Halo, diriku..
Apa kabarmu saat ini?
Apakah kamu masih sosok yang sama?
Sosok berkepala batu dengan ego
yang selalu memenuhi udara?
Semoga saja tidak lagi.
Hai, ini aku, dirimu yang saat ini
sedang tidak tenggelam dalam ego. Ya, aku menulis surat ini demi memperbaiki
diriku sendiri. Aku ingin membuat kita tak lagi gemar menang sendiri sekaligus
mengingatkan bahwa banyak orang di sekitaran yang tanpa kau sadari sudah kau
abaikan. Lewat surat ini aku berusaha membantumu untuk tetap berpijak pada bumi
dan mampu berbuat kebaikan selagi kamu masih bisa menghela udara.
Walau
sering merasa dunia berlaku kurang adil padamu, sesungguhnya di sisi ada
orang-orang yang begitu menyayangimu
Mungkin kamu belum menyadari benar
bahwa dari sekian milyar manusia yang memenuhi bumi, kamu termasuk dalam
golongan yang beruntung. Ya, kamu memiliki ayah, ibu, saudara, bahkan
kawan yang selalu ada di sekitaran. Ada sosok ayah yang siap sedia banting
tulang memenuhi semua kebutuhan. Ada pula ibu yang merawat dengan penuh kasih
dan tak pernah alpa menuturkan wejangan, membuatmu selalu berada dalam jalur
yang benar.
Selain orangtua, ada juga sosok
saudara yang walaupun menyebalkan namun sebenarnya mereka benar-benar peduli
pada keadaanmu. Ah, dan masihkah kamu ingat bahwa kamu selalu memiliki kawan di
dalam hidupmu? Para sahabat yang selalu ada untuk berbagi dekap di saat hatimu terbelah
menjadi dua. Mereka juga selalu sedia telinga, tak pernah jemu, walaupun kamu
selalu mengulang cerita yang sama.
Dengan banyaknya orang yang
mencintaimu apa adanya, masihkah kamu merasa kurang beruntung sebagai manusia?
Mereka
dengan sabar menerima segala tingkah konyolmu sebagai manusia. Sementara kau
justru sering memandang kebaikan mereka sebelah mata
Memang manusia tidak bisa meminta
watak apa yang melekat pada dirinya ketika dilahirkan. Begitu pula kamu,
kamu memang memiliki karakter keras. Bahkan terkadang orang-orang di sekitarmu
harus berlapang dada untuk berhadapan dengan kepala batumu. Sadarkah kamu bahwa
egomu selalu memegang kendali dan memenuhi udara?
Ya, kamu sering ingin menang
sendiri. Terkadang kamu juga tenggelam ke dalam rasa iri yang sering membuatmu
membenci teman tanpa alasan yang jelas. Saat ada beberapa teman yang berhasil
meraih penghargaan kamu akan mengucapkan dengan hati setengah dan senyum yang
tidak terlalu merekah.
Dipenuhi dengan orang-orang baik
hati yang memiliki rasa tulus mencintaimu juga tidak membuatmu merasa lebih
baik. Kamu justru merasa bahwa kebaikan yang mereka lakukan merupakan sebuah
kewajiban. Sehingga kamu pun lebih gemar mengabaikan. Berpikir bahwa toh usia
mereka semua masih panjang dan kamu bisa membalas segala kebaikan mereka
kapan-kapan.
Kamu
boleh merasa ingin menang sendiri. Tapi bukankah mereka juga punya hati?
mereka juga bisa merasakan sakit
Kamu mungkin tidak tahu betapa hati
orang di sekitarmu selalu didera rasa sakit tiap kali kamu mengabaikan mereka.
Ya, ibumu terluka tiap kali kamu selalu melontarkan alasan tidak bisa pulang ke
kampung halaman. Begitu juga ayahmu, beliau kecewa ketika ragamu berada di
rumah namun pikiranmu terhisap pada pada layar ponsel.
Tidak hanya mereka, adikmu juga
sebal ketika harus menghadapi sifatmu yang selalu kekanakan. Tahukah kamu, di
usiamu yang sudah menginjak kepala dua ini harusnya kamu bisa menjadi contoh
panutan? Ya, tidak seharusnya kamu ingin menang sendiri dan mengharuskan setiap
orang menuruti segala keinginan.
Belum lagi ketika kamu justru
mengabaikan sahabat-sahabat yang sudah begitu baiknya hadir di dalam
hidupmu. Kamu sengaja mengaku sedang sibuk dan enggan menghabiskan waktu ketika
mereka butuh kehadiranmu. Kamu lebih menikmati ketika mereka bisa diajak
berbagi suka. Namun saat mereka ingin sedikit membagi duka, kamu langsung
menyibukkan diri.
Maukah
sekarang kau sedikit melunakkan kerasnya kepala? “Selamanya” bukan bilangan
waktu yang sah di dunia. Kau peru berubah sebelum penyesalan menyapa
berbagilah rasa sayang selama kamu
masih bisa
Kamu hanya diberi kehidupan sekali
ini saja. Bertemu dengan orang-orang yang selalu membuat hatimu bahagia juga
tidak selamanya. Ya, kamu tidak tahu kapan masa mereka di dunia akan habis,
kamu bahkan juga tidak tahu kapan kontrakmu di bumi akan disudahi.
Jadi, sebelum segalanya terlambat
dan kamu dilumat penyesalan, maukah kamu berbesar hati melunakkan kerasnya
kepalamu? Maukah kamu tak lagi mengabaikan mereka yang selalu berbuat baik
padamu? Sebelum kamu tak lagi memiliki kesempatan. Berbagi kasihlah kepada
ayah, ibu, saudara, serta kawan-kawanmu yang selama ini ada untukmu. Kamu tidak
akan merugi, justru perasaan gembiralah yang akan memenuhi hati.
Mulai sekarang berjanjilah kepada
diri sendiri bahwa kamu tidak akan mengulang kesalahan yang sama demi
kebahagiaan yang akan kamu petik di masa depan.
Salam
hangat dari dirimu sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar