengan EBCDIC http://teguuuh.wordpress.com/sejarah-ipa/sejarah-angka-nol/
ASAL USUL NOL
TEMPO.CO , Jakarta:Meskipun manusia selalu memahami konsep ada dan tidak ada, konsep nol adalah relatif baru. Hanya sepenuhnya dikembangkan pada sebelum abad kelima Masehi, matematikawan berjuang melakukan perhitungan aritmatika sederhana. Hari ini, nol digunakan baik sebagai simbol (atau angka) dan konsep yang berarti tidak adanya kuantitas apapun. Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan kalkulasi, melakukan persamaan rumit, dan penemuan komputer. Inilah sejumlah teori mengenai angka Nol.
!--more-->
Awal sejarah: Lekukan Siku
Nol diciptakan secara independen oleh bangsa Babel, Maya dan India (meskipun beberapa peneliti mengatakan sistem bilangan India dipengaruhi oleh Babel). Bangsa Babel mendapat sistem nomor mereka dari Sumeria, orang pertama di dunia yang mengembangkan sistem penghitungan. Dikembangkan 4.000 hingga 5.000 tahun yang lalu, sistem Sumeria memposisikan bahwa nilai simbol tergantung pada posisi relatif terhadap simbol lainnya.
Robert Kaplan, penulis The Nothing That Is: A Natural History of Zero, menunjukkan nenek moyang angka nol mungkin sepasang lekukan miring yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah kolom nomor kosong. Namun, Charles seife, penulis Zero: The Biography of a Dangerous Idea, tidak setuju dengan pendapat tersebut.
Sistem Sumeria 'melewati Kekaisaran Akkadia menjadi Babel sekitar 300 SM. Ada seorang ilmuwan setuju, simbol muncul itu jelas sebuah wadah, yaitu sebuah cara untuk mengetahui 10 dari 100 atau untuk menandakan bahwa dalam jumlah 2.025, tidak ada nomor di kolom ratusan. Awalnya, Babel meninggalkan ruang kosong di sistem nomor tulisan kuno mereka, tetapi ketika itu membingungkan, mereka menambahkan simbol berupa lekukan siku ganda untuk mewakili kolom kosong. Namun, mereka tidak pernah mengembangkan gagasan nol sebagai nomor.
Nol di Amerika
Enam ratus tahun lalu dan 12.000 mil dari Babel, bangsa Maya mengembangkan nol sekitar tahun 350 dan menggunakannya untuk menunjukkan sebuah tempat dalam sistem kalender mereka yang rumit. Meskipun sangat terampil matematikawan, bangsa Maya tidak pernah menggunakan nol dalam persamaan. Kaplan menggambarkan penemuan nol oleh suku Maya sebagai "contoh mencolok sebagian besar nol yangvsedang dirancang sepenuhnya dari awal."
India: Dimana nol menjadi nomor
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa konsep Babel sampai ke India, tetapi yang lain merupakan hasil dari India mengembangkan sendiri.
Konsep nol pertama kali muncul di India sekitar tahun 458. Persamaan matematika dijabarkan, pengucapan dalam puisi atau nyanyian bukan simbol. Kata yang berbeda melambangkan nol, atau tidak, seperti udara, langit, atau ruang. Pada 628, seorang astronom dan ahli matematika Hindu bernama Brahmagupta mengembangkan simbol untuk nol yaitu titik di bawah angka. Dia juga mengembangkan operasi matematika menggunakan nol, menulis aturan untuk menghasilkan nol melalui penambahan dan pengurangan, dan hasil menggunakan nol dalam persamaan. Ini adalah pertama kalinya di dunia dimana nol diakui sebagai jumlah tersendiri, baik sebagai sebuah ide dan simbol.
Dari Timur Tengah ke Wall Street
Selama beberapa abad berikutnya, konsep nol tertangkap di Cina dan Timur Tengah. Menurut Nils-Bertil Wallin of YaleGlobal, nol mencapai Baghdad saat ia menjadi bagian dari sistem angka Arab, yang didasarkan pada sistem India.
Seorang ahli matematika dari Persia, Mohammed ibn-Musa al-Khowarizmi, menyarankan bahwa lingkaran kecil harus digunakan dalam perhitungan jika ada nomor muncul di tempat puluhan. Orang-orang Arab menyebut lingkaran ini "sifr," atau "kosong." Nol adalah penting untuk al-Khowarizmi, yang digunakan untuk menciptakan aljabar pada abad kesembilan. Al-Khowarizmi juga mengembangkan metode cepat untuk mengalikan dan membagi angka, yang dikenal sebagai algoritma, mengambil potongan dari namanya.
Nol sampai ke Eropa melalui penaklukan Moor dari Spanyol dan dikembangkan lebih lanjut oleh matematikawan Italia, Fibonacci. Ia menggunakannya untuk melakukan persamaan tanpa sempoa yaitu alat yang paling umum digunakan untuk melakukan aritmatika. Perkembangan ini sangat populer di kalangan pedagang, mereka menggunakan persamaan Fibonacci yang melibatkan nol untuk menyeimbangkan buku mereka.
Wallin menunjukkan bahwa pemerintah Italia curiga dengan angka Arab dan melarang penggunaan nol. Pedagang terus menggunakannya secara ilegal dan diam-diam, dan kata Arab untuk nol, "sifr," kemudian menjadi kata "cipher," yang tidak hanya berarti karakter numerik, tetapi juga menjadi "kode."
Pada 1600-an, nol digunakan cukup luas di seluruh Eropa. Itu menjadi dasar dalam sistem koordinat Cartesian Rene Descartes dan Sir Isaac Newton dan Gottfried Wilhem Liebniz tentang perkembangan kalkulus. Kalkulus membuka jalan bagi fisika, teknik, komputer, dan banyak teori keuangan dan ekonomi.