Pendidikan Seni, khususnya seni rupa
hadir sebagai bagian integral dari prinsip pendidikan. Artinya, pendidikan seni
rupa sebagai bagian dari pendidikan umum yang mendapat kewajiban (tugas )utama
melatih kepekaam rasa: estetis(keindahan),maupun apresiasi seni, melalui
pembelajatan praktek berkarya seni rupa. Pembelajaran seni rupa yang
dimaksudkan adalah pendidikan untuk anak yang didasari oleh pembinaan
intelegensi rupa (visual intelligenci) dengan kemampuan memahami objek secara
komprehensifmaupun detail. Pemahaman terhadap objek dengan kinerja belajarnya
melalui pengamata, asosiasi, pemahaman bentuk akhirnya berekspresi.
Lingkup seni sebagai hasil aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni tersebut. Pemahaman tentang seni adalah merupakan ekspresi pribadi dan seni adalah ekspresi keindahan.
Seperti yang dikemukakan oleh Cut Kamaril Wardani Surono (200:3), pendidikan seni yaitu:
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2. Pendidikan kesenian adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan. Maka kemampuan beragam bahasa (multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas baik yang berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.
Pendapat lain juga mengartikan pendidikan seni:
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2. Pendidikan seni adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan, Maka kemampuan beragam bahasa (multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional; artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas; baik yang berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.
B. Tujuan Pendidikan Seni di Sekolah Dasar
Tujuan diberikanya pendidikan seni di SekolahDasar diantaranya sebagai berikut:
1. Memberikan fasilitas yang sebesar-besarnya untuk dapat mengemukakan pendapatnya (ekspresi bebas).
2. Melatih imajinasi anak, ini merupakan konskwensi logis darn kegiatan ekspresi; supaya bisa berekspresianak mempunyai bayangan terlebih dahulu yaitu denganlatihan imajinasi mungkin bisa berangkat darn pengamatan maupun hasil rekapitlasi kejadian yang telah direkam oleh otak.
3. Memberikan pengalaman estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran) terhadap suatu karya seni sesuai dengan mediumnya.
4. sedangkan konsekwensi lainnya sebagai prasarat adalah pembinaan sensitivitas serta Rasa pada umumnya, hasil yang diharapkan adalah terbinanya visi artistik dan fiksi imajinatif.
5. Pembinaan Ketrampilan; diarahkan dengan membina kemampuan praktek berkarya seni dan kerajinan, gunanyauntuk merangka mempersiapkan kemampuan trampil dan praktis sebagai bekal hidup di kemudian hari.
6. Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara.
7. Siswa memiliki pengetahuan, pengalaman dan kemauan keras berkarya dan berolah seni, serta kepekaan artistik sebagai dasar berekspresi pada budaya bangsa. Tujuan tersebut pada dasarnya adalah menyiapkan anak untuk berpengetahuan, berkecakapan dan berkemampuan dalam tingkat dasar agar kelak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
8. Menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi, kepemimpinan
9. Seni sebagai alat pendidikan dalam arti pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
Peran pendidikan kesenian dalam konstelasi kurikulum pendidikan adalah:
1. Seni Sebagai Bahasa Visual
Anak pada usia SD dalam kehidupannya sangat dekat dengan berkarya seni. Hampir bisa dikatakan bahwa perilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian; tiada hari tanpa berseni. Berseni merupakan, kebutuhan anak dalam:
a) mengutarakan pendapat,
b) berkhayal-berimajinasi,
c) bermain,
d) belajare. memahami bentuk yang ada di sekitar anak,
e) merasakan: kegembiraan, kesedihan, dan rasa keagamaan.
Dalam Konteks seni berperan mengemukakan pendapat, tampak ketika anak menyanyi atau menari ataupun menggambar bertema maupun tanpa tema. Karya seni mereka berikan tema Sesuai dengan keinginan pada saat itu; ketika anak membayangkan nikmatnya berada dalam ban-ban ibu, dan ibu menimangnya sambil menyanyikan lagu akan kembali muncul dalam bentuk gambar seorang perempuan dan kain. Ungkapan itu juga dapat berupa celotehan suaran menyanyi dan menirukan orang sedang menimang boneka. Namun, dapat pula berupa gambar tanpa bentuk, yang dimulai dari menggambar pesawat terbang yang indah dengan bentuknya yang khas anak, kemudia sealng beberapa menit gam,bar tersebut dicoret sampai menutup permukaan. Gambar pesawat yang semula sudah tidak nampak lagi. Disinilah ungkapan kesal pesawat musuh menembak pesawat idealnya.
2. Seni Membantu Pertumbuhan Mental
Ternyata contoh di atas merupakan perkembangan symbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan bentuk yang dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan. Bentuk-bentuk tersebut hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pada suatu ketika anak pertumbuhan badan (biological age) lebih cepat daripada perkembangan pikiran (mental age). Ketidaksejajaran perkembangan anak tersebut menyebabkan pula perkembangan gambar anak dengan anak lain yang normal, oleh karena terjadi variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan nalar pada diri anak. Bagi anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana fungsi nalar sudah berkembang lebih cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa tersebut berpengaruh juga dalam gambar.
Beberapa figur akan diungkapkan berbeda dengan anak yang lain artinya, anak di suatu tempat tidak akan sama dengan yang lain. Namun, pada dasarnya pada usia SD yang lain, perkembangan emosinya ditandai oleh perkembangan keseniannya. Kondisi ini akan berubah, jika perkembangan penalaran anak juga berubah. Sekitra usia 7 sd 8 tahun (antara kelas 1 – dan 2) merupakan usia perkembangan penalaran anak, maka pikiran dan perasaan anak pun mulai berkembang memisah. Hasilnya, terdapat anak yang kuat penalarannya atau kuat perasaannya. Biasanya tipe anak yang kuat penalarannya cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih dominan, maka figur atau obyek lukisan ditampilkan lebih relaistik. Sedangkan, anak bertipe perasaan (emosional), ditunjukkan dalam gambar berupa blok – blok warna yang kuat; dimana terdapat satu figur yang diberi warna lebih menyolok dari pada yang lain.
Dalam pandangan psikologi humanistik perkembangan anak tidak saja dipengaruhi oleh faktor lingkungan (teori behavioral) seperti teman-teman disekelilingnya, guru kelas, atau pun orang tua saja, melainkan juga berasal dari faktor instink sebagai internal factor (teori psikoanalisis). Biasanya, kedua faktor tersebut berjalan saling mempengaruhi secara berimbang. Misalnya: fisik, intelektual, emosional, dan interpersonal, serta interaksi antara semua faktor, yang mempengaruhi belajar dan motivasi belajar. Psikoanalisis sendiri menyatakan bahwa dalam jiwa manusia berkembang kognisi, afeksi dan psikomotorik. Barangkali perkembangan ketiga ranah kejiwaan pun juga mempengaruhi perkembangan mental dan selanjutnya berpengaruh terhadap cara cipta seni rupa. Psikologi humanistik sendiri merupakan cabang Psikologi yang memfokuskan pandangannya tentang teori persepsi, respon terhadap kebutuhan internal individu, dan dorongan aktualisasi diri, atau menjadi apapun yang is inginkan (Maslow, dalam Eggen & Kauchak, 1997).
Selanjutnya perkembangan intelektual, emosional maupun persepsi dapat dikategorikan sebagai perkembangan mental. Dalam skema pertumbuhan anak, terurai bahwa bisa terjadi urutan perkembangan usia yang tidak seimbang. Usia kronologis (yaitu usia berdasarkan urutan yang dihitung sejak lahir) anak berusia 6 tahun berkembang terus sesuai dengan tahun. Usia kronologis ini kebeltulan mempunyai perkembangan sejajar dan seiring dengan usia mental. Namun, pada usia pertumbuhan, badan anak kurang normal dibanding dengan kedua usia di atas, mungkin kerdil, atau bahkan lebih cepat matang kedewasaannya. Perkembangan usia ini sedikit banyak mempengaruhi pola berkarya seni rupa. Ketika usia pertumbuhan badan normal belum tentu akan diikuti oleh perkembangan usia mental. Mungkin hambatan psikologis keluarga dengan berbagai aturan pergaulan dalam keluarga terlampau ketat maka perkembangan mental akan berbeda dengan anak yang hidup dalam keluarega sesuai dengan adat dan pergaulan dengan masyarakat lain. Jika selanjutnya dikaitkan dengan kebutuhan penciptaan karya seni, maka respon seseorang dipegaruhi oleh faktor internal, maupun eksternal. Secara harfiah, anak ingin memvisualkan atau mengaktualisasikan dirinya dalam konteks tanggapan terhadap lingkungan atau obyek.
Proses ini bias dianalisa , bahwa dalam proses berkarya, kinerja anak dikoordinasi oleh otak dan otak sendiri akan bekerja karena Skema 1, Pertumbuhan Anak dorongan dari mata. Mata mencari bentuk yang mungkin bisa diserahkan kepada otak untuk diubah, dari bentuk menuju memori dan diungkapkan menjadi gambar. Lihat gambar sebelah, fungsi mata adalah mencari dan mengangkat obyek yang mungkin dapat menyentuh hati dan pikiran. Hasil pengamatan terhadap obyek diserahkan kepada otak untuk diramu dan dimasak menjadi pengetahuan baru dan setelah itu meminta tangan menangani kebutuhan otak dalam mengungkapkan ide dan gagasannya. Pada saat fungsi otak bergerak, dimana diantaranya otak kiri bertugas mengkoordinasikan kerja teratur dan rasional, untuk mengangkap permasalahan dan mngurai secara porporsional. Otak kanan bertugas mengkoordinasikan tugas yang bersifat emosional: artistik, intuitif maupun yang lainh sehingga anak berani mengemukakan tanggapannya.
Anak yang mempunyai kecerdasan emosional kinerja tangan lebih terampil dan tanpa takut mengembangkan ke dlam bentuk tugas seharihari yang rutin. Dengan demikian proses menggambar merupakan kinerja bersama dari otak kanan maupun kiri. Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menganggapi lingkungan. Berarti belajar seni rupa adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Proses memahami lingkungan yang berkaitan dengan otak melalui citra-citra asosiatif dilakukan komunikasi secara metaforis-simbolis. Sebab, di dalam otak terdapat beberapa pikiran yang dikelilingi asosiasi.
Menurut Dilts (1983; dalam DePorter et al., 1999:68), gerakan mata selama belajar dan berpikir tenkat pada modatitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata lain, mata bergerak menurut cara otak mengakses uiformasi. Pada umumnya, ketika mata bergerak naik, maka kita sedang menciptakan atau mengingat citra. Misalnya jika seseorang ditanya mobilnya diparkir di mana, matanva akan naik saat dia berpikir : seolah-olah mobilnya diparkir di awing-awang. Tetapi, apakah mobilnya diparkir dekat awan tebal? Tentu saja tidak. Pada halaman selanjutnya dikatakan, bahwa otak menyimpan dan menciptakan citra visual dan kinerja mata bergerak ke informasi yang tersimpan untuk diciptakan.
3. Seni Membantu Belajar Bidang yang Lain.
Sebelum menguraikan lebih detail, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu (1) dalam mendidik dan membimbing anak diperlukan pengembangan kecerdasan, yang berupa: lingusitik (bahasa), matematika, visual / spasial, kinestetik / perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal maupun intuisi. Kecerdasan ini akan dimunculkan oleh setiap mata pelajaran, namun demikian mempunyai karakteristik tugas; misalnya lingusitik mengembangkan kenberanian tampil mengemukakan pendapat. Jika seorang anak tidak berani tampil maka pengetahuannya pun relatif tidak berkembang, maka kesemuanya harus dilatihkan aga berjalan beriringan.
Lingkup seni sebagai hasil aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni tersebut. Pemahaman tentang seni adalah merupakan ekspresi pribadi dan seni adalah ekspresi keindahan.
Seperti yang dikemukakan oleh Cut Kamaril Wardani Surono (200:3), pendidikan seni yaitu:
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2. Pendidikan kesenian adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan. Maka kemampuan beragam bahasa (multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas baik yang berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.
Pendapat lain juga mengartikan pendidikan seni:
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2. Pendidikan seni adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan, Maka kemampuan beragam bahasa (multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional; artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas; baik yang berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.
B. Tujuan Pendidikan Seni di Sekolah Dasar
Tujuan diberikanya pendidikan seni di SekolahDasar diantaranya sebagai berikut:
1. Memberikan fasilitas yang sebesar-besarnya untuk dapat mengemukakan pendapatnya (ekspresi bebas).
2. Melatih imajinasi anak, ini merupakan konskwensi logis darn kegiatan ekspresi; supaya bisa berekspresianak mempunyai bayangan terlebih dahulu yaitu denganlatihan imajinasi mungkin bisa berangkat darn pengamatan maupun hasil rekapitlasi kejadian yang telah direkam oleh otak.
3. Memberikan pengalaman estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran) terhadap suatu karya seni sesuai dengan mediumnya.
4. sedangkan konsekwensi lainnya sebagai prasarat adalah pembinaan sensitivitas serta Rasa pada umumnya, hasil yang diharapkan adalah terbinanya visi artistik dan fiksi imajinatif.
5. Pembinaan Ketrampilan; diarahkan dengan membina kemampuan praktek berkarya seni dan kerajinan, gunanyauntuk merangka mempersiapkan kemampuan trampil dan praktis sebagai bekal hidup di kemudian hari.
6. Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara.
7. Siswa memiliki pengetahuan, pengalaman dan kemauan keras berkarya dan berolah seni, serta kepekaan artistik sebagai dasar berekspresi pada budaya bangsa. Tujuan tersebut pada dasarnya adalah menyiapkan anak untuk berpengetahuan, berkecakapan dan berkemampuan dalam tingkat dasar agar kelak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
8. Menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi, kepemimpinan
9. Seni sebagai alat pendidikan dalam arti pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
Peran pendidikan kesenian dalam konstelasi kurikulum pendidikan adalah:
1. Seni Sebagai Bahasa Visual
Anak pada usia SD dalam kehidupannya sangat dekat dengan berkarya seni. Hampir bisa dikatakan bahwa perilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian; tiada hari tanpa berseni. Berseni merupakan, kebutuhan anak dalam:
a) mengutarakan pendapat,
b) berkhayal-berimajinasi,
c) bermain,
d) belajare. memahami bentuk yang ada di sekitar anak,
e) merasakan: kegembiraan, kesedihan, dan rasa keagamaan.
Dalam Konteks seni berperan mengemukakan pendapat, tampak ketika anak menyanyi atau menari ataupun menggambar bertema maupun tanpa tema. Karya seni mereka berikan tema Sesuai dengan keinginan pada saat itu; ketika anak membayangkan nikmatnya berada dalam ban-ban ibu, dan ibu menimangnya sambil menyanyikan lagu akan kembali muncul dalam bentuk gambar seorang perempuan dan kain. Ungkapan itu juga dapat berupa celotehan suaran menyanyi dan menirukan orang sedang menimang boneka. Namun, dapat pula berupa gambar tanpa bentuk, yang dimulai dari menggambar pesawat terbang yang indah dengan bentuknya yang khas anak, kemudia sealng beberapa menit gam,bar tersebut dicoret sampai menutup permukaan. Gambar pesawat yang semula sudah tidak nampak lagi. Disinilah ungkapan kesal pesawat musuh menembak pesawat idealnya.
2. Seni Membantu Pertumbuhan Mental
Ternyata contoh di atas merupakan perkembangan symbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan bentuk yang dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan. Bentuk-bentuk tersebut hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pada suatu ketika anak pertumbuhan badan (biological age) lebih cepat daripada perkembangan pikiran (mental age). Ketidaksejajaran perkembangan anak tersebut menyebabkan pula perkembangan gambar anak dengan anak lain yang normal, oleh karena terjadi variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan nalar pada diri anak. Bagi anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana fungsi nalar sudah berkembang lebih cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa tersebut berpengaruh juga dalam gambar.
Beberapa figur akan diungkapkan berbeda dengan anak yang lain artinya, anak di suatu tempat tidak akan sama dengan yang lain. Namun, pada dasarnya pada usia SD yang lain, perkembangan emosinya ditandai oleh perkembangan keseniannya. Kondisi ini akan berubah, jika perkembangan penalaran anak juga berubah. Sekitra usia 7 sd 8 tahun (antara kelas 1 – dan 2) merupakan usia perkembangan penalaran anak, maka pikiran dan perasaan anak pun mulai berkembang memisah. Hasilnya, terdapat anak yang kuat penalarannya atau kuat perasaannya. Biasanya tipe anak yang kuat penalarannya cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih dominan, maka figur atau obyek lukisan ditampilkan lebih relaistik. Sedangkan, anak bertipe perasaan (emosional), ditunjukkan dalam gambar berupa blok – blok warna yang kuat; dimana terdapat satu figur yang diberi warna lebih menyolok dari pada yang lain.
Dalam pandangan psikologi humanistik perkembangan anak tidak saja dipengaruhi oleh faktor lingkungan (teori behavioral) seperti teman-teman disekelilingnya, guru kelas, atau pun orang tua saja, melainkan juga berasal dari faktor instink sebagai internal factor (teori psikoanalisis). Biasanya, kedua faktor tersebut berjalan saling mempengaruhi secara berimbang. Misalnya: fisik, intelektual, emosional, dan interpersonal, serta interaksi antara semua faktor, yang mempengaruhi belajar dan motivasi belajar. Psikoanalisis sendiri menyatakan bahwa dalam jiwa manusia berkembang kognisi, afeksi dan psikomotorik. Barangkali perkembangan ketiga ranah kejiwaan pun juga mempengaruhi perkembangan mental dan selanjutnya berpengaruh terhadap cara cipta seni rupa. Psikologi humanistik sendiri merupakan cabang Psikologi yang memfokuskan pandangannya tentang teori persepsi, respon terhadap kebutuhan internal individu, dan dorongan aktualisasi diri, atau menjadi apapun yang is inginkan (Maslow, dalam Eggen & Kauchak, 1997).
Selanjutnya perkembangan intelektual, emosional maupun persepsi dapat dikategorikan sebagai perkembangan mental. Dalam skema pertumbuhan anak, terurai bahwa bisa terjadi urutan perkembangan usia yang tidak seimbang. Usia kronologis (yaitu usia berdasarkan urutan yang dihitung sejak lahir) anak berusia 6 tahun berkembang terus sesuai dengan tahun. Usia kronologis ini kebeltulan mempunyai perkembangan sejajar dan seiring dengan usia mental. Namun, pada usia pertumbuhan, badan anak kurang normal dibanding dengan kedua usia di atas, mungkin kerdil, atau bahkan lebih cepat matang kedewasaannya. Perkembangan usia ini sedikit banyak mempengaruhi pola berkarya seni rupa. Ketika usia pertumbuhan badan normal belum tentu akan diikuti oleh perkembangan usia mental. Mungkin hambatan psikologis keluarga dengan berbagai aturan pergaulan dalam keluarga terlampau ketat maka perkembangan mental akan berbeda dengan anak yang hidup dalam keluarega sesuai dengan adat dan pergaulan dengan masyarakat lain. Jika selanjutnya dikaitkan dengan kebutuhan penciptaan karya seni, maka respon seseorang dipegaruhi oleh faktor internal, maupun eksternal. Secara harfiah, anak ingin memvisualkan atau mengaktualisasikan dirinya dalam konteks tanggapan terhadap lingkungan atau obyek.
Proses ini bias dianalisa , bahwa dalam proses berkarya, kinerja anak dikoordinasi oleh otak dan otak sendiri akan bekerja karena Skema 1, Pertumbuhan Anak dorongan dari mata. Mata mencari bentuk yang mungkin bisa diserahkan kepada otak untuk diubah, dari bentuk menuju memori dan diungkapkan menjadi gambar. Lihat gambar sebelah, fungsi mata adalah mencari dan mengangkat obyek yang mungkin dapat menyentuh hati dan pikiran. Hasil pengamatan terhadap obyek diserahkan kepada otak untuk diramu dan dimasak menjadi pengetahuan baru dan setelah itu meminta tangan menangani kebutuhan otak dalam mengungkapkan ide dan gagasannya. Pada saat fungsi otak bergerak, dimana diantaranya otak kiri bertugas mengkoordinasikan kerja teratur dan rasional, untuk mengangkap permasalahan dan mngurai secara porporsional. Otak kanan bertugas mengkoordinasikan tugas yang bersifat emosional: artistik, intuitif maupun yang lainh sehingga anak berani mengemukakan tanggapannya.
Anak yang mempunyai kecerdasan emosional kinerja tangan lebih terampil dan tanpa takut mengembangkan ke dlam bentuk tugas seharihari yang rutin. Dengan demikian proses menggambar merupakan kinerja bersama dari otak kanan maupun kiri. Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menganggapi lingkungan. Berarti belajar seni rupa adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Proses memahami lingkungan yang berkaitan dengan otak melalui citra-citra asosiatif dilakukan komunikasi secara metaforis-simbolis. Sebab, di dalam otak terdapat beberapa pikiran yang dikelilingi asosiasi.
Menurut Dilts (1983; dalam DePorter et al., 1999:68), gerakan mata selama belajar dan berpikir tenkat pada modatitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata lain, mata bergerak menurut cara otak mengakses uiformasi. Pada umumnya, ketika mata bergerak naik, maka kita sedang menciptakan atau mengingat citra. Misalnya jika seseorang ditanya mobilnya diparkir di mana, matanva akan naik saat dia berpikir : seolah-olah mobilnya diparkir di awing-awang. Tetapi, apakah mobilnya diparkir dekat awan tebal? Tentu saja tidak. Pada halaman selanjutnya dikatakan, bahwa otak menyimpan dan menciptakan citra visual dan kinerja mata bergerak ke informasi yang tersimpan untuk diciptakan.
3. Seni Membantu Belajar Bidang yang Lain.
Sebelum menguraikan lebih detail, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu (1) dalam mendidik dan membimbing anak diperlukan pengembangan kecerdasan, yang berupa: lingusitik (bahasa), matematika, visual / spasial, kinestetik / perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal maupun intuisi. Kecerdasan ini akan dimunculkan oleh setiap mata pelajaran, namun demikian mempunyai karakteristik tugas; misalnya lingusitik mengembangkan kenberanian tampil mengemukakan pendapat. Jika seorang anak tidak berani tampil maka pengetahuannya pun relatif tidak berkembang, maka kesemuanya harus dilatihkan aga berjalan beriringan.
PERANAN SENI RUPA
Peranan Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam
bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan
terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen,
berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak
berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak,
mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba
untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil
berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan
kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang
dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat
berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa.
Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk
berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan
“peranan”; berguna untuk menyiapkan anak mampu melakukan peranan dalam
kehidupan di kemudian hari. Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk
kemampuan menerima kebudayaan.
Peranan Guru
Peranan guru di
kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan memahami
karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan
kelas guru harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang program
yang baik dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas
pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak bagi guru sekolah dasar.
Peranan Sekolah
Sekolah berperan
sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan pendidikan untuk
mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan
sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap
teratur berdisiplin (diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru,
menguasai seluruh perangkat.
Seni adalah segala sesuatu yang bisa
memberikan kesenangan, bahkan dapat menimbulkan sebuah ide atau gagasan. Seni
memiliki cabang yang banyak, salah satunya seni rupa. Seni rupa adalah cabang
seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa
ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan
mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seni
rupa berperan penting dalam pendidikan, terutama dalam proses belajar mengajar.
Melalui pembelajaran pendidikan seni rupa, siswa dapat mengembangkan rasa
kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaan. Namun, ada juga
siswa yang kurang memahami tentang pembelajaran pendidikan seni rupa ini,
sehingga beranggapan dalam pembelajaran seharusnya diiringi dengan bakat. Jika
tidak berbakat, maka hasil yang diperoleh tidak akan bagus.
Dewasa
ini, di berbagai sekolah mengurangi jam pelajaran yang berkesinambungan.
Bahkan, di sekolah unggul ada yang menghapuskan mata pelajaran pendidikan seni
ini khususnya seni rupa. Padahal
menurut Ganta (1994: 46) Bangsa yang menggusur pendidikan seni dari
kurikulum sekolahnya akan menghasilkan generasi yang berbudaya kekerasan di
masa depan, karena kehilangan kepekaan untuk membedakan nuansa baik dan nuansa
buruk.
Dengan
kata lain, mata pelajaran pendidikan seni rupa sangat penting dan diperlukan
dalam pembelajaran di sekolah, karena di dalamnya terdapat kegiatan yang
menuntut usaha untuk berpikir jernih dan merencanakan dengan hati-hati. Dalam
kegiatan seni juga banyak yang mengandung perenungan sehingga siswa lebih peka
untuk membedakan sesuatu yang baik maupun buruk.
Pembelajaran
pendidikan seni rupa di sekolah saat ini dilakukan secara tidak beraturan
antara pembelajaran teori dengan praktik. Padahal seharusnya pembelajaran seni
rupa ini dilakukan secara berimbang sehingga hasil yang dihasilkan maksimal,
karena siswa cenderung untuk sulit diatur. Bahkan, kurang percaya diri untuk
bersikap disiplin diberbagai kesempatan. Pada masa sekolah siswa cenderung labil dan
kurang percaya diri dalam menentukan sesuatu yang baik maupun buruk. Oleh
karena itu, pendidikan seni sangat berperan penting dalam membantu siswa agar
lebih stabil dan percaya diri untuk menentukan sesuatu.
Pembelajaran
Pendidikan Seni Rupa
Pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan sistem dengan komponen-komponen
yang saling berhubungan satu sama lainnya. Proses belajar mengajar terjadi
dengan adanya kerja sama antarkomponen yang terorganisir yang saling
berhubungan dalam mencapai suatu tujuan. Komponen-komponen dalam proses belajar
mengajar meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan metode
pembelajaran.
A. Tujuan pembelajaran
Komponen tujuan dalam kegiatan belajar perlu mendapat
perhatian seksama terutama dari guru sebagai penentu, akan dibawa kemana arah
kegiatan belajar yang dilakukan. Selain sebagai sasaran akhir, tujuan ini akan
berfungsi sebagai pedoman atau kreteria kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Aspek tujuan juga akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lain seperti materi
pembelajaran dan metode pembelajaran.
Secara hierarki, tujuan pendidikan seni bersifat kontinum,
mencakup tujuan yang ideal sampai kepada tujuan yang bersifat operasional.
Tujuan yang dimaksud mencakup tujuan pendidikan nasional, tujuan institutional,
tujuan kurikuler, dan tujuan intruksional. Untuk tercapainya tujuan-tujuan
tersebut, para guru sebagai pelaksana pendidikan perlu memahami hierarki
tersebut dan kemudian mengimplementasikannya dalam pentuk kegiatan pembelajaran
di sekolah. Dengan demekian, dapat disimpulkan tujuan pembelajaran merupakan
suatu usaha atau target yang harus dimaknai oleh guru sebagai kegiatan
menerjemahkan tujuan-tujuan dalam pendidikan.
Secara khusus, tujuan kurikuler pendidikan seni rupa
dirumuskan Kaufman (1966: 33) yaitu “Art education seeks to develop
sensitive, imaginative, creative, and artistically, emotionally, and
intellectually through active expression or reflective appreciation in the
art”. Pendapat ini sama dengan tujuan dan fungsi pendidikan seni di
Indonesia yang dirumuskan Depdiknas (2003: 7) bahwa:
Mata pelajaran kesenian memiliki
fungsi dan tujuan menumbuhkembangkan sikap toleransi, demokrasi, beradap, serta
mampu hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, yang mengembangkan kemampuan
imajinatif, intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa,
keterampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi, memamerkan dan
mempergelarkan karya seni.
B. Materi
pembelajaran
Pemilihan materi pelajaran perlu searah dengan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Materi pelajaran perlu dikuasai dan dipahami oleh
para siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Pemberlakuan kurikulum 2004
pada mata pelajaran kesenian khususnya seni rupa kemudian berganti dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), membawa perubahan terhadap
pelaksanaan pembelajaran pendidikan seni rupa bila dibandingkan dengan
kurikulum 1994 dan suplemennya. Hal ini ditandai dengan tuntutan kemampuan yang
diharapkan dengan bentuk standar kompetendi dari proses pembelajaran.
Materi yang dapat dipelajari pada mata pelajaran seni khususnya
pendidikan seni rupa terdiri dari materi konsepsi (wawasan seni, sejarah seni,
dasar-dasar dan prinsip seni, jenis seni), apresiasi seni (kritik seni dan
apresiasi), serta praktek atau kreasi seni (karya seni murni dan terapan).
C. Metode
pembelajaran Seni Rupa
Metode khusus yang digunakan dalam proses pembelajaran
sangatlah beragam, namun secara garis besar dari ragam metode yang ada dibagi
menjadi dua, yaitu metode untuk pembelajaran teoritik dan metode untuk
pembelajaran praktek. Hal ini ditegaskan Sukmadinata (2004: 269-270) bahwa
metode pembelajaran dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
(1) Pembelajaran Teori
a. Pembelajaran ekspositorik meliputi
ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi.
b. Pembelajaran kegiatan kelompok
meliputi diskusi, diskusi panel, kerja kelompok.
c. Pembelajaran berbuat eksperimen,
pengamatan, penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.
(2) Pembelajaran Praktik
a. Pembelajaran praktik di sekolah
b. Pembelajaran praktik di lingkungan
kerja
Metode-metode di atas merupakan metode umum dalam proses
pembelajaran seni rupa. Sedangkan metode khusus dalam pembelajaran seni rupa,
Fransesco (1958: 133-141) membagi metode pembelajaran pendidikan seni rupa
menjadi pengajaran langsung (
Directed Teaching), ekspresi bebas (Free Ekspression), pengajaran
inti (Core Teaching), dan pengajaran berkorelasi (Correlated Teaching).
3. Peran Pendidikan Seni Rupa
Dalam perkembangannya, pendidikan
seni rupa memiliki peranan yang penting, tidak lagi hanya pendidikan menggambar
dan ekspresi bebas yang dikenal sebelumnya. Peranan pendidikan seni berupaya
membangun sosok pribadi secara menyeluruh, pribadi yang seimbang antara
perkembangan logika, etika, dan estetika.
Mcfee (1969: 8) menulis pendidikan
seni rupa sebagai alat untuk menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai luhur dari satu generasi kepada generasi berikutnya, untuk
meningkatkan lingkungan, dan untuk memotivasi dan mendidik individu. Pendapat
itu sama dengan yang diungkapkan Mattulada (1992: 5) bahwa pendidikan seni
sebagai sarana pendidikan formal dan nonformal berperan untuk mengorelasi dan
mengembangkan gagasan-gagasan, nilai-nilai, dan pikiran-pikiran tentang keindahan
yang terdapat dalam khasanah ideal atau sistem budaya sesuatu persekutuan
hidup, masyarakat atau bangsa.
Pendapat di atas menjelaskan
kedudukan seni rupa sebagai sarana untuk menyampaikan pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai luhur dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Dapat
dikatakan pewarisan budaya yang menjadi identitas bangsa dapat berjalan dengan
berkesinambungan. Selain berperan dalam penyampaian pengetahuan, keterampilan,
dan nilai, pendidikan seni rupa juga berperan memupuk pengertian dan kesadaran
mencintai lingkungan hidup. Termasuk menggugah kesadaran hidup berkelompok,
serta untuk mendorong dan meningkatkan potensi pribadi siswa secara
komprehansif.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kurikulum Depdiknas, dalam kurikulum 2004, merumuskan peranan seni secara
terpadu, yaitu:
Mata pelajaran kesenian memiliki
fungsi dan tujuan menumbuhkembangkan sikap toleransi, demokrasi, beradap, serta
mampu hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, yang mengembangkan kemampuan
imajinatif, intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa,
keterampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi, memamerkan dan
mempergelarkan karya seni (Depdiknas, 2003: 7).
Pada bagian rasional, secara jelas peranan pendidikan
kesenian khusunya seni rupa dalam konteks pendidikan untuk mengoptimalkan
seluruh potensi siswa secara komprehensif. Hal ini menjadi dasar pertimbangan
bahwa mata pelajaran seni rupa perlu diberikan di sekolah dengan pertimbangan:
1. Pembelajaran seni rupa memiliki peranan
dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis dalam logika, rasa estetis, dan
artistikanya, serta etikanya dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan siswa
dalam mencapai kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan adversitas (AQ), dan kreativitas (CQ), serta kecerdasan spiritual
dan moral (SQ) dengan cara mempelajari elemen-elemen, prinsip-prinsip, proses
dan teknik berkarya sesuai dengan nilai-nilai budaya dan keindahan serta sesuai
dengan konteks sosial budaya masyarakat sebagai sarana untuk menumbuhkan sikap
saling memahami, menghargai, dan menghormati.
2. Pembelajaran seni rupa memiliki
peranan dalam pengembangan kreativitas, kepekaan rasa dan indrawi, serta
kemampuan berkesenian melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui
seni, dan belajar tentang seni.
personally i think Kemang is the best place to stay. there are a few hotels there, which surrounded by A LOT of clubs, bars, restaurants, shops and boutiques. you can get anything there =) there's also a big mall, Pondok Indah Mall, like about 10 minutes from there. i think it's a great place to stay for foreigners..
BalasHapusjual underwear murah
jual pakaian dalam wanita
toko online sepatu safety
online shop sepatu safety
jual sepatu safety online murah
jual sepatu safety murah
jual sepatu safety surabaya
tempat jual sepatu safety di surabaya
jasa pembuatan website profesional
jasa pembuatan website
konsultan digital marketing
jual underwear murah
jual pakaian dalam wanita
toko online sepatu safety
online shop sepatu safety
jual sepatu online murah
jasa pembuatan website di kalimantan
jasa pembuatan di sumatera
les gitar jakarta barat
jakarta guide kebayoran baru
jakarta guide kuningan
jakarta guide kebayoran baru
pengertian seni dan budaya secara umum
seni budaya
BalasHapus