Jumat, 31 Juli 2015

Sekilas Materi Bacaan LSP PAI



AL-IMAN

RINCIAN BAHASAN
Konsep-konsep tentang Iman, Islam dan Ihsan mungkin sudah pernah kita pelajari.
Namun ternyata gambaran yang kita miliki selama ini belum cukup valid (shohih) dan
integral (syamiil), karena kita melihat Iman, Islam dan Ihsan secara sektoral dan terpisah
satu sama lain. Padahal ketiga konsep tersebut adalah merupakan satu bangunan yang
dapat disebut sebagai RUMAH KITA, yang secara global terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu :
1. RUKUN IMAN, yang berfungsi sebagai lapisan fondasinya.
2. RUKUN ISLAM, yang berfungsi sebagai tiang penyangganya.
3. IHSAN, yang berfungsi sebagai atapnya.
Artinya : tegaknya Islam pada diri seseorang tergantung pada kualitas pondasinya dan
daya tahan Islam pada diri seseorang tergantung pada kualitas atapnya. Jadi satu
sama lain saling membantu, menguatkan dan memelihara.
Hakikat Iman
Pengertian Iman menurut ahlussunah : Iman terdiri dari tiga unsur, yaitu
pembenaran dengan  hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan,
yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Jadi Iman adalah keyakinan dan sekaligus juga amal.
Rukun Iman
Rukun Iman merupakan basis konsepsional atau landasan idiil yang mendasari
pemikiran, ucapan dan tindakan seorang muslim. Artinya : seorang muslim yang
beriman maka pemikiran, ucapan dan tindakannya tidak akan bertentangan dengan
keimanannya kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Taqdir dan Kiamat. Orang yang
beriman haruslah beriman kepada enam rukun iman. (Lihat QS. 2:285, 4 :136, dan
Hadits. Ketika Nabi ditanya Malaikat jibril tentang Iman, maka jawab Nabi : "Hendaklah
engkau beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada
Utusan-utusan-Nya, kepada Hari Kiamat dan hendaklah engkau beriman kepada Qadar
yang baik dan yang buruk" (HR. Muslim). Maka barangsiapa yang mengingkari salah
satunya maka ia telah mengingkari seluruh Rukun Iman.
Adapun penjabaran dari pelaksanaan rukun iman tersebut, yaitu :
1.        Iman kepada Allah SWT. Konsekuensinya yaitu : mencintai Allah SWT (QS. 2:165).
Tanda-tandanya : lihat QS. 8:2. Akibatnya : ikhlash dalam menjalankan perinta-perintah-Nya.
2.        Iman kepada Malaikat (QS. 50:16-18). Konsekuensinya : tidak mungkin seorang
mu'min berbuat ma'siat karena selalu ditongkrongi malaikat.
3.        Iman kepada Kitab-kitab (QS. 2:2, 20:1-3). Konsekuensinya : menjadikan Al-Qur'an
sebagai pedoman hidup.
4.        Iman kepada Nabi dan Rasul (QS. 33:40). Konsekuensinya : mencintai dan
mengikutinya (QS. 3:31-32).
5.        Iman kepada Hari Akhir (QS. 3:185). Konsekuensinya : mempersiapkan diri untuk
mennghadapinya.
6.        Iman kepada Takdir (QS. 22:7). Konsekuensinya : berprinsip bahwa "Janganlah kita
mempersoalkan apa-apa yang Allah ingin lakukan terhadap kita, tetapi kita harus
melakukan apa-apa yang Allah ingin dari kita."

NIKMAT IMAN
RINCIAN BAHASAN
Iman sebagai fitrah manusia
* Semua manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Sesuai dengan hadits Nabi : “
Semua bayi terlahir dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan dia
yahudi, nasrani atau majusi.” (HR. Muslim)
* Seluruh manusia baik yang kafir atau yang muslim, semenjak berada dalam rahim
ibunya, yaitu ketika Allah hendak memasukkan roh ke dalam jiwanya telah
memberitahukan bahwa Allah SWT adalah Rabb mereka (QS.7 : 172) sehingga
secara fitrah manusia akan percaya akan adanya Allah (tauhid Rubbubiyah) (QS.10 :
31,39 : 3)
* Persaksian Rubbubiyah di alam ruh harus dilanjutkan dengan persaksian Uluhiyyah
dan risalah di alam dunia sebagai konsekuensinya (QS.30 : 30, 22 : 78, 2 : 21). Tauhid
Uluhiyyah adalah pengesaan Allah dalam peribadatan, kepatuhan, kecintaan,
ketakutan dan ketaatan secara mutlak (QS.21 : 21). Sedangkan Tauhid Risalah
berittiba’ (mengikuti) sunah-sunah Rasulullah SAW, yaitu mengerjakan apa yang
beliau perintahkan dan menehan diri dari apa yang dilarangnya (QS.21 : 37, 33 : 36)
Nikmat Iman
* Allah memberikan nikmat kepada seluruh makhluknya. Manusia tidak akan mampu
menghitung nikmat yang telah Allah berikan kepadanya (QS. 14 : 34)
* Beberapa nikmat dari Allah yang diberikan kepada manusia :
1. Nikmat sebagai makhluk (QS.76 : 1-4)
2. Nikmat sebagai manusia (QS.95 : 4)
3. Nikmat sebagai khalifah (QS.2 : 30, 14 : 32-34)
4. Nikmat sebagai muslim (QS.5 : 3, 49 :17), merupakan nikmat terbesar dari
Allah
* Manusia harus bersyukur terhadap nikmat yang telahAllah berikan. Allah memberikan
anggota tubuh pada manusia adalah untuk disyukuri (QS.16 : 78).   Apabila
kufurnikmat maka Allah akan membalas dengan azab-Nya (QS.14 : 7, 31 : 31)
* Cara mensyukur nikmat Allah antara lain dengan :
1. Mengucapkan syukur (dengan hati dan lisan)
2. Menjaga dan memelihara nikmat yang diberikan
3. Melakukan perbuatan yang sesuai dengan keinginan pemberi nikmat




PENTINGNYA AKHLAK ISLAMI
RINCIAN BAHASAN
Definisi Akhlak
Allah adalah Khalik yang menciptakan segala sesuatu di luar diri-Nya.
Sedangkan segala sesuatu yang diciptakan-Nya disebut makhluk. Manusia dan
segala sesuatu yang menyertainya adalah juga makhluk. Sekarang akhlak.
Apakah akhlak itu? Jawabannya mudah : Akhlak ialah semua tingkah laku dan
gerak-gerik makhluk dan yang dimaksud makhluk di sini (telah dipersempit)
ialah manusia (hanya menyangkut tingkah laku manusia saja).

Sumber Akhlak Islam
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber
akhlak bagi seorang muslim adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Sehingga ukuran
baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan al-Qur’an dan as-
Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak
bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu
kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya
manusia diciptakan. Pasti ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk
dengan sistem norma yang datang dari Allah SWT.

Faktor-faktor Pembentuk Akhlak
1. Al-Wiratsiyyah (Genetik)
berbicara “keras”, tetapi hal ini bukan melegitimasi seorang muslim untuk
berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan
memperbaikinya.
2. An-Nafsiyyah (Psikologis)
ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir.
Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits).
Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan
berbeda dengan keluarga yang orangtuanya lengkap.
3. Syari’ah Ijtima’iyyah (Sosial)
          Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang
ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.
4. Al-Qiyam (Nilai Islami)
tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam
yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah.
Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami.Akhlak Islami ialah seperangkat

Pentingnya Akhlak Islami
 Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan
keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya aqidah
dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi
buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah. ”Paling
sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur
aqidahnya.”(HR.Tirmidi). ”Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu
sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik manusia
keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR.Thabrani, Ahmad
dan Abu Ya’la)

Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung
 
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya
 

 Akhlak adalah buah ibadah
“Sesungguhnya shalat itu mencegah orang melakukan perbuatan keji dan
munkar” (QS. 29:45)
 Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat
“Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat
melebihi keluhuran akhlaknya” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi)
 Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat
karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi seorang muslim
sebagai makhluk Allah SWT.
“Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik
akhlaknya”(Muttafaq ‘alaih).
Cara Mencapai Akhlak Mulia
1. Menjadikan iman sebagai pondasi dan sumber
perbuatan manusia. Bila melakukan perbuatan baik, balasannya akan
menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap menanti. Hal
ini akan melibatkan iman kepada Hari Akhir. Akhlak yang baik akan dibalas
dengan syurga dan kenikmatannya (QS. 55:12-37). Begitu pula dengan
akhlak yang buruk akan disiksa di neraka (QS. 22:19-22).
2. Pendekatan secara langsung
Qur’an secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apapun yang tertera di
dalamnya wajib diikuti. Misalnya, al-Qur’an melarang untuk saling berburuk
sangka (QS. 49:12), menyuruh memenuhi janji (QS. 23:8), dsb.
3. Pendekatan tidak secara langsung
kejadian-kejadian malapetaka yang telah terjadi tak akan terulangi lagi di
masa kini dan yang akan datang.
Dari hal di atas, intinya adalah latihan dan kesungguhan. Latihan artinya
berusaha mengulang-ulang perbuatan yang akan dijadikan kebiasaan.
Kemudian bersungguh-sungguh berkaitan dengan motivasi. Motivasi yang
terbaik dan paling potensial adalah karena ingin memenuhi perintah Allah dan
takut siksa-Nya.


AKHLAK RASULULLAH
RINCIAN BAHASAN
   Misi utama diutusnya Rasul ke dunia ialah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak” (Hadits).
   Akhlak Rasulullah mencakup segala sisi kehidupan, yaitu sebagai suami, kepala
pemerintahan, pemimpin tertinggi pasukan Islam, dsb.
   Rasulullah memiliki akhlak yang agung (QS. 68:4) dan patut dijadikan teladan oleh
umat Islam (QS. 33:21).
Akhlak Rasulullah secara Umum
1.        Akhlak qur’ani
jawabnya,”Akhlaknya Qur’ani” (Hadits)
 Akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an.Karena itu, untuk memperoleh gambaran utuh
akhlak beliau kita perlu memahami al-Qur’an dan as-Sunnah atau segala sesuatu
yang ada kaitannya dengan pola kehidupan Rasulullah.
2.        Akhlak manusia terbaik
“Dikatakan oleh Anas ra. bahwa Rasulullah adalah manusia yang terbaik akhlaknya”.
Contoh akhlak-akhlak mulia yang diperintahkan Nabi SAW
1.  Jujur
         Hadits Rasul: “Sesungguhnya kejujuran itu akan menghantarkan kepada kebajikan,
dan sesungguhnya kebajikan itu akan menghantarkan ke syurga. Dan seseorang
senantiasa berkata benar dan jujur hingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang
benar dan jujur. Dan sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, yang
akhirnya akan mengantarkan ke dalam neraka. Dan seseorang senantiasa berdusta
hingga di catat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR.Bukhari-Muslim)
3.        Dermawan (QS. 2:261)
·         “Tidaklah seseorang hamba berada berada pada suatu pagi kecuali dua malaikat
turun menemaninya. Satu malaikat berkata: Ya Allah, berilah karunia-Mu, sebagai
ganti apa yang ia infakkan. Malaikat lainnya berkata: Ya Allah, berilah ia kebinasaan
karena telah mempertahankan hartanya yang tidak dinafkahkannya”. Muttafaq
‘alaih)
4.        Malu
·         “Adalah Rasulullah SAW sangat tinggi rasa malunya, lebih pemalu dari gadis
pingitan. Apabila Beliau tidak menyenangi sesuatu, kami dapat mengetahuinya
pada wajah Beliau.” (HR.Muslim), “Iman itu mempunyai 71 atau 81 cabang dan
yang paling utamanya adalah mengucapkan Laa ilaaha illal-Lah dan serendah-rendahnya adalah meyingkirkan duri (gangguan dari jalan).Dan sifat pemalu
merupakan satu bagian dari iman” (Muttafaq ‘alaih).Tambahan: lihat Ar-Rasul,
hal.197-199.
5.  Menepati janji (QS. 5:1; 17:34). Tambahan: lihat Ar-Rasul, hal.56-60.
6.  Menutupi aib (QS. 24:19).

Contoh akhlak-akhlak tercela yang diperingatkan RasulullahSAW
1.  Marah (QS. 3:133-134)
aku.”Sabda nabi:”Janganlah engkau mudah marah.Maka diulanginya beberapa
kali.Sabdanya:Janganlah engkau mudah marah.” (HR. Bukhari-Muslim)
2.  Ghibah dan Namimah (QS. 49:12)
3.  Riya (QS. 2:264)
4.  Sombong (QS. 17:37)
5.  Zalim
   zalim) pada diri-Ku dan Aku jadikan sebagai perbuatan haram bagi kalian, maka
dari itu janganlah kalian berbuat zalim.” (HR. Muslim)

BANGUNAN ISLAM
RINCIAN BAHASAN
Konsepsi Islam dapat diibaratkan sebagai sebuah bangunan yang utuh dan
kokoh, yang tegak di atas pondasi keimanan. Sabda Rasulullah SAW:
“Bangunan Islam itu atas lima perkara: bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke
Baitullah dan puasa di bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesempurnaan Islam telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“ ...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai jadi agama bagimu...”(QS. 5:3)
Karakteristik (ciri khas) Islam berikut ini dapat menggambarkan kesempurnaan
Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah:
1.  Bersumber dari Allah SWT (robbaniyyah), bukan buatan manusia. Tujuan pertama
dan terakhirnya adalah agar manusia menyembah Allah yang merupan tujuan
penciptaan manusia. (QS. 51:56)
2.  Bersifat kemanusiaan yang universal, yaitu diturunkan Allah SWT sebagai petunjuk
untuk seluruh umat manusia, bukan hanya dikhususkan untuk suatu kaum atau
golongan. (QS. 21:107, 34:28, 7:158)
3.  Lengkap dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Tidak ada suatu pekerjaan, baik
kecil ataupun besar, kecuali Islam telah menerangkan hukumnya. (QS. 6:38, 16:89)
4.  Ajaran Islam mudah untuk dikerjakan tanpa kesulitan sedikitpun, sebab Islam tidak
membebankan manusia suatu kewajiban kecuali sebatas kemampuannya. (QS.
2:286)
5.  Ajaran Islam bertujuan untuk menegakkan keadilan mutlak dan mewujudkan
persaudaraan dan pesamaan ditengah kehidupan manusia, serta memelihara
darah, kehormatan harta, akal, dan agama mereka. (QS. 5:8, 6:152, 4:125)
6.  Bersifat seimbang (tawazun), dimana seluruh ajaran Islam menjaga keseimbangan
antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum,antara jasad dan ruh, antara
dunia dan akhirat. Firman Allah:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi....”
Dalam hal keseimbangan antara kebutuhan jasad dan ruh, Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya badanmu memiliki hak atasmu, jiwamu mempunyai hak atasmu dan
kelurgamu juga memiliki hak atasmu, maka dirikanlah setiap yang mempunyai hak-
haknya”. (Al Hadist)
7.  Perpaduan antara ‘tidak berubah’ dan ‘menerima perubahan’. Ajaran Islam tidak
berubah pada pokok-pokok dan tujuannya, namun menerima perubahan pada
cabang, sarana dan cara-caranya, sehingga dengan sifat menerima perubahan ini
Islam dapat menyesuaikan diri dan dapat menghadapi perkembangan zaman. Dan
dengan sifat tidak berubah pada pokok-pokok dan tujuannya Islam tidak dapat larut
dan tunduk pada perubahan zaman dan perputaran waktu.
Beberapa karakteristik inilah yang membedakan agama Islam dari agama yang
lain, dari peraturan dan undang-undang buatan manusia Islam merupakan satu-satunya
agama Allah dan Allah tidak akan menerima agama selain Islam. (QS. 3:19,85) Namun
manusia saat ini banyak yang lebih suka membuat aturan sendiri dan tidak mau
menjalankan aturan Islam dalam kehidupan. Padahal jelas manusia hanyalah ciptaan
Allah sehingga dalam hidupnya tentu saja membutuhkan aturan dari pencip-Nya.
Dalam tubuh umat Islam sendiri saat ini ada yang merasa pesimis melihat
realita umat yang serba menyedihkan. Mereka ragu dan bahkan menilai mustahil
dengan isu bangkitnya kembali Islam. Padahal Allah telah menjanjikan kemenamgan
agama ini dalam firman-Nya:
“Dan Dialah yang menurunkan Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukainya”.(QS. 9:33).
Kandungan ajaran Islam secara global dapat dbagi atas tiga bagian, yaitu:
1.  Pokok dan pondasi (asas), yang terdiri atas aqidah dan ibadah. Aqidah mencakup
dua kalimat syahadat dan rukun iman yang enam, sebagaimana firman Allah dalam
QS. 2:177. Sedangkan ibadah disini adalah dalam pengertian khusus yang tercakup
dalam rukun Islam.
2.  Bangunan (bina’), berupa aturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
(sistem hidup), seperti:
a. Sistem politik, diantaranya prinsip musyawarah (QS. 3:159; 42:38), perdamaian
(QS. 2:208; 8:61), hukum (QS. 6:57; 12:40)dan jinayat.
b. Sistem perekonomian, seperti masalah utang piutang (QS. 2:282), pegadaian
(QS. 2:283), penghalalan jual beli dan pengharaman riba (QS. 2:275).
c. Sistem keprajuritan (militer), seperti mempersiapkan tentara (QS. 8:60).
d. Sistem akhlak, diantaranya tentang berbuat kebaikan (QS.2:44), berkata benar
(QS. 2:177), memaafkan (QS. 2:237).
e. Sistem sosial kemasyarakatan, seperti masalah zakat (QS. 2:43), keadilan
dalam menegakkan hukum (QS. 4:58) dan konsep persaudaraan (QS. 49:10,13)
f. Sistem pengajaran, seperti berlaku lemah lembut dalam memberi pelajaran (QS.
3:159), pemberian nasihat (QS. 31:12-19).
3.  Pendukung dan penopang (muayyidat) yang mencakup:
a. Konsep jihad (QS. 22:39,40)
b. Amar ma’ruf nahi munkar (QS. 3:104)
c. Hukum-hukum (QS. 5:49)
d. Sanksi (QS. 5:33,38)
Bangunan Islam tidak bisa berdiri kecuali dengan adanya pondasi. Dan agama
Islam belum tegak sempurna bila bangunannya belum berdiri pada pribadi-pribadi kaum
muslimin dan pada sistem hidup masyarakat. Dan dengan adanya penopang, bangunan
itu akan berdiri tegak dan kokoh.
“Hendaklah kamu takut kepada Allah
dimana saja kamu berada.
Dan tutuplah perbuatan yang buruk dengan
perbuatan yang baik,
karena akan menghapuskannya,
dan bergaulah dengan sesama manusia
dengan akhlak yang baik”.
(HR. Ahmad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar