A.
Pengertian Sejarah
Sejarah berasal
dari kata “syajaratun” dalam bahasa
Arab yang berarti pohon. Secara umum, bagian pohon terdiri dari akar, batang,
cabang, maupun ranting yang selalu tumbuh dan berkembang menjadi banyak. Hal
ini diibaratkan pada kehidupan baru yang kemudian berkembang dan beranak. Dalam
bahasa Inggris, kata “sejarah” dikenal dengan kata “history”. History berasal dari kata Yunani yaitu istor yang berarti orang pandai. Dalam
perkembangannya, kata history dan istor menunjuk pada suatu paparan
mengenai perubahan gejala alam yang bersifat kronologis. Sementara itu, dalam
bahasa Jerman berasal dari kata geschiclite
yang berarti sesuatu yang telah terjadi.
W.J.S.
Poerwandaminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan sejarah dalam
tiga pengertian, yaitu :
1.
Silsilah atau asal – usul
2.
Kejadian dan peristiwa – peristiwa yang benar –
benar terjadi pada masa lampau
3.
Ilmu pengetahuan, cerita, serta pelajaran
tentang kejadian dan peristiwa yang benar – benar terjadi pada masa lampau.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah
terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Peristiwa yang sudah
terjadi pada masa lalu akan berpengaruh terhadap sesuatu yang terjadi pada masa
sekarang, dan peristiwa pada masa sekarang ini akan berpengaruh pada masa
mendatang. Tetapi tidak semua peristiwa pada masa lalu di sebut sebagai
sejarah. Ada beberapa kriteria yang menjadi batasan bahwa suatu peristiwa
disebut sebagai sejarah. Kriteria itu mensyaratkan bahwa peristiwa itu harus
bersifat :
1.
Abadi
Suatu peristiwa disebut abadi bila peristiwa tersebut tidak mengalami
perubahan dan tetap dikenang sepanjang masa.
2.
Unik (Einmalig)
Suatu peristiwa disebut unik bila peristiwa yang terjadi hanya sekali dan
tidak terulang lagi. Andaikan terjadi hanyalah memiliki kemiripan saja.
3.
Penting
Peristiwa dianggap penting sebagai sebuah momentum bila memiliki arti
dalam kehidupan masyarakat
B.
Unsur – Unsur Sejarah
Sebagai
peristiwa yang telah terjadi, tentu sejarah memiliki unsure pendukung. Ada tiga
unsur penting dalam sejarah yaitu :
1.
Manusia
Peristiwa yang dikaji dalam sejarah adalah peristiwa yang menyangkut
tentang perilaku manusia sehingga manusia menjadi unsur pokoknya.
2.
Waktu
Sejarah menyangkut tentang kapan peristiwa itu terjadi, karena peristiwa
sejarah hanya sekali terjadi.
3.
Ruang
Sejarah terkait dengan tempat terjadinya peristiwa yang akan menjadi
bukti nyata dari suatu peristiwa, misalnya Monument Lubang Buaya.
C.
Aspek Sejarah
1.
Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah dalam pengertian ini menunjukkan pada suatu
peristiwa yang benar-benar terjadi berupa suatu fakta, kenyataan, atau kejadian
sejarah dalam hal ini bersifat objektif, artinya berlangsung berdasarkan apa
adanya tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Tidak semua kejadian atau fakta masa
lampau merupakan sejarah. Hanya fakta yang berdasarkan kritik sumber, baik
intern maupun ekstern yang direkonstruksikan menjadi cerita sejarah. Contoh
sejarah sebagai peristiwa antara lain :
a.
Pada tanggal 20 mei 1908 berdirilah Organisasi
Budi Utomo yang menandai kebangkitan perjuangan bangsa yang bersifat nasional
dalam melawan penjajah.
b.
Tanggal 10 november 1945, terjadi peristiwa Surabaya yang dipimpin oleh
Bung Tomo dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
c.
Tanggal 20 Mei 1998, terjadi peristiwa
pengunduran diri Soeharto sebagai Presiden RI yang menandai Indonesia memasuki
zaman Reformasi
2.
Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah diartikan sebagai suatu cerita
atau narasi yang disusun berdasarkan ingatan, kesan, atau tafsiran terhadap
peristiwa masa lampau. Dibutuhkan metode analisis dan pendekatan tertentu
berdasarkan jejak – jejak sejarah yang ditinggalkan sehingga akan di dapat
kisah sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan (verifikatif).
Sejarah sebagai kisah memiliki ciri-ciri :
a.
Bersifat subjektif
b.
Merupakan hasil karya atau ciptaan seseorang
c.
Memiliki proses berkelanjutan, artinya bahwa
suatu peristiwa sejarah yang hanya satu kali terjadi kisahnya dapat ditulis
berulang – ulang
d.
Kisah nyata, artinya bahwa kisah yang disajikan
oleh penulis merupakan kisah yang ditulis berdasarkan suatu peristiwa yang
benar-benar terjadi, bukan hanya sekedar rekayasa belaka.
3.
Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah sebagai ilmu berarti ilmu pengetahuan yang
mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya melalui
dimensi waktu dan tempat yang disusun menurut sistematika dan metode pengkajian
ilmiah. Aspek kajiannya berupa proses perubahan dari aktifitas manusia dan
lingkungannya pada masa lalu, sejak manusia belum mengenal tulisan sampai
perkembangan mutakhir seperti sekarang ini yang mencakup aspek politik, sosial,
ekonomi, kebudayaan, keagamaan, kepercayaan, geografi, dan lain – lain. Sebagai ilmu, sejarah memiliki ciri – cirri
sebagai berikut :
a.
Empiris,
berdasarkan pengalaman manusia
b.
Memiliki objek, yaitu manusia dalam sudut
pandang waktu
c.
Memiliki teori, berisi kaidah pokok suatu ilmu.
Misalnya teori nasionalisme, teori konflik sosial dari Karl Mark, dan lain –
lain
d.
Memiliki metode. Metode penelitian menyebabkan
peneliti sejarah bersikap hati – hati dalam membuat simpulan tentang peristiwa
masa lampau.
Dibanding ilmu lain, sejarah
memiliki sifat yang spesifik sebagai berikut :
a.
Masa lalu dituliskan secara kronologis (berdasar
urutan waktu)
b.
Ada hubungan sebab akibat (kausalitas)
c.
Peristiwa sejarah mencakup tiga dimensi waktu,
yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang
d.
Kebenarannya bersifat sementara (merupakan
hipotesis) yang akan gugur bila ditemukan data pembuktian yang baru.
4.
Sejarah sebagai Seni
George Macaulity
ialah tokoh yang menyatakan bahwa menuliskan sebuah peristiwa sejarah
tidak mudah sebab perlu imajinasi dan seni. Selain itu, ada pendapat lain dari
Mill, Spencer, dan Comte, mereka mengungkapkan bahwa dalam memahami tentang
peristiwa, diperlukan daya imajinasi yang tinggi dari penulis sejarah agar fakta
sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Dalam kenyataannya, bila penulis sejarah
dapat menulis kisah sejarah dengan menggunakan gaya bahasa yang indah, komunikatif, menarik
sehingga tidak membosankan dan mudah untuk dimengerti niscaya akan dapat
membawa pembaca (khusunya pelajar) dengan senang dan termotivasi untuk belajar
sejarah.
Dengan demikian, seorang penulis sejarah diharapkan
mirip seperti penulis novel atau penyair dalam mengungkapkan peristiwa. Namun
demikian, daya imajinasinya tidak lepas dari kebenaran suatu peristiwa.
Sejarah sebagai seni memiliki beberapa kelemahan,
antara lain :
a. Berkurangnya Ketepatan dan Objektifitas
Ketepatan yang dimaksud adalah kesesuaian fakta dengan tulisan sejarah ,
sedang objektifitas adalah tidak adanya perasaan maupun pandangan pribadi dalam
manulis sejarah.
b. Penulisan Sejarah Terbatas
Yang dimaksud terbatas adalah objek peristiwa yang digambarkan atau
dituliskan hanyalah hal yang berkaitan dengan suatu situasi mauppun biografi,
sedang yang lain seperti analisis data atau tentang perhitungan angka tidak
ditulis.
D.
Kegunaan Sejarah
Dalam kehidupan
individu, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sejarah memiliki arti yang
sangat penting dalam menata kehidupan hari esok. Seperti yang dikatakan oleh
Bung Karno, “Untuk menjadi bangsa yang besar, kokoh dan kuat, hendaknya kita
harus selalu menggunakan Jas Merah (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah)”.
Adapun
nilai-nilai sejarah yang sangat berarti adalah sebagai berikut :
1. Sarana Edukatif dan Instruktif
Sejarah memberikan pelajaran dan pengajaran yang berharga. Sejarah memuat
kebijaksanaan atau kearifan hidup. Melalui sejarah, kita belajar bagaimana
manusia masa lampau mengarungi hidupnya, sekaligus belajar bagaimana harus
bertindak terhadap pengalaman yang sedang dan akan kita hadapi.
2. Sumber Inspirasi
Sejarah menjadi bahan yang berharga tempat kita bercermin dan melihat hal
–ihwal masa lalu agar selanjutnya kita dapat menarik himah untuk mengambil
suatu tindakan baru. Dari hal tersebut, sejarah dapat berguna sebagai bahan
instropeksi.
3. Sarana Rekreasi
Sejarah dapat menumbuhkan cita rasa estetika dalam bentuk karya seni dan
sastra. Dalam hal ini, sejarah seolah menjalankan fungsi katarsis (penjernihan
dan penyegaran batin).
4. Memberikan Kesadaran Waktu
Waktu kehidupan manusia terus berjalan. Kesadaran waktu sejarah memandang
bahwa peristiwa masa lampau berkaitan dengan masa sekarang dan akan berlanjut
pada masa depan. Dengan berpikir akan waktu yang cepat berlalu, maka manusia
atau suatu bangsa akan bekerja keras membangun masa depan yang cerah.
5. Meningkatkan Rasa Kebangsaan (Nasionalisme)
Dengan mempelajari peristiwa masa lampau, khususnya kejayaan yang pernah
diraih oleh suatu bangsa, maka akan menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air
maupun rasa kesetiakawanan sosial yang sifatnya nasional. Dengan demikian, juga
akan memupuk rasa kerelaan berkorban demi kepentingan bangsa dan Negara.
6. Menunjukkan Identitas Nasional dan Kepribadian
Suatu Bangsa
Identitas
dan kepribadian nasional terbentuk berdasarkan pengalaman sejarah suatu bangsa
yang berbeda dengan bangsa lain. Setiap bangsa memiliki pahlawan atau tokoh
yang sangat berjasa bagi kebesaran dan kejayaan bangsanya. Sehingga hal ini
dijadikan sebagai sumber identitas yang memiliki arti yang sangat penting dalam
menentukan nasib bangsanya.
` Dengan
demikian, belajar sejarah akan menjadikan kita sebagai orang yang bijaksana
yang memiliki karakter :
1.
Dapat bergaul dengan oranglain, antarbangsa dan
antarbenua
2.
Cinta tanah air, cinta damai, dan mengutamakan
persatuan bangsa
3.
Menyenangi ilmu pengetahuan dan teknologi
4.
Disiplin menghargai waktu
5.
Suka bekerja keras
6.
Memiliki keterampilan tinggi
7.
Demokratis
E.
Sumber Sejarah
Sumber sejarah
merupakan jejak – jejak sejarah masa lampau sebagai hasil peninggalan dan
kebudayaan manusia pada zamannya. Ada beberapa pembagian sumber sejarah menurut
sudut pandang tertentu.
1.
Berdasarkan Kedekatan Sumber dengan Peristiwanya
a.
Sumber Primer
Sumber primer adalah informasi yang diperoleh dari pelaku atau saksi
sejarah secara langsung. Keaslian sumber dapat manjadi kunci utama untuk
melihat dan memahami masa lampu.
b.
Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah informasi yang diperoleh dari perantara yang tidak
berhubungan langsung dengan peristiwa sejarah. Sumber sekunder digunakan untuk
menjabarkan latar belakang yang tepat dengan bukti sezaman tentang subjeknya.
Contohnya: buku, artikel, dan surat kabar.
c.
Sumber Tertier
Sumber tertier adalah informasi yang dituturkan oleh pihak ketiga atau
lebih.
2.
Berdasarkan Wujudnya
a.
Sumber Lisan
Sumber lisan merupakan keterangan langsung yang diberikan dari pelaku
atau saksi sejarah melalui wawancara. Dalam melakukan wawancara, perlu teknik
kkhusus agar informasi yang diperoleh bersifat objektif, antara lain :
-
Menyiapkan daftar pertanyaan
-
Alat rekaman dan catatan (dokumentasi)
-
Netral dan jujur
-
Adil, tidak memihak, sopan, dan hormat kepada
responden
-
Hindarkan ketegangan dan kesan seolah – olah
sedang diuji
-
Ramah dan sabar (apalagi menghadapi orang tua)
b.
Sumber Tulis
1)
Sumber Tertulis Sezaman dan Setempat
Sumber tertulis sezaman dan setempat derajatnya paling tinggi. Sumber
sezaman artinya ditulis oleh orang sezaman dengan peristiwa tersebut atau tidak
lama setealah peristiwa terjadi, sedang setempat artinya di dalam negeri atau
tidak jauh dari peristiwa itu.
2)
Sumber Tertulis Sezaman Tidak Setempat
Maksudnya adalah sumber yang ditulis di luar negeri dan oleh orang asing.
Mereka biasanya mendengar berita tetapi kurang jelas. Contohnya berita asing
dari :
-
Arab , India, dan Portugis
-
Cina dalam tambo Dinasti Han, Dinasti Tang, dan
lain – lain.
3)
Sumber Tertulis Setempat Tidak Sezaman
Sumber ini ditulis jauh sesudah peristiwa itu terjadi, bahkan waktu
cerita tersebut telah menjadi cerita dari mulut ke mulut, berarti sudah banyak
yang ditambahkan dan dikurangi. Jenisnya antaralain : babad, kidung, epos,
hikayat, dan lain-lain. Kitab tersebut misalnya : Babad Tanah Jawi, Kidung Sunda, Epos Arjuna Wiwaha, dan lain-lain.
c.
Sumber Benda
Sumber benda disebut juga artefak, antara lain berupa bangunan,
perhiasan, alat perlangkapan hidup, alat upacara keagamaan, dan sebagainya. Ada
tiga cara untuk mengetahui usia dari suatu benda peninggalan budaya, yaitu:
a)
Secara tipologi, yaitu menentukan usia dari
suatu benda berdasarkan pada bentuk (tipe)
b)
Secara stratigraf, yaitu dengan cara melihat
berdasarkan lapisan tanah. Semakin kebawah semakin tua.
c)
Kimiawi, yaitu cara menentukan usia suatu benda
berdasarkan unsur – unsur kimia yang terkandung.
d.
Sumber Rekaman
Sumber rekaman yang dimaksud berupa kaset audio maupun kaset video.
Contohnya: rekaman seputar Proklamasi, rekaman Serangan Enam Jam di Yogyakarta,
rekaman seputar reformasi yang dipelopori oleh mahasiswa, dan lain-lain.
Sedangkan berdasarkan asalnya, sumber sajarah berasal dari :
1.
Sumber dalam negeri, yaitu sumber yang ditemukan
di dalam negeri mengenai suatu peristiwa. Contoh : penemuan Prastasi Kota Kapur
di Pulau Bangka yang dihubungkan dengan keberadaan Sriwijaya.
2.
Sumber luar negeri, yaitu bukti – bukti yang
ditemukan di luar negeri yang memberitakan peristiwa dalam negeri. Contohnya
Prasasti Nalanda yang ditemukan di Nalanda, India yang berisi tentang Raja
Balaputradewa dari Kerajaan Sriwijaya dan begitu pula Prastasi Ligor yang
ditemukan di Tanah Genting Kra, Malaysia.
F.
Fakta Sejarah
Fakta berasal
dari bahasa latin, facus atau facerel yang artinya selesai atau
mengerjakan. Fakta sejarah berasal dari penafsiran data yang diperoleh dari
berbagai sumber sejarah. Fakta sejarah terbagi menjadi dua yaitu:
1. Fakta
Mental
Fakta mental merupakan faktor yang ditemukan dalam penelitian sejarah
yang dikaitkan dengan manusia dan segala kegiatannya, baik secara individual
maupun secara bersama - sama (komunal). Contohnya; apabila ada seorang peneliti
menemukan bentuk dolmen yang kelihatannya hanya sebuah meja batu sederhana dan
kumuh, mereka berpikir panjang tidak hanya sebatas meja batu untuk meletakkan
sesaji, tetapi mampu memahami kondisi dan pola pikir masyarakat saat itu.
2. Fakta Sosial
Fakta
sosial merupakan kondisi yang dapat menggambarkan kondisi sosial yang di dalam
lingkungan manusia dan masyarakat yang ada. Ditemukan dolmen, dapat
menggambarkan kehidupan sosial masyarakat yang sudah memiliki tradisi pemujaan
terhadap roh nenek moyang dalam memulai dan menjalankan segala aktifitasnya.
Fakta mental dan
fakta sosial dalam sejarah tidak harus berdiri sendiri dalam memahami kehidupan
sehubungan dengan penemuan sumber sejarah, kadang – kadang fakta mental dan
fakta sosial sekaligus dapat ditemukan dalam satu artefak.
Adapun manfaat dari peninggalan
sejarah, antara lain:
1. Sebagai bukti yang tidak dapat dibantah
kebenarannya
Misalnya, dengan peninggalan sejarah itu,
kita dapat membuktikan bahwa bangsa Indonesia itu bukan bangsa yang bodoh,
seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang dibangun beberapa abad yang
lalu dan sampai saat ini masih dikagumi oleh orang di seluruh dunia karena
hasil ciptaan yang luar biasa. Bahkan Candi Borobudur pernah menjadi salah satu
keajaiban dunia, yang tidak semua bangsa memiliki bangunan yang luar biasa.
Contoh lain yaitu kita mrnyatakan bahwa bangsa Indonesia benci kepada penjajahan.
Hal ini dapat dibuktikan dengan peninggalan sejarah, diantaranya dengan
pendirian benteng – benteng di Indonesia.
2. Memberikan pelajaran yang sangat berguna
bagi kita
Misalnya, bahwa kemerdekaan itu sungguh tak
ternilai harganya. Sebagai bangsa yang pernah dijajah, bangsa Indonesia
seharusnya harus benar – benar bisa menghargai kemerdekaan. Jadi, pelalui
peninggalan, baik berupa teks Proklamasi maupun bendera pusaka yang dijahit Ibu
Fatmawati menunjukkan suatu pengorbanan dan perjuangan yang besar dalam meraih
kemerdekaan.
3. Memajukan pariwisata dan devisa Negara
Sekarang peninggalan – peninggalan sejarah
di Indonesia dijadikan objek pariwisata untuk menarik wisatawan, baik domestic
maupun mancanegara yang tak ternilai harganya. Khususnya wisatawan mancanegara,
peninggalan – peninggalansejarah kita dapat meningkatkan devisa Negara. Devisa
adalah alat – alat pembayaran luar negeri yang dibuutuhkan oleh setiap Negara.
Dengan demikian, peninggalan sejarah membuat kita lebih memahami sejarah,
memiliki harga diri sebagai bangsa,
maupun memiliki kebanggaan nasional disamping secara ekonomi
mendatangkan pendapatan.
G.
Periodisasi dan Kronologi Sejarah Indonesia
Periodisasi artinya
perkembangan masa atau pembabakan suatu masa. Periodisasi dalam sejarah adalah
tingkat perkembangan masa dalam sejarah atau pembabakan masa dalam sejarah.
Periodisasi dalam sejarah sangat penting untuk dibuat, sebab dalam setiap
periode mengandung berbagai peristiwa penting yang member makna dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan Negara. Periodisasi dalam sejarah dimaksudkan untuk
mempermudah dalam memahami peristiwa – peristiwa sejarah.
Sedang konsep
kronologi dalam sejarah berarti peristiwa – peristiwa sejarah yang telah diklasifikasikan dan
disusun berdasarkan urutan waktu kejadian dari peristiwa – peristiwa tersebut.
Dengan kronologi, kita bisa merekonstruksi peristiwa sejarah secara tepat
berdasarkan urutan waktu terjadinya. Secara garis besar, seluruhan kurunn waktu
sejarah dibagi menjadi dua zaman:
1.
Zaman Prasejarah
Disebbut zaman Perhistori atau zaman nirleka
adalah suatu zaman dimana manusia belum mengenal tulisan. Jadi manusia pada
masa itu dapat diketahui dari fosil (yaitu sisa – sisa organisme atau makhluk
hidup yang telah membatu) dan berupa artefak (benda – benda peninggalan).
2.
Zaman Sejarah
Suatu zaman di mana manusia sudah mengenal
tulisan, rentang waktunya sejak manusia sudah mengenal tulisan sampai sekarang
ini. Hal ini ditandai dengan berdirinya Kerajaan Kutai (± 5 M). Zaman sejarah Indonesia
terbagi menjadi empat bagian yaitu:
-
Zaman
Kuno, dari abad 1 M – 14 M, membicarakan masa berkembangnya kebudayaan
Indonesia yang dipengaruhi agama Hindu dan Budha.
-
Zaman Baru,
dari abad 15 M – 18 M, yang membicarakan masa berkembangnya budaya Islam
sampai jatuhnya Mataram dan Banten ke tangan imperialis Belanda.
-
Zaman
Pergerakan, dimulai pada masa pemerintahan Hindia Belanda (1800) sampai
Indonesia merdeka.
-
Zaman
Modern, dimulai setelah Indonesia merdeka sampai sekarang.
Untuk mempermudah memahami
perkembanganan sejarah Indonesia, periodisasi sejarah Indonesia yaitu:
1.
Masa Indonesia Kuno
Periodisasi ini difokuskan pada perkembangan agama dan kebudayaan Hindu –
Budha samapa dengan akhir dari Kerjaan Hidu – Budha di Indonesia.
2.
Sejarah Indonesia Madya
Periodisasi terfokus pada perkembangan agama dan kebudayaan Islam dari
proses masuk hingga lahirnya kerajaan – kerajaan Islam di Indonesia.
3.
Sejarah Indonesia Modern
Periode ini di fokuskan pada masuknya bangsa – bangsa Barat di Indonesia.
Berikut adalah periodisasi sejarah menurut beberapa tokoh :
1.
Periodisasi menurut R. Soekomo
Berdasarkan criteria atau belum dikenalnya
tulisan, periode sejarah Indonesia terbagi dalam :
a.
Zaman
Prasejarah, yaitu sejak permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai
dengan abad ke- 5M
b.
Zaman
Pyrba, yaitu sejak datangnya pengaruh India pada abad 1 M sampai dengan
runtuhnya Kerajaan Majapahit (± 1500 M)
c.
Zaman
Madya, yaitu sejak datangnya pengaruh Islam menjelang runtuhnya kerajaan
Majapahit sampai dengan akhir abad 19
d.
Zaman Baru
(Modern), yaitu sejak abad anasir Barat (Eropa) dan teknik modern (±
1900 M sampai dengan sekarang)
2.
Periodisasi menurut R. Soejono
Konsep tersebuut didasarkan pada model
sosial ekonomi atau mata pencaharian hidup yang telah berkembang di Eropa
menjelang Perang Dunia II. Periodisasinya sebagai berikkut :
a.
Masa berburu dan mengumpulkan makanan
-
Masa berburu tingkat sederhana atau tradisi paleotikum
-
Masa berburu tingkat lanjut atau tradisi
epipalaeolitik
b.
Masa bercocok tanam atau masa pertanian
-
Tradisi
neolitik
-
Kegiatan kultus nenek moyang atau tradisi
megalitikum
c.
Masa kemahiran teknik atau masa perundagian
-
Tradisi tuang perunggu
-
Tradisi penuangan besi
3.
Peeriodisasi menurut Prof. Dr. Sartono
Kartodirjo
Sartono mendasarkan diri pada fakta sejarah
Indonesia. Beliau membuat periodisasi sebagai berikut :
a.
zaman prasejarah
b.
zaman kuno
-
zaman kerajaan tertua
-
zaman Sriwijaya (abad VII – XIII)
-
zaman Majapahit (abad XIV – XV)
c.
zaman baru
-
masa Aceh, Mataram, dan lain-lain
-
masa perlawanan terhadap imperialism abad XIX
-
masa pergerkan nasional (abad XX)
-
masa republic sejak tahun 1945.
DAFTAR PUSTAKA
Baduka, I Wayan. 2000. Sejarah
Nasional dan Umum. Jakarta: Erlangga
Hendrayana. 2009. Sejarah SMA dan
MA Jilid 1 kela X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar