Jumat, 31 Juli 2015

Pengertian Seni dan peran dalam pendidikan



Pendidikan Seni, khususnya seni rupa hadir sebagai bagian integral dari prinsip pendidikan. Artinya, pendidikan seni rupa sebagai bagian dari pendidikan umum yang mendapat kewajiban (tugas )utama melatih kepekaam rasa: estetis(keindahan),maupun apresiasi seni, melalui pembelajatan praktek berkarya seni rupa. Pembelajaran seni rupa yang dimaksudkan adalah pendidikan untuk anak yang didasari oleh pembinaan intelegensi rupa (visual intelligenci) dengan kemampuan memahami objek secara komprehensifmaupun detail. Pemahaman terhadap objek dengan kinerja belajarnya melalui pengamata, asosiasi, pemahaman bentuk akhirnya berekspresi.
Lingkup seni sebagai hasil aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni tersebut. Pemahaman tentang seni adalah merupakan ekspresi pribadi dan seni adalah ekspresi keindahan.
Seperti yang dikemukakan oleh Cut Kamaril Wardani Surono (200:3), pendidikan seni yaitu:
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2. Pendidikan kesenian adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan. Maka kemampuan beragam bahasa (multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas baik yang berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.

Pendapat lain juga mengartikan pendidikan seni:
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2. Pendidikan seni adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan, Maka kemampuan beragam bahasa (multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional; artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas; baik yang berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.


B. Tujuan Pendidikan Seni di Sekolah Dasar
Tujuan diberikanya pendidikan seni di SekolahDasar diantaranya sebagai berikut:

1. Memberikan fasilitas yang sebesar-besarnya untuk dapat mengemukakan pendapatnya (ekspresi bebas).
2. Melatih imajinasi anak, ini merupakan konskwensi logis darn kegiatan ekspresi; supaya bisa berekspresianak mempunyai bayangan terlebih dahulu yaitu denganlatihan imajinasi mungkin bisa berangkat darn pengamatan maupun hasil rekapitlasi kejadian yang telah direkam oleh otak.
3. Memberikan pengalaman estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran) terhadap suatu karya seni sesuai dengan mediumnya.
4. sedangkan konsekwensi lainnya sebagai prasarat adalah pembinaan sensitivitas serta Rasa pada umumnya, hasil yang diharapkan adalah terbinanya visi artistik dan fiksi imajinatif.
5. Pembinaan Ketrampilan; diarahkan dengan membina kemampuan praktek berkarya seni dan kerajinan, gunanyauntuk merangka mempersiapkan kemampuan trampil dan praktis sebagai bekal hidup di kemudian hari.
6. Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara.
7. Siswa memiliki pengetahuan, pengalaman dan kemauan keras berkarya dan berolah seni, serta kepekaan artistik sebagai dasar berekspresi pada budaya bangsa. Tujuan tersebut pada dasarnya adalah menyiapkan anak untuk berpengetahuan, berkecakapan dan berkemampuan dalam tingkat dasar agar kelak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
8. Menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi, kepemimpinan
9. Seni sebagai alat pendidikan dalam arti pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
Peran pendidikan kesenian dalam konstelasi kurikulum pendidikan adalah:

1. Seni Sebagai Bahasa Visual
Anak pada usia SD dalam kehidupannya sangat dekat dengan berkarya seni. Hampir bisa dikatakan bahwa perilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian; tiada hari tanpa berseni. Berseni merupakan, kebutuhan anak dalam:
a) mengutarakan pendapat,
b) berkhayal-berimajinasi,
c) bermain,
d) belajare. memahami bentuk yang ada di sekitar anak,
e) merasakan: kegembiraan, kesedihan, dan rasa keagamaan.
Dalam Konteks seni berperan mengemukakan pendapat, tampak ketika anak menyanyi atau menari ataupun menggambar bertema maupun tanpa tema. Karya seni mereka berikan tema Sesuai dengan keinginan pada saat itu; ketika anak membayangkan nikmatnya berada dalam ban-ban ibu, dan ibu menimangnya sambil menyanyikan lagu akan kembali muncul dalam bentuk gambar seorang perempuan dan kain. Ungkapan itu juga dapat berupa celotehan suaran menyanyi dan menirukan orang sedang menimang boneka. Namun, dapat pula berupa gambar tanpa bentuk, yang dimulai dari menggambar pesawat terbang yang indah dengan bentuknya yang khas anak, kemudia sealng beberapa menit gam,bar tersebut dicoret sampai menutup permukaan. Gambar pesawat yang semula sudah tidak nampak lagi. Disinilah ungkapan kesal pesawat musuh menembak pesawat idealnya.

2. Seni Membantu Pertumbuhan Mental
Ternyata contoh di atas merupakan perkembangan symbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan bentuk yang dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan. Bentuk-bentuk tersebut hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pada suatu ketika anak pertumbuhan badan (biological age) lebih cepat daripada perkembangan pikiran (mental age). Ketidaksejajaran perkembangan anak tersebut menyebabkan pula perkembangan gambar anak dengan anak lain yang normal, oleh karena terjadi variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan nalar pada diri anak. Bagi anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana fungsi nalar sudah berkembang lebih cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa tersebut berpengaruh juga dalam gambar.

Beberapa figur akan diungkapkan berbeda dengan anak yang lain artinya, anak di suatu tempat tidak akan sama dengan yang lain. Namun, pada dasarnya pada usia SD yang lain, perkembangan emosinya ditandai oleh perkembangan keseniannya. Kondisi ini akan berubah, jika perkembangan penalaran anak juga berubah. Sekitra usia 7 sd 8 tahun (antara kelas 1 – dan 2) merupakan usia perkembangan penalaran anak, maka pikiran dan perasaan anak pun mulai berkembang memisah. Hasilnya, terdapat anak yang kuat penalarannya atau kuat perasaannya. Biasanya tipe anak yang kuat penalarannya cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih dominan, maka figur atau obyek lukisan ditampilkan lebih relaistik. Sedangkan, anak bertipe perasaan (emosional), ditunjukkan dalam gambar berupa blok – blok warna yang kuat; dimana terdapat satu figur yang diberi warna lebih menyolok dari pada yang lain.
Dalam pandangan psikologi humanistik perkembangan anak tidak saja dipengaruhi oleh faktor lingkungan (teori behavioral) seperti teman-teman disekelilingnya, guru kelas, atau pun orang tua saja, melainkan juga berasal dari faktor instink sebagai internal factor (teori psikoanalisis). Biasanya, kedua faktor tersebut berjalan saling mempengaruhi secara berimbang. Misalnya: fisik, intelektual, emosional, dan interpersonal, serta interaksi antara semua faktor, yang mempengaruhi belajar dan motivasi belajar. Psikoanalisis sendiri menyatakan bahwa dalam jiwa manusia berkembang kognisi, afeksi dan psikomotorik. Barangkali perkembangan ketiga ranah kejiwaan pun juga mempengaruhi perkembangan mental dan selanjutnya berpengaruh terhadap cara cipta seni rupa. Psikologi humanistik sendiri merupakan cabang Psikologi yang memfokuskan pandangannya tentang teori persepsi, respon terhadap kebutuhan internal individu, dan dorongan aktualisasi diri, atau menjadi apapun yang is inginkan (Maslow, dalam Eggen & Kauchak, 1997).

Selanjutnya perkembangan intelektual, emosional maupun persepsi dapat dikategorikan sebagai perkembangan mental. Dalam skema pertumbuhan anak, terurai bahwa bisa terjadi urutan perkembangan usia yang tidak seimbang. Usia kronologis (yaitu usia berdasarkan urutan yang dihitung sejak lahir) anak berusia 6 tahun berkembang terus sesuai dengan tahun. Usia kronologis ini kebeltulan mempunyai perkembangan sejajar dan seiring dengan usia mental. Namun, pada usia pertumbuhan, badan anak kurang normal dibanding dengan kedua usia di atas, mungkin kerdil, atau bahkan lebih cepat matang kedewasaannya. Perkembangan usia ini sedikit banyak mempengaruhi pola berkarya seni rupa. Ketika usia pertumbuhan badan normal belum tentu akan diikuti oleh perkembangan usia mental. Mungkin hambatan psikologis keluarga dengan berbagai aturan pergaulan dalam keluarga terlampau ketat maka perkembangan mental akan berbeda dengan anak yang hidup dalam keluarega sesuai dengan adat dan pergaulan dengan masyarakat lain. Jika selanjutnya dikaitkan dengan kebutuhan penciptaan karya seni, maka respon seseorang dipegaruhi oleh faktor internal, maupun eksternal. Secara harfiah, anak ingin memvisualkan atau mengaktualisasikan dirinya dalam konteks tanggapan terhadap lingkungan atau obyek.

Proses ini bias dianalisa , bahwa dalam proses berkarya, kinerja anak dikoordinasi oleh otak dan otak sendiri akan bekerja karena Skema 1, Pertumbuhan Anak dorongan dari mata. Mata mencari bentuk yang mungkin bisa diserahkan kepada otak untuk diubah, dari bentuk menuju memori dan diungkapkan menjadi gambar. Lihat gambar sebelah, fungsi mata adalah mencari dan mengangkat obyek yang mungkin dapat menyentuh hati dan pikiran. Hasil pengamatan terhadap obyek diserahkan kepada otak untuk diramu dan dimasak menjadi pengetahuan baru dan setelah itu meminta tangan menangani kebutuhan otak dalam mengungkapkan ide dan gagasannya. Pada saat fungsi otak bergerak, dimana diantaranya otak kiri bertugas mengkoordinasikan kerja teratur dan rasional, untuk mengangkap permasalahan dan mngurai secara porporsional. Otak kanan bertugas mengkoordinasikan tugas yang bersifat emosional: artistik, intuitif maupun yang lainh sehingga anak berani mengemukakan tanggapannya.

Anak yang mempunyai kecerdasan emosional kinerja tangan lebih terampil dan tanpa takut mengembangkan ke dlam bentuk tugas seharihari yang rutin. Dengan demikian proses menggambar merupakan kinerja bersama dari otak kanan maupun kiri. Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menganggapi lingkungan. Berarti belajar seni rupa adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Proses memahami lingkungan yang berkaitan dengan otak melalui citra-citra asosiatif dilakukan komunikasi secara metaforis-simbolis. Sebab, di dalam otak terdapat beberapa pikiran yang dikelilingi asosiasi.

Menurut Dilts (1983; dalam DePorter et al., 1999:68), gerakan mata selama belajar dan berpikir tenkat pada modatitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata lain, mata bergerak menurut cara otak mengakses uiformasi. Pada umumnya, ketika mata bergerak naik, maka kita sedang menciptakan atau mengingat citra. Misalnya jika seseorang ditanya mobilnya diparkir di mana, matanva akan naik saat dia berpikir : seolah-olah mobilnya diparkir di awing-awang. Tetapi, apakah mobilnya diparkir dekat awan tebal? Tentu saja tidak. Pada halaman selanjutnya dikatakan, bahwa otak menyimpan dan menciptakan citra visual dan kinerja mata bergerak ke informasi yang tersimpan untuk diciptakan.

3. Seni Membantu Belajar Bidang yang Lain.
Sebelum menguraikan lebih detail, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu (1) dalam mendidik dan membimbing anak diperlukan pengembangan kecerdasan, yang berupa: lingusitik (bahasa), matematika, visual / spasial, kinestetik / perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal maupun intuisi. Kecerdasan ini akan dimunculkan oleh setiap mata pelajaran, namun demikian mempunyai karakteristik tugas; misalnya lingusitik mengembangkan kenberanian tampil mengemukakan pendapat. Jika seorang anak tidak berani tampil maka pengetahuannya pun relatif tidak berkembang, maka kesemuanya harus dilatihkan aga berjalan beriringan.

PERANAN SENI RUPA
Peranan Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa. Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan “peranan”; berguna untuk menyiapkan anak mampu melakukan peranan dalam kehidupan di kemudian hari. Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk kemampuan menerima kebudayaan.
Peranan Guru
Peranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan kelas guru harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang program yang baik dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak bagi guru sekolah dasar.
Peranan Sekolah
Sekolah berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap teratur berdisiplin (diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh perangkat.



Seni adalah segala sesuatu yang bisa memberikan kesenangan, bahkan dapat menimbulkan sebuah ide atau gagasan. Seni memiliki cabang yang banyak, salah satunya seni rupa. Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seni rupa berperan penting dalam pendidikan, terutama dalam proses belajar mengajar. Melalui pembelajaran pendidikan seni rupa, siswa dapat mengembangkan rasa kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaan. Namun, ada juga siswa yang kurang memahami tentang pembelajaran pendidikan seni rupa ini, sehingga beranggapan dalam pembelajaran seharusnya diiringi dengan bakat. Jika tidak berbakat, maka hasil yang diperoleh tidak akan bagus.
Dewasa ini, di berbagai sekolah mengurangi jam pelajaran yang berkesinambungan. Bahkan, di sekolah unggul ada yang menghapuskan mata pelajaran pendidikan seni ini khususnya seni rupa. Padahal menurut Ganta (1994: 46)  Bangsa yang menggusur pendidikan seni dari kurikulum sekolahnya akan menghasilkan generasi yang berbudaya kekerasan di masa depan, karena kehilangan kepekaan untuk membedakan nuansa baik dan nuansa buruk.
Dengan kata lain, mata pelajaran pendidikan seni rupa sangat penting dan diperlukan dalam pembelajaran di sekolah, karena di dalamnya terdapat kegiatan yang menuntut usaha untuk berpikir jernih dan merencanakan dengan hati-hati. Dalam kegiatan seni juga banyak yang mengandung perenungan sehingga siswa lebih peka untuk membedakan sesuatu yang baik maupun buruk.
Pembelajaran pendidikan seni rupa di sekolah saat ini dilakukan secara tidak  beraturan antara pembelajaran teori dengan praktik. Padahal seharusnya pembelajaran seni rupa ini dilakukan secara berimbang sehingga hasil yang dihasilkan maksimal, karena siswa cenderung untuk sulit diatur. Bahkan, kurang percaya diri untuk bersikap disiplin diberbagai kesempatan. Pada masa sekolah siswa cenderung  labil dan kurang percaya diri dalam menentukan sesuatu yang baik maupun buruk. Oleh karena itu, pendidikan seni sangat berperan penting dalam membantu siswa agar lebih stabil dan percaya diri untuk menentukan sesuatu.
Pembelajaran Pendidikan Seni Rupa
Pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan sistem dengan komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya. Proses belajar mengajar terjadi dengan adanya kerja sama antarkomponen yang terorganisir yang saling berhubungan dalam mencapai suatu tujuan. Komponen-komponen dalam proses belajar mengajar meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran.
A.  Tujuan pembelajaran
Komponen tujuan dalam kegiatan belajar perlu mendapat perhatian seksama terutama dari guru sebagai penentu, akan dibawa kemana arah kegiatan belajar yang dilakukan. Selain sebagai sasaran akhir, tujuan ini akan berfungsi sebagai pedoman atau kreteria kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Aspek tujuan juga akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lain seperti materi pembelajaran dan metode pembelajaran.
Secara hierarki, tujuan pendidikan seni bersifat kontinum, mencakup tujuan yang ideal sampai kepada tujuan yang bersifat operasional. Tujuan yang dimaksud mencakup tujuan pendidikan nasional, tujuan institutional, tujuan kurikuler, dan tujuan intruksional. Untuk tercapainya tujuan-tujuan tersebut, para guru sebagai pelaksana pendidikan perlu memahami hierarki tersebut dan kemudian mengimplementasikannya dalam pentuk kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan demekian, dapat disimpulkan tujuan pembelajaran merupakan suatu usaha atau target yang harus dimaknai oleh guru sebagai kegiatan menerjemahkan tujuan-tujuan dalam pendidikan.
Secara khusus, tujuan kurikuler pendidikan seni rupa dirumuskan Kaufman (1966: 33) yaitu “Art education seeks to develop sensitive, imaginative, creative, and artistically, emotionally, and intellectually through active expression or reflective appreciation in the art”.  Pendapat ini sama dengan tujuan dan fungsi pendidikan seni di Indonesia yang dirumuskan Depdiknas (2003: 7) bahwa:
Mata pelajaran kesenian memiliki fungsi dan tujuan menumbuhkembangkan sikap toleransi, demokrasi, beradap, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, yang mengembangkan kemampuan imajinatif, intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, keterampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi, memamerkan dan mempergelarkan karya seni.
B.  Materi pembelajaran
Pemilihan materi pelajaran perlu searah dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Materi pelajaran perlu dikuasai dan dipahami oleh para siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Pemberlakuan kurikulum 2004 pada mata pelajaran kesenian khususnya seni rupa kemudian berganti dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), membawa perubahan terhadap pelaksanaan pembelajaran pendidikan seni rupa bila dibandingkan dengan kurikulum 1994 dan suplemennya. Hal ini ditandai dengan tuntutan kemampuan yang diharapkan dengan bentuk standar kompetendi dari proses pembelajaran.           Materi yang dapat dipelajari pada mata pelajaran seni khususnya  pendidikan seni rupa terdiri dari materi konsepsi (wawasan seni, sejarah seni, dasar-dasar dan prinsip seni, jenis seni), apresiasi seni (kritik seni dan apresiasi), serta praktek atau kreasi seni (karya seni murni dan terapan).
C.  Metode pembelajaran Seni Rupa
Metode khusus yang digunakan dalam proses pembelajaran sangatlah beragam, namun secara garis besar dari ragam metode yang ada dibagi menjadi dua, yaitu metode untuk pembelajaran teoritik dan metode untuk pembelajaran praktek. Hal ini ditegaskan Sukmadinata (2004: 269-270) bahwa metode pembelajaran dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
(1)     Pembelajaran Teori
a.         Pembelajaran ekspositorik meliputi ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi.
b.        Pembelajaran kegiatan kelompok meliputi diskusi, diskusi panel, kerja kelompok.
c.         Pembelajaran berbuat eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.
(2)     Pembelajaran Praktik
a.         Pembelajaran praktik di sekolah
b.        Pembelajaran praktik di lingkungan kerja
Metode-metode di atas merupakan metode umum dalam proses pembelajaran seni rupa. Sedangkan metode khusus dalam pembelajaran seni rupa, Fransesco (1958: 133-141) membagi metode pembelajaran pendidikan seni rupa menjadi pengajaran langsung ( Directed Teaching), ekspresi bebas (Free Ekspression), pengajaran inti (Core Teaching), dan pengajaran berkorelasi (Correlated Teaching).
3. Peran Pendidikan Seni Rupa
Dalam perkembangannya, pendidikan seni rupa memiliki peranan yang penting, tidak lagi hanya pendidikan menggambar dan ekspresi bebas yang dikenal sebelumnya. Peranan pendidikan seni berupaya membangun sosok pribadi secara menyeluruh, pribadi yang seimbang antara perkembangan logika, etika, dan estetika.
Mcfee (1969: 8) menulis pendidikan seni rupa sebagai alat untuk menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai luhur dari satu generasi kepada generasi berikutnya, untuk meningkatkan lingkungan, dan untuk memotivasi dan mendidik individu. Pendapat itu sama dengan yang diungkapkan Mattulada (1992: 5) bahwa pendidikan seni sebagai sarana pendidikan formal dan nonformal berperan untuk mengorelasi dan mengembangkan gagasan-gagasan, nilai-nilai, dan pikiran-pikiran tentang keindahan yang terdapat dalam khasanah ideal atau sistem budaya sesuatu persekutuan hidup, masyarakat atau bangsa.
Pendapat di atas menjelaskan kedudukan seni rupa sebagai sarana untuk menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai luhur dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Dapat dikatakan pewarisan budaya yang menjadi identitas bangsa dapat berjalan dengan berkesinambungan. Selain berperan dalam penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan nilai, pendidikan seni rupa juga berperan memupuk pengertian dan kesadaran mencintai lingkungan hidup. Termasuk menggugah kesadaran hidup berkelompok, serta untuk mendorong dan meningkatkan potensi pribadi siswa secara komprehansif.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kurikulum Depdiknas, dalam kurikulum 2004, merumuskan peranan seni secara terpadu, yaitu:
Mata pelajaran kesenian memiliki fungsi dan tujuan menumbuhkembangkan sikap toleransi, demokrasi, beradap, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, yang mengembangkan kemampuan imajinatif, intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, keterampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi, memamerkan dan mempergelarkan karya seni (Depdiknas, 2003: 7).

Pada bagian rasional, secara jelas peranan pendidikan kesenian khusunya seni rupa dalam konteks pendidikan untuk mengoptimalkan seluruh potensi siswa secara komprehensif. Hal ini menjadi dasar pertimbangan bahwa mata pelajaran seni rupa perlu diberikan di sekolah dengan pertimbangan:
1.    Pembelajaran seni rupa memiliki peranan dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis dalam logika, rasa estetis, dan artistikanya, serta etikanya dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan siswa dalam mencapai kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan adversitas (AQ), dan kreativitas (CQ), serta kecerdasan spiritual dan moral (SQ) dengan cara mempelajari elemen-elemen, prinsip-prinsip, proses dan teknik berkarya sesuai dengan nilai-nilai budaya dan keindahan serta sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat sebagai sarana untuk menumbuhkan sikap saling memahami, menghargai, dan menghormati.
2.    Pembelajaran seni rupa memiliki peranan dalam pengembangan kreativitas, kepekaan rasa dan indrawi, serta kemampuan berkesenian melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni.

2 komentar: