Nama
: Nur Alifa Adiratna
NIM
: 2227132345
Kelas
: 2/D
Mata
kuliah : Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Peserta Didik
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar
KOMPETENSI
ANAK
KOMPETENSI
BERBAHASA
Kompetensi berasal dari kata kompeten, yang berarti
cakap, mampu dan terampil. Sedangkan kompetensinya sendiri adalah tingkat kemampuan seseorang
untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab yang dimiliki dalam
melaksanakan tugasnya secara efektif efisien. Jika seperti itu definisi
kompetensi, maka apakah yang di maksud dengan kompetensi anak? Kompetensi anak
berarti kemampuan seorang anak untuk melaksanakan sesuatu secara benar, tepat
dan pas dengan standar yang ditentukan.
Kompetensi berbahasa berarti
kemampuan seseorang atau seorang anak dalam berbahasa. Bahasa sendiri merupakan
alat untuk berkomunikasi, dimana bahasa sendiri diartikan sebagai cara untuk
berkomunikasi yang dinyatakan dalam symbol, lambang, lisan, tulisan, isyarat,
ekspresi (mimik muka),lukisan, dan sebagainya.
Bahasa yang di dapat oleh anak tidak
hanya semata-mata di bangku sekolahan saja, sebelum sekolah pun mereka sudah
mengenal bahasa. Bahasa yang mereka dapat ya pasti berasal dari bahasa yang
sering orang tua, keluarga atau lingkungannya ucapkan. Tapi perlu di ingat
bahasa yang terjadang sering di pakai di dalam keluarga pasti berbeda dengan
diluar keluarga, lingkungan teman, dan sekolah. Bisa saja di dalam keluarga
kita aktif saling berkomunikasi dengan bahasa daerah tetapi jika di sekolah
atau lingkungan luar, kita di tuntut untuk berbahasa sama yaitu bahasa kesatuan
bahasa Indonesia. Kecakapan anak dalam berbahasa juga merupakan bukti jika
kondisi si anak aktif bersosialisi dengan orang tau, rajin membaca, dan sering
juga di ajak berkomunikasi dengan orangtua atau keluarga. Ditegaskan disini
jika kecakapan anak dalam hal berbahasa atau berkomunikasi dengan orang lain
dimulai dari pola asuh orang tua. Karena orang tua lah faktor utama dalam perkembangan
anak.
Zaman modern sekarang ini, banyak
anak-anak yang berbicara tidak sesuai dengan umurnya. Berbicara layak orang
dewasa tetapi tidak ada kepantasan sama sekali dengan umurnya. Anak SD yang
notabennya berbicara sesuai dengan umurnya kini malah menadi dewasa sebelum
waktunya. Entah melihat dan mendegar dari mana si anak tersebut. Anak mempunyai
bahasanya sendiri, bahasa yang memang hanya dia yang dapat mengerti, dan orang
tua juga guru di paksa untuk harus bisa memahami bahasa anak tersebut. Oleh
sebab itu seorang guru khususnya guru SD diharuskan memakai bahasa anak dalam
penyampaian materi yang diajarkan.
Membahas tentang bahasa pada era
modern seperti ini, nampakanya terlihat jelas anak-anak sekarang jarang sekali
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mereka kini malah sering
menggunakan bahasa asing dalam kesehariannya, misalkan bahasa Inggris, Japan,
Korea, Cina dan sebagainya. Memang itu merupakan suatu kelebihan bagi sang anak
dan suatu kebanggaan bagi orang tuanya, tetapi hal tersebut membuat si anak
lupaka akan bahasa aslinya juga bahasa ibunya. Bukankah mengajarkan anak
mengenai bahasa asli dan bahasa ibu merupakan sesuatu hal yang di haruskan agar
bisa melestarikan bahasa tersebut. Keadaan berbalik sekarang, dahulu jika ada
anak ataupun seseorang yang berbicara menggunakan bahasa yang baik dan benar
itu disegani bahkan terlihat sangat intelek dikalangannya, tetapi sekarang jika
berbicara atau berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar atau dalam kata
lain bahasa yang benar-benar sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia
terkadang justru menjadi bahan olok-olokan kawan sekitarnya atau dicap sebagai
orang yang so intelek, so pintar, so konglomerat, pejabat, presiden dan
sebagainya. Memang salah jika kita atau anak menggunakan bahasa yang baik dan
benar? Tidak kan?!
Cara anak berbicara di kota dan di
desa cenderung jauh amat berbeda. Terkadang anak yang tinggal di desa tutur
kata bahasa yang dikeluarkan lebih halus, sopan, dan menggunakan bahasa ibu
(daerah),. Sedangkan anak yang tinggal di kota lebih cenderung menggunakan
bahasa yang modern (campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing), cara
berbicaranya pun terkadang lebih mengarah ke individualis, merasa berwibawa,
dan sedikit agak berbobot dalam penyampaian kata demi kata. Tapi ingat tidak
semua anak seperti itu baik di desa maupun kota, tergantung bagaimana cara
didikan orang tuanya.
Perlu di ingat, tidak semua anak
terlahir dengan sempurna, dan kita tidak bisa memungkiri itu, merekalah
anak-anak berkebutuhan khusus. Jadi kompetensi anak dalam berbahasa tidak hanya
melalui lisan atau bicara saja, bahasa anak pun terkadang tersirat dalam
tulisan, ekspresi (mimik muka), dan isyarat atau symbol.
Sebagai contoh terkadang ada anak
yang menangis histeris jika apa yang ia inginkan tidak terpenuhi, dan itu
merupakan salah satu bahasa anak mengungkapkan kekecewaannya. Atau bisa juga si
anak menangis karena menginginkan sesuatu tetapi ia tidak mampu
mengungkapkannya dengan lisan, dan itu merupak bentuk bahasa anak secara
emosional. Adapula bahasa anak yang diungkapkan melalui isyarat, atau dikenal
juga sebagai bahasa isyarat. Bahasa isyarat inilah yang biasa digunakan bagi
anak-anak yang berkebutuhan khusus
seperti tuna wicara ataupun tuna rungu. Untuk memahami bahasa isyarat
ternyata dibutuhkan kepekaan yang sangat tinggi, tapi ada juga suatu ilmu yang
khusus mempelajari bahasa isyarat ini. Dan calon guru pun harus bisa dan paham
mengenai bahasa isyarat ini.
Anak memperoleh bahasa dari
lingkungan sekitar yang kondusif. Misalnya ketika si anak belum bisa untuk
berbicara, orangtua selalu saja mengajaknya bicara sampai-sampai apa yang
selalu orang tua mereka ucapkan terekam dalam memorinya dan ketika sudah mulai
bisa berbicara si anak akan menggunakan bahasa yang orangtuanya sering ucapkan
padanya. Seorang anak belajar bahasa
menggunakan kekreatifannya, mereka terkadang menciptakan kata-kata baru, dan
jika dirasa kata-kata yang mereka ciptakan itu gagal di aplikasikan dalam
komunikasi maka secara otomatis mereka tidak akan menggunakan kata-kata itu
lagi.
Guru dan orangtua akan berhasil
mengajarkan bahasa kepada anak, jika mereka menggunakan bahasa itu secara
spontan atau real tanpa ada niat untuk mengajarinya bahasa , dan memberikan
kesempatan kepada anak untuk berkreasi dengan kata-kata.
Bahasa adalah alat komunikasi yang
paling efektif dalam pergaulan sosial. Namun terkadang bahasa juga menjadi
boomerang bagi segelintir orang. Kesalah pahaman tentang sebuah makna dari apa
yang diucapkan kadang membuat anak berkelahi atau bermusuhan. Jangankan
anak-anak, terkadang orang dewasapun seperti itu adanya. Pembelajaran bahasa di
sekolah yang efektif memperlukan bahasa
yang optimal juga, bahasa yang komunikatif dan adanya interaksi yang aktif dan
produktif di pembelajaran tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar